Diantara Malam dan Pagi
Memang bukan kali ini saja aku disini. Kemarin, sekarang atau mungkin esok hari nanti. Bersaksi atas asa dan asap tengah malam yang lebur teraduk dalam pekat kerumunan gelapnya corak warna suasana. Dimana, diantara malam dan pagi diamlah hati karena ruang tak lagi dapat mendengar, dan penglihatan pun terasa samar. Berkuasalah sunyi, seakan seruan hantu-hantu malam tak lagi memberi perhatian dengan bisikan rahasianya yang memang tak dapat menghentikan kegelapan dihadapan semua mimpi-mimpi. Tapi lain untuk kali ini, diamlah hati sampai fajar tiba dengan sopan menunggu pagi berharap pasti akan datang menemui, dan terus tak henti mencoba membaca diri seraya menunggu asa mencintai cahaya dan berharap kan dicintai oleh cahaya.
Diantara Malam dan Pagi
Sebuah asa bertangkupkan kesunyian, lengang dari hiruk-pikuk kekuasaan, kemilau harta ataupun pikatan kehormatan. Suasana itulah yang mungkin serentak dirayakan. Dan dengan gelisah yang kian mencekam, hati ini terus bertanya dan selalu berpengharapan atas gerangan kebanggaan itu. Dimana hati telah berjanji mendatangi kesucian jiwa yang diberkahi dengan keagungan. Hendak melangkahkan kembali dengan pikiran yang diselubungi berjuta tanda-tanya akan bayangan yang kan dijumpai.
Harus diakui dengan pasti, berjuta hati menggantungkan harapan disaat yang sama, menunjukan dimana tidak sedikit diantara suasana hati adalah penunjukan atas pilihan sendiri. Mencoba menguak diri yang silau dan masih menggenggam sebuah hati yang sendiri serta rindu akan berkah-Nya dengan segala rahasia-Nya. Merujuk hati bicara, semakin dalam rebahan diri semakin mampulah rasa jelmaan bahagia. Dan diluar jiwa yang meleleh lantaran cinta, nampaklah jiwa yang lain. Laksana kabut yang rindu untuk beralih rupa menjadi tetes-tetes air mata.
Memang bukan untuk kali ini saja saatnya berserah diri, harus menoleh kedalam hati niscaya ditemukan satu-satunya yang pernah memberikan kesedihan dan juga kesenangan, tiada lain adalah hati itu sendiri. Bersama-sama, kedua hal terberikan itu datang, apabila yang satu duduk sendirian dimeja makan, mungkin yang lainnya sedang terlelap diatas ranjang.
Tanpa terasa lembaran-lembaran hitam pun menghilang lenyap dari keberadaanya. Saatnya pergi seakan meninggalkan janji, janji untuk kembali. Semuanya kubiarkan tanpa berkaca-kaca walaupun sesekali yang terjadi sesungguhnya terbalik. Tapi semua itu takkan berarti bila memang harus terjadi, karena hidup bukan sampai disini, waktu terus berjalan. Yakinlah hati ada bahagia yang akan dirasa selepas dini hari. Tersenyumlah, mengingat cinta masih ada dan memang selalu ada. Dan tersenyumlah, sarapan pasti menjalani asa kali ini yang datang hanya setahun sekali.