Sabar dalam Kesadaran dan Sadar dalam Kesabaran
Sebelum mengarah pada inti permasalahan, sedikit menyinggung contoh perjuangan prilaku diri yang menuntut sebuah kesabaran dan kesadaran hati; tentang sebuah kemenangan dibalik kekalahan.
Mengalah untuk sebuah kemenangan! Namanya juga kalah, kok untuk kemenangan? 😀 Kemenangan disini saya siratkan untuk kemenangan-kemenangan lainnya selain dari satu hal yang dibuat menjadi kalah. Dalam menjalin suatu hubungan, ada baiknya kita mengingat bahwa tidak ada dua manusia yang 100 % cocok satu dengan lainnya. Alangkah baiknya kedua belah pihak bersikap terbuka dan saling menerima. Orang dewasa sudah terlambat bila harus mengubah karakter dirinya 180 derajat. Misalnya saja, seorang pemarah barangkali hanya bisa berubah menjadi “tidak begitu pemarah” lagi, tetapi tidak dapat disuruh berubah menjadi orang yang sama-sekali penyabar. Dalam hal ini menuntut kita untuk dapat mengatasi sifat egoisme kita seperti halnya disebutkan pada tulisan sebelumnya untuk memberi sedikit ruang kepada orang lain.
Tulisan ini merupakan pencarian makna dari sebuah kisah paku dan palunya yang disebutkan terdahulu, dimana terdapat cerita dari sang pemalu ketika hendak menancapkan paku pada sebuah tembok tempat tinggalnya. “Hanya satu paku saja” yang ditancapkannya, tetapi ada yang merasakan ibarat “the sky is falling” disekitarnya, secara kebetulan tetangganya mempunyai sifat yang tak mau terusik sedikitpun dengan mendengar suara ketokkan tersebut, keluarlah caci-maki kepada sang pemalu yang sebenarnya tidak layak terjadi. Kalau saja sang pemalu tidak dapat mengatasi emosi dan menguasai rasa kesadaran dalam kesabarannya, niscaya akan terjadi sesuatu yang akan merugikannya pula, yakni hubungan yang kurang sehat.
Hal yang tidak kalah penting dalam menjalin suatu hubungan atau persahabatan adalah dapat menerima pasangan atau sahabat kita apa adanya, sehingga siap untuk menerima beberapa sifat pasangan kita yang akan diketahui setelah kita menjalin hubungan dengannya lebih dekat lagi. Paling tidak, hal tersebut untuk mempersiakan akan sebuah pertanyaan yang kerap kali muncul; “kok dia begitu ya?”
Bersabar dan mengalah adalah kunci satu-satunya menuju suatu hubungan yang harmonis, tenteram dan langgeng. Kedua belah pihak harus senantiasa tak lepas dari “istigfar”, sabar dalam kesadaran dan sadar dalam kesabaran. Mengalah memang tidak berarti kalah, tetapi menyambut kemenangan-kemenangan lainnya. Wallahu A’lam Bishawab.
BismiLLahi aRrohman aRrohim…
Mungkin kata Tidak Mungkin adalah kata yang paling tepat untuk menyatukan semua perbedaan yang ada pada dua insan, entah dalam Percintaan atau Persahabatan.
Tapi mungkin Membuat perbedaan itu bisa berjalan bersama, beriringan dan saling mengisi, melengkapi adalah kata terindah untuk itu.
Nice post, keep share and CU Arround
Wassalam
Salam, kang amien iyach tmi setuju banged kang tanpa adanya rasa sabar dalam menjalin suatu hub dijamin tidak akan ada langgeng, disamping itu juga rasa kebutuhan dalam menjalin suatu hub itu perlu kang cos karena ada rasa saling butuh qt akan slu bersama insayallah…nuhun atos cekap eta we ti tami mah hapunten klu comengna kirang logis tmi kirang bgitu mahir dlm kash comen… ^_^
Kang, kok ini jadi kayak ceritaku yah 😀 memang pada Intinya kesabaran itu penting.. Ketika kita bersabar, pasti kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan… dan Bunda sudah mengajrkanku betapa emosi itu bisa di tenangkan dengan bersabar 😀 padahal selama ini aku orang2 yang meledak2..
Untuk masalah kemaren,, aku memang mengalah kepada mereka orang tuaku,, semoga ajah dengan mengalah ku ini,, lambat laun mereka akan sadar, dan paham bahwa aku benar2 serius… dan bukan untuk main2 lagi..
Thank’s for the nice post kang…
wah hebat mengalah untuk menang itu sangat hebat
Sebenernya pusing bacanya, soalnya kang indra suka banget dengan bahasa yang berat-berat hehe..
Komennya di sini adalah pencapaian tingkat kesabaran yang lebih tinggi hanya akan terjadi jika kita `sadar` bahwa yang dirindukan oleh diri ini adalah jiwa yang stabil. Dan tanpa kesadaran untuk memupuk itu, kita tidak akan akan pernah mencapai stabilitas jiwa yang dirindukan.
Saat ini saya berpikir bahwa latihan secara sadar memupuk kesabaran itu ada di puasa dan sholat :))
#1. Rasanya apa yang dikatakan saudaraku Andri benar, dua sosok insan sekalipun kembar pasti ada saja perbedaanya, entah itu dari segi fisik ataupun prilaku.
#2. Saur Tami oge leres, antara kebutuhan dengan sikap sabar mempunyai hubungan erat, salah-satunya sikap sabar itu terjadi ketika menyadari akan kebutuhannya. Hatur nuhun tos masihan pamanis ieu seratan, mugi-mugi aya barokahna kanggo urang sadayana. Amin.
#3. Secara kebetulan cerita tentang sebuah paku dan palu itu berbarengan dengan kondisi yang dialami Ghan, sehingga menjadikan inspirasi untuk menorehkannya, mudah2an kita semua bisa mengambil hikmahnya. Amin.
#4. Dendin, buat apa artinya sebuah kemenangan seandainya kita sendiri berada didalam zona yang kurang tepat, alangkah baiknya kita menyongsong kemenangan-kemenangan lainnya dengan mengalah pada satu permasalahan. Tapi ingat, jangan mengalah begitu saja
#5. Saudaraku yang satu ini bisa saja, bukan maksud hati menuangkan hal-hal berat, apalagi menunjukkan diri sebagai pakarnya, namun berusaha mengekspresikan diri sesuai dengan apa yang ada (bertumpuk dibenak ini). Setuju tentang puasa dan shalat yang merupakan sarana tepat untuk memupuk kesabaran yang menuntut sebuah kesadaran. Hatur nuhun.
BismiLLah…
Hmmmm kalo baca komennya kang Dhodie sama repplynya kang Indra jadi inget kata-kata salah satu Ustadz di Indonesia , rahasia bersabar bisa diinspirasi dari orang berpuasa yang kira-kira seperti ini :
Kunci tersebut juga bisa diterapkan dalam menghadapi cobaan sehari-hari, bahwa cobaan itu pasti terlewati kalau kita percaya bahwa :
SubhanaLLoh…
….yang tidak kalah penting dalam menjalin suatu hubungan atau persahabatan adalah…. 2 kata yang selalu saya agung2kan untuk dapat lebih memper-erat hubungan baik itu dengan pasangan [pdhal jomblo] maupun dengan sahabat adalah “saling percaya dan mengerti” karena dari 2 kata [2 apa 4 ya?] tersebut hal2 yg indah akan datang secara ostosmastis.
memang kesabaran sangat dibutuhkan
Hmm.. kata sabar mudah untuk diucapkan namun sangat susah untuk dilaksanakan. Setidaknya itulah yang sedang saya alami saat ini.
#7. Hatur nuhun bageur, yen Gusti teu maparinan cobaan ka umatna salian ti nu akur sareng kamampuanana. Insya Allah abdi yakin.
#8. Kalau melihat dari inti kalimat sih 2; “percaya” dan “mengerti” tapi kalau dilihat dari jumlah kata dalam kalimat dimaksud, ya 4 lah hehe.. Leres, tiasa ditampi eta oge, hatur nuhun.
#9. Yap, betul juga apa yang dikatakan Hendar, terima kasih.
#10. Terkadang memang begitu adanya, tetapi setidaknya kalau diucapkan Insya Allah didalamnya terkandung sebuah niat untuk melakukannya, Amin.