Category Archives: Psychology

Bukan Asal Bicara

Bukan Asal BicaraBukan Asal Bicara! Dalam sesaknya dada seperti ini sang jiwa menghuni kesunyian dan penuh irama tak kuasa bertahan. Saat bersua dengan sahabat meski terkadang tidak dalam dekat, membiarkan batin menggerakan bibir dan mengalahkan lidah, berharap jiwa menerima pesan naluri tiada lain isyarat hati, bak nikmat anggur yang selalu terbayang ketika aroma dan rasanya telah hilang dan gucinya telah tiada.

Tak dapat dielak memang, semua itu menuntut pencarian kawan atau lawan bicara karena takut tertimpa akan kesunyian. Niscaya kesunyian hati nampak karena mata yang membuka kekurangan diri.

Disaat damai tak teraih dengan pikiran, saat itulah bicara dalam kata. Dan manakala tak bisa membenahkan kesendirian hati, menyadari hidup yang sesungguhnya dengan bibir dan suara ibarat hiburan atau penengah waktu. Memang sebagian yang terucap tanpa berpikir, tapi itu disebabkan kalimat dan kata pikiran lumpuh terkurung. Meski dapat merentangkan sayap, namun tak mungkin melayang ke angkasa raya.

Menetapkan Kriteria dalam Hidup

Menetapkan Kriteria dalam HidupOrang bilang hidup itu memilih atau sebagai pilihan. Dari kata memilih atau pilihan tersebut tentu saja tak lepas dari makna sebuah kata “kriteria” atau dengan kata lain berkaitan erat dengannya. Hal itu berlaku dalam berbagai aspek kehidupan, kriteria yang berkaitan dengan sifat atau watak, kriteria yang berkaitan dengan wujud atau fisik, kriteria yang berkaitan dengan lokasi dsb. Misalnya saja dalam dunia pekerjaan, dalam mencari pasangan hidup, sampai-sampai dalam pencarian menu masakan sekalipun diperlukannya, maunya yang enak-enak saja 😀

Lantas, kenapa kita perlu menetapkan kriteria? Paling tidak terdapat beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar mengapa perlu menetapkan kriteria dalam hidup. Ketidak-mungkinan setiap orang, benda atau lokasi cocok dengan kehidupan kita dengan kata lain yang tak bisa dipungkiri kita tidak dengan begitu saja dapat menerima sesuatu yang baru. Alasan kedua, adanya harapan-harapan tertentu yang hanya bisa dipenuhi oleh orang-orang dengan kriteria tertentu, hanya dapat dipenuhi oleh situasi tertentu, hanya dapat dipenuhi oleh lokasi tertentu, dan ini mesti kita tetapkan. Alasan ketiga, dengan menetapkan kriteria, berupaya meminimalisir atau bahkan meniadakan persoalan yang mungkin bisa muncul setelah kita menjatuhkan pilihan. Dan tentu saja banyak alasan-alasan lainnya.

Asa dan Asap Tengah Malam

Asa dan Asap Tengah MalamDalam kegaguan raga yang bersanding mata hati dan jiwaku memberi anjuran pada diri ini, untuk melihat keindahan dunia berhiaskan pijaran ribuan lampu dalam suasana kelamnya malam. Namun sayang, kepulan asap yang ku kumpulkan tak kuasa kutahan, mereka melayang dan bertebaran lalu menghilang tanpa bayangan.

Jemari ini dituntun mata jiwaku memahami dan mencintai apa saja yang nampak dihadapan mata, mewakili setumpuk rasa untuk meminta jangan pernah meragukan kepastiannya. Sisa-sisa asa berjuang keras untuk dapat memahami keberadaannya dengan menghempaskan segala keragu-raguannya. Meski begitu, keraguan itu tetap ada walau tak pernah aku mengucapkannya, niscaya diri ini enggan melihat kehampaan belaka.

Senyumku, Hanya dan Karena Cinta

Sejenak dalam diam, tanganku menjadi saksi bisu akan aksi gigi ini yang seakan meronta hendak memperlihatkan diri.  Manakala kuperhatikan mata jiwaku menemukan bayangan masa lalu. Seperti barisan kata yang keluar dari lengkingan mereka, Tiga Dara (Paramitha Rusady, Ita Purnamasari, Silvana Herman); “hanya cinta yang akan membawamu kembali dan setia padaku.” Tak kuasa ternyata bibir ini menahannya, teringat pada jamannya torehan asa terdampar di negeri antah-berantah tersisa dalam kenangan. Lihat nih senyumnya :mrgreen:  Manis kan?

Yuk kita buat dunia tersenyum,  gampang kok tersenyum itu, gratis lagi 😀 Menurut saya kehadiran senyum itu karena adanya satu kata saja “cinta“. Hal tersebut terjadi tiada lain hanya dan karena adanya cinta. Dan kebetulan sekali hari ini, tepatnya 14 Februari diperingati sebagai hari valentine , dimana dijadikan sebagian orang sebagai hari kasih sayang, jadi tidak ada salahnya jika kita memuja cinta, tentu saja dalam hal ini bukan untuk meniru atau mengikuti tradisi yang mereka rayakan, namun senantiasa berusaha mewujudkan cinta dan kasih sayang selayaknya yang tidak menyalahi berbagai aturan.

Sabar dalam Kesadaran dan Sadar dalam Kesabaran

Sabar dalam Kesadaran dan Sadar dalam KesabaranSebelum mengarah pada inti permasalahan, sedikit menyinggung contoh perjuangan prilaku diri yang menuntut sebuah kesabaran dan kesadaran hati; tentang sebuah kemenangan dibalik kekalahan.

Mengalah untuk sebuah kemenangan! Namanya juga kalah, kok untuk kemenangan? 😀 Kemenangan disini saya siratkan untuk kemenangan-kemenangan lainnya selain dari satu hal yang dibuat menjadi kalah. Dalam menjalin suatu hubungan, ada baiknya kita mengingat bahwa tidak ada dua manusia yang 100 % cocok satu dengan lainnya. Alangkah baiknya kedua belah pihak bersikap terbuka dan saling menerima. Orang dewasa sudah terlambat bila harus mengubah karakter dirinya 180 derajat. Misalnya saja, seorang pemarah barangkali hanya bisa berubah menjadi “tidak begitu pemarah” lagi, tetapi tidak dapat disuruh berubah menjadi orang yang sama-sekali penyabar. Dalam hal ini menuntut kita untuk dapat mengatasi sifat egoisme kita seperti halnya disebutkan pada tulisan sebelumnya untuk memberi sedikit ruang kepada orang lain.