Search Results for: bagaimana

Car Free Day, Car Free Night

Jalan-BragaJalan yang berlokasi dipusat kota senantiasa dijejali pengunjung yang hilir mudik dengan tujuannya masing-masing. Terlebih jalan tersebut mempunyai keistimewaan tersendiri sehingga bukan saja berfungsi sebagai sarana lalu-lintas melainkan dijadikan sebagai tongkrongan anak muda. Sebut saja salah-satunya sepanjang Jalan Dago yang telah memberlakukan car free day disetiap hari minggu pagi.  Dibalik keseharian yang dipenuhi dengan macetnya kendaraan yang melintas dan kerap dibumbui polusi asap kendaraan, meski hanya beberapa jam saja ajang car free day memiliki nilai positif karena selain dijadikan arena jalan-jalan santai dengan menghirup udara segar juga dapat menikmati berbagai pertunjukan seni yang digelarnya. Lalu, bagaimana dengan “Car Free Night”?

Lain Dago, lain juga Braga. Jalan Braga yang terletak dipusat kota merupakan jalan yang paling istimewa di Kota Bandung. Jalan tersebut merupakan ikon Kota Bandung yang memiliki hari ulang tahun yang diperingati setiap tanggal 18 Juni. Jalan yang memiliki sejarah sebagai pusat perdagangan dan berderet beragam hiburan malam telah diakui sejak lama bahwasannya jalan tersebut merupakan sebuah jalan yang istimewa. Keistimewaan tersebut juga senada dengan senandungnya salah-satu penyanyi kawakan Indonesia, Hetty Koes Endang dengan judul kawihnya itu sendiri “Jalan Braga. Keistimewaan itu pula yang menjadikan setiap pengunjung dari luar Kota Bandung memiliki rasa penasaran untuk dapat melintasi dan menjejakkan kaki disana.

Tranformasi Amarah

Tranformasi AmarahTranformasi Amarah! Lama tak terdengar kabar, seorang teman lama tiba-tiba menelpon dari seberang. Syukur Ahamdulillah kabarnya menggembirakan, dan juga sebaliknya. Sebait cerita tersampaikan ketika terjadi hujan badai diwaktu lalu. Setiap kali dia telpon tak pernah sekalipun terjawab. Lantas, dia bertanya penyebabnya itu karena marah? Dia menangkap sebuah ketakutan yang luar biasa celotehnya.

Yang mendasari semua itu hanyalah perasaan kalang-kabut dan memang menjadi suatu kebingungan yang luar biasa, bercampur-aduk kemarahan pada kenyataan pelik terkait masalah yang dirasakan sungguh sulit dipecahkan. Kemarahan pada kondisi, kemarahan pada diri sendiri dan juga pada beberapa sudut dari lingkungan terkait yang tidak mau mengerti. Sebatas berbekal cukup sabar dan tawakal namun kenyataannya tetap menipiskan upaya sehat dalam melangkah. Meski lamban, tranformasi amarah dikenali hingga seiring waktu berjalan upaya sadar dalam kesabaran dapat membentuk kembali nalar yang sejalan. Selebihnya tidaklah sampai pada kehilangan arah.

Cerita Emod

Kali ini Emod ingin bercerita perihal yang sering dialami usia remaja, biar terasa ABG. (blush) Yap, All About Mood! “Dia” itu selalu dirasakan, dan dia juga terkadang tak begitu dikenal! Padahal sering kali bikin hati melambung, merasa girang bukan kepalang, sampai-sampai bawaannya jadi tidak bisa diam, ngoceh dan ketawa-ketiwi melulu. Lalu, dia pula yang bisa bikin mati kutu, tidak sampai 30 menit karena dalam sedetik saja mampu merubah kondisi jadi bete habis, males ngapa-ngapain, sensi nggak jelas juntrungnya, kesentil sedikit langsung manyun, maka tersebutlah “bad mood!“.

Cerita Emod ini berawal dari keberadaan dahulu yang cukup jauh dari hiruk-pikuk dan keramaian. Lalu sebuah keinginan memaksa diri terselip dalam kerumunan penduduk yang cukup berjubel. Mencoba mengembangkan daya pikir dan kreasi yang belum sepenuhnya memihak hingga menuntut diri menjajal satu-persatu sudut tersisa. Asa yang ditancapkan disetiap sudutnya kerap bertumpukkan berbagai perubahan dan juga diselaraskan dengan mood yang ada. Yap, saat seperti itulah Emod sering kali menjadikan mood sebagai dalih atau alasan untuk mendekatkan diri pada si good mood. 😀

Kritis ditengah Krisis

Kritis ditengah KrisisBerupaya tetap tampil cerah lahir-batin menandakan bahwa diri tidak mengalami krisis identitas. Hal tersebut menjadi bagian yang sangatlah penting karena krisis identitas jauh lebih berbahaya daripada krisis-krisis lainnya. Dari penampilan memang bisa saja menipu. Secara lahir tampak dari luar terlihat cerah dan bergairah, tetapi mungkin saja dalamnya (batinnya) sedang “pabaliut” alias kusut. Memang bukan hal yang dianjurkan untuk berlaku demikian, walaupun sekali-kali boleh saja digunakan sebagai siasat untuk keperluan tertentu. Karena kalau terus-menerus berpura-pura akan mengalami yang namanya pribadi ganda (split of personality). Yang utama hanyalah bagaimana agar tetap menumbuhkan semangat ditengah situasi kehidupan yang makin berat alias kondisi krisis. Tak ada cara lain kecuali pandanglah krisis dengan kaca-mata positif “think and act positively!“.

Peka dikala krisis! Krisis ibarat berkelit dalam badai, tetapi krisis juga bisa  membuat kita memiliki peluang untuk mengasah kepekaan. Situasi sulit menuntut diri semakin cerdik, semakin jeli melihat peluang-peluang sekecil apa pun. Disitulah kepekaan diasah. Disisi lain, krisis itu memberi banyak waktu untuk merenung dan melakukan introspeksi. Saat yang tepat untuk memasang keker guna melihat peluang-peluang mana saja yang bisa dijelajahi. Selebihnya, krisis memberi kesempatan untuk dapat melihat kembali tujuan-tujuan semula (reorientasi) dan menata diri agar menjadi semakin kuat (revitalisasi). Dengan demikian, tidak perlu hanyut dalam hukum “to kill or to be killed“. Senantiasa berupaya untuk bisa survive dalam situasi sesulit apa pun dengan berpegang teguh pada etiket moral.

Be Yourself

Be Yourself

Terdapat sebuah alkisah sederhana, ceritanya ada sebuah perusahaan kecil sedang merekrut SDM baru guna menunjang lancarnya serta kemajuan usaha yang sedang dijalankan. Lalu, sebut saja A mengajukan diri karena tertarik dengan pekerjaan tersebut. Dengan kemampuan yang mumpuni serta semangatnya, ia menyanggupi semua syarat dan aturan yang dijelaskan HRD perusahaan itu. Bahkan saking semangatnya dengan lantang A menyatakan bisa melakukan lebih dari apa yang diharapkan perusahaan. Dengan mengevaluasi pengalaman kerja dan semangatnya A, pihak perusahaan menganggap sebagai pertanda baik, maka A diterima sebagai pegawai baru.

Singkat cerita, sebulan sudah A bekerja diperusahaan tersebut. Dan apa yang dikerjakan A, dengan semangatnya yang tinggi hasilnya cukup memuaskan meski baru bisa dikatakan mampu memenuhi 75% dari yang ditargetkan perusahaan. Dari kondisi dan waktu yang cukup singkat tersebut perusahaan tidak mempermasalahkannya, dan dengan bijaknya dianggap A masih perlu adaptasi. Disisi lain, pihak perusahaan menilai bahwa kekurangan yang ada pada A bukan terletak dari kemampuan dirinya dalam bekerja melainkan prilaku yang kerap meremehkan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Selebihnya, dikemudian hari A mendapat bimbingan dan pengarahan dalam bekerja.