Category Archives: Refleksi
Berharap Hati Senantiasa Cemerlang
Sepenggal saja atau lebih, untaian kalimat yang dijabarkan atas support dalam bentuk respons sahabat-sahabat tentang postingan sebelumnya. Kejujuran hati para sahabat semua sangat menjadi pertanda nyata sebagai insan biasa, sama halnya dengan keberadaan diri ini. Memang tidak dapat dipungkiri, untuk melakukan itu semua nyatanya lebih susah ketimbang menyuarakannya, kita hanya bisa sebatas ikhtiar saja. Berkaitan dengan masukan para sahabat tentu saja menjadi sangatlah penting, karena secara tidak langsung memberi semangat untuk berusaha mewujudkan harapan yang ditorehkan dalam postingan sebelumnya tersebut meskipun secara jujur pula diakui, mungkin baru sebagian saja yang dapat direalisasikan dengan semestinya. Dan, postingan ini merupakan salah-satu wujud bahwa penulis masih jelas keberadaanya. (LOL)
Dalam menjalani liku-liku hidup dengan berbagai ujian, berharap hati senantiasa cemerlang dalam hidup secara sadar. Semoga Allah merahmati bahwa setiap anggota badan kita ini diciptakan untuk melakukan pekerjaan tertentu. Kesempurnaannya tergantung pada pelaksanaan pekerjaan itu. Jika ada penyakit, maka akan menyebabkannya tidak dapat melakukan pekerjaan tersebut dengan semestinya. Sebagai contoh, penyakit mata menyebabkan mata tidak dapat melihat, penyakit lisan menyebabkan lisan tidak dapat berbicara dan lain-lain. Begitupun dengan penyakit hati menyebabkan hati tidak dapat mengerjakan pekerjaan yang menjadi tujuan diciptakannya hati, seperti mengenal Allah, mencintai-Nya, tunduk kepada-Nya, bertawakkal kepada-Nya, mencintai dan membenci karena-Nya, senantiasa mengingat-Nya, dan tentunya mengharapkan karunia-Nya.
Ingatkan Hati dari Lima Perkara
Dengan tulisan ini berharap menjadi salah-satu daya dan upaya mencapainya “kesadaran dan kebersihan hati” yang senantiasa cemerlang. Jika tulisan sebelumnya mencontohkan dengan cerita plus pelakon tanpa nama alias hanya menggunakan inisial saja dapat membuat bingung yang membaca, maka kali ini tidaklah demikian. Kali ini tidak mencontohkan siapapun secara abstrak.
Beberapa tahun kebelakang terjadilah peristiwa yang membuat hati mejadi rapuh manakali terjadi sesuatu hal yang tidak dibayangkan sebelumnya, dan tentu saja hal tersebut sangatlah tidak diinginkan oleh siapapun. “Musibah” itulah sebutannya. Jika sang “musibah” hadir pertanda pengujian Sang Maha kuasa terhadap ummatnya, peran hati sangatlah penting dalam mengembalikan dan menjaga keseimbangan hidup yang sedang goyah. Oleh karena itu dituntut untuk senantiasa berusaha melampaui ketidak-kokohan hati dan menghindari keputus-asaan yang nampak didepan mata. Hanya dengan lima perkara menolak makna untaian kata sang penyair; “Hawa nafsu itu mendatangiku sebelum aku mengenalnya. Dia menemukan hati yang kosong, maka diapun menempatinya.”
Akhir-akhir ini banyak sekali musibah yang terjadi, mungkin salah-satunya akibat ulah manusia yang tidak berpikir sehat. Begitu juga yang dihadapi, meski tidaklah sedahsyat ujian yang diberikan kepada saudara-saudara yang lain yang terkena bencana yang cukup besar, kali ini tantangan hidup yang pernah nampak terdahulu datang kembali, “Serupa tapi tak sama” sebenarnya itulah yang mungkin cocok sebagai perumpamaanya. Oleh karena itu, berharap hati senantiasa ingat lima perkara, yakni;
Diantara Malam dan Pagi
Memang bukan kali ini saja aku disini. Kemarin, sekarang atau mungkin esok hari nanti. Bersaksi atas asa dan asap tengah malam yang lebur teraduk dalam pekat kerumunan gelapnya corak warna suasana. Dimana, diantara malam dan pagi diamlah hati karena ruang tak lagi dapat mendengar, dan penglihatan pun terasa samar. Berkuasalah sunyi, seakan seruan hantu-hantu malam tak lagi memberi perhatian dengan bisikan rahasianya yang memang tak dapat menghentikan kegelapan dihadapan semua mimpi-mimpi. Tapi lain untuk kali ini, diamlah hati sampai fajar tiba dengan sopan menunggu pagi berharap pasti akan datang menemui, dan terus tak henti mencoba membaca diri seraya menunggu asa mencintai cahaya dan berharap kan dicintai oleh cahaya.
Diantara Malam dan Pagi
Sebuah asa bertangkupkan kesunyian, lengang dari hiruk-pikuk kekuasaan, kemilau harta ataupun pikatan kehormatan. Suasana itulah yang mungkin serentak dirayakan. Dan dengan gelisah yang kian mencekam, hati ini terus bertanya dan selalu berpengharapan atas gerangan kebanggaan itu. Dimana hati telah berjanji mendatangi kesucian jiwa yang diberkahi dengan keagungan. Hendak melangkahkan kembali dengan pikiran yang diselubungi berjuta tanda-tanya akan bayangan yang kan dijumpai.
Bahagia Hati Saat Mencari Rezeki
Saking semangatnya memicu langkah demi menuju suatu perubahan, menjadikan sesaat lupa akan keseimbangan hidup. Dalam kenyataanya sebagai manusia biasa terkadang melepaskan sedikit keluh kesah meskipun tidak seiring dengan janji hati dan pemahaman diri. Untung saja keluh kesah yang terlintas dapat terlindas dengan hasrat yang sesungguhnya, yakni bahagianya hati saat mencari rezeki demi mewujudkan keseimbangan tersebut.
Patut disadari betul memang, sesungguhnya manusia itu adalah makhluk yang tidak bisa luput dari khilaf dan salah. Bisa saja salah-satunya itu berkeluh-kesah dalam kejenuhan akibat dari memfokuskan diri dalam satu aktivitas sehingga melewatkan kesempatan untuk berbuat kebajikan lainnya. Kesalahan yang diperbuat oleh manusia ini bisa menumpuk menjadi dosa yang besar, jika dilakukan terus menerus.
“Sesungguhnya ada dosa yang tidak dapat dibayar kifaratnya dengan shalat, shaum atau haji. Namun hanya dapat dibayar dengan duka cita mencari bekal hidup.” (HR Ath-Thabrani dan Abu Nu’aim, dari Abu Hurairah ra).