Search Results for: kopi

Rindu Nara Ditepi Telaga

Ditepi TelagaPagi menjelang terbangun sudah dari peraduan. Meski belum waktunya membuka jendela yang terselip dalam ruang kamar, begitu pula belum saatnya menyingkap gorden yang menghalangi pemandangan, Nara terbangun lalu menuju pintu dan pergi ke arah dapur. Secangkir kopi hangat sengaja diseduhnya sekedar teman menghadang kesenyapan.

Sungguh nikmatnya pagi yang cerah manakala didengarnya burung-burung bernyanyi. Berjalan satu-dua langkah kakinya menuju halaman dan disentuh sejuknya embun pagi seraya berkata “Ya Allah,  terima kasih atas nikmat ini yang tiada terkira.” Ceria akan cerahnya pagi, gembira dengan rencananya yang dihadapi, membuat Nara memiliki semangat untuk melintasi sebuah telaga bersama teman-teman dihari itu. Begitu sang raja siang menampakan sorot matanya, bergegaslah menuju tempat berkumpulnya teman-teman yang sudah berjanji untuk pergi bersama. Lantas, beberapa roda berputar mengantarkan mereka ke sebuah telaga dengan melewati perbukitan kecil yang masih hijau nan sejuk menuju sebuah situ yang terletak diantara bukit-bukit yang berdampingan.

Mengenal Cajanus Cajan alias Hiris

Cajanus Cajan alias HirisSaking sukanya sama ini tanaman, yang menjadi salah satu jenis bahan makanan kampung jadi tergelitik untuk mencari tahu keberadaan dan khasiatnya, barangkali ini berdasar pada saya sendiri yang terlahir sebagai orang kampung. (blush)

Mengenal keanekaragaman hayati rasanya ada baiknya. Dimana, dari beribu-ribu jenis tumbuhan yang hidup secara alami di gugusan kepulauan nan subur ini banyak tumbuhan berguna tumbuh dan berkembang, salah-satunya jenis tumbuhan yang ada yaitu Cajanus Cajan. Jenis kacang ini di Sunda lebih dikenal sebagai kacang Hiris, sedang di beberapa daerah memiliki nama yang berbeda. Di Jawa dikenal dengan kacang Gude atau kacang Kayu sedang di Bali disebut dengan Kekace. Di Sunda mungkin kita mengenal adanya Rujak Hiris atau Pencok hiris yang sebelumnya sempet disinggung digubuk sebelah. 😀

Tersenyum Meski Dunia Begini Adanya

TersenyumCukup lama tak menjumpai kawan-kawan menjadi kangen seketika, semoga tulisan ini menjadi pertanda bahwa diri ini masih merasakan betapa berharganya kehadiran kalian semua. Jauh dari lubuk hati yang dalam, aku masih ingin menyampaikan sapaan hangat meski hanya ditemani secangkir kopi hangat (drinking)

Andai kalian tahu, aku masih ingin tersenyum seperti waktu-waktu sebelumnya meski dunia begini adanya. Bukan hendak mentertawakan kepedihan dan kesedihan sebagian penghuni negeri ini yang banyak diantara kita mengalami duka, tapi tersenyum pertanda semangat itu kembali terbuka, tumbuh dan mengembang selayaknya.  Dan kini, kutemukan sudah! Sebuah titik yang dihadapi bak pertanda untuk berhenti namun dilain sisi berwujud isyarat yang memerlukan uraian. Dari tekanan itulah terlahir sudah nama dan batasannya,  jika dipandang dari satu sisi yang berlawanan tersebut pulalah kebalikanya.  Begitulah kira-kira dengan diri ini, ibarat salju karena membeku dan berbaur lalu terkubur karena melebur. Setelah tertidur sesaat, masih meiliki impian hebat tiada lain mencairkan suasana penat, membekukan hasrat sesat, mendidihkan semangat dan apa saja yang ada dalam niat seharusnya terbuat.

Antara Shalat dan Otak Manusia

Antara Shalat dan Otak Manusia

Banyak cara menuju sehat, selain berolah-raga dan menjaga pola makan yang baik ternyata salah satu dari ibadah kita dapat membuat bagian dari tubuh kita sehat pula, Allahu Akbar. Shalat itu membuat otak kita sehat! Sebagai seorang muslim tentu tidak asing lagi dengan kata shalat meskipun pada kenyataanya masih terselip kata bolong pada praktiknya karena sesuatu hal. Khusus di bulan ramadhan ini tentunya menjadi kesempatan kita memperbanyak ibadah termasuk didalamnya ibadah shalat, baik itu yang bersifat wajib atau pun sunnah. Sebagai muslim pula, selayaknya mengingat akan hal tersebut. “Barangsiapa menghadap Allah (meninggal dunia), sedangkan ia biasa melalaikan shalatnya, maka Allah tidak mempedulikan sedikit-pun perbuatan baiknya (yang telah ia kerjakan tsb)” Hadist Riwayat Tabrani.

Sejenak terlintas dalam benak ini, dalam suasana hening menjelang sahur kali ini teringat sedikit suasana sebelumnya setelah menjalankan ibadah shalat shubuh, betapa nikmatnya merasakan suasana tersebut. Menikmati secangkir kopi hangat meski hanya ditemani goreng pisang atau comro, mempersiapkan segala hal/urusan yang akan dihadapi disiang hari dengan hati yang nyaman, walhasil semangat pun ditunjang dengan pola pikir secara sadar. Namun, ketika sebaliknya yang terjadi, ketika tertidur pulas akibat “ngalong” yang telah menjadi tabiat melewatkan kesempatan tersebut, jangankan dapat menikmati secangkir kopi tersebut dengan tenang, segala perencanaan untuk siang hari pun terkadang amburadul akibat terburu-buru.

Afgan Syah Reza Patut Diperhitungkan dalam Dunia Musik Indonesia

Afgan Syah RezaTeringat habis jum’atan tadi, langsung menikmati segelas kopi hangat, mana enak… mungkin kata kebanyakan orang begitu. Tapi, lain halnya dengan saya, kalau sehabis makan, entah itu makan siang atau malam bawaanya sebel jadi obatnya segelas kopi hangat mmhh… nikmatlah he…

Saat ini pun, sambil menyeruput segelas kopi dan ditemani sebatang rokok yang mengepul, saya mendengarkan lagu milik afgan. Jadi teringat dari kebiasan lain juga yaitu kalau belum tidur ya anteng didepan komputer dan kalau lagi ga ada siapa2, yang menjadi teman hanyalah sebuah televisi butut yang diandalkan suaranya saja karena sangat jarang melototi visualnya, jadi yang menemani hanyalah audionya saja biar terkesan tidak sepi alias rame (sekalian dengar berita). Sesekali sih nengok juga khususnya acara komedi dan musik.

Bicara soal Afgan lagi, setelah cerita tentang lagu dan hobinya, beberapa hari kebelakang pernah dengar sebuah infotainment (entah apa namanya gak begitu memperhatikan), cuma yang terdengar disitu seorang Afgan bercerita bahwa dirinya sangat benar-benar pemalu dalam kesehariannya tetapi jika sudah bernyanyi di atas stage, dia bisa total dan meledak-ledak tanpa diikuti kebiasaannya itu (sifat pemalunya). Saya rasa hal tersebut patut diacungi jempol, berarti dia seorang yang belajar profesional dalam menghadapi pekerjaanya. Salut yang pertama buat Afgan.