Category Archives: Refleksi
Sky Is My Limit Now
Setiap detik kita berpikir terhadap suatu keinginan yang harus dicapai. Satu tergapai, muncul asa yang lainnya. Begitu pun asa kedua terpuaskan, hadirlah hasrat berikutnya. Begitu dan terus begitu selanjutnya dalam kenyataan hidup yang ada. Lalu, dimanakah akhir batasannya? Setelah nafas berhenti berhembus, jantung berhenti berdetak mungkin sebuah jawabannya.
Misalkan saja dalam sebuah pekerjaan atau karir, mencapai posisi puncak di usia tertentu (dalam usia muda), tentunya menjadi suatu prestasi yang gemilang. Namun ada kalanya merasa kehilangan excitement, pada situasi tertentu, merasa kehilangan gairah karena suatu keadaan, misalnya tingkat kejenuhan. Beruntunglah bagi semua yang dapat mengatasi untuk tidak merasakan kehilangan excitement-nya yang diakibatkan berbagai hal.
Siklus Cinta
Siklus cinta! Dengan cinta ingin memiliki; jika ia sebuah cinta, tentunya tidak memaksa namun senantiasa berusaha.
Dengan cinta ingin membahagiakan; jika ia sebuah cinta, tidak hadir dengan harta benda namun hadir karena ikhtiar dan pengorbanan.
Dan dengan cinta ingin merasakan; jika ia sebuah cinta, barangkali tidak mendengar namun senantiasa bergetar. Barangkali tidak buta, namun senantiasa melihat. Andai pula tidak datang dengan kata-kata, namun senantiasa menghampirinya dengan hati dan senantiasa hadir dengan sinar mata.
Dengan cinta ingin memuaskan; jika ia sebuah cinta, mungkin tidak cantik namun senantiasa menarik.
Dengan cinta ingin melindungi; jika ia sebuah cinta, tentunya tidak hanya berjanji namun senantiasa mencoba memenangi.
Dan dengan cinta ingin melatih diri; jika ia sebuah cinta, seakan tidak menyiksa namun senantiasa menguji.
Ketika Imajinasi Lahirkan Ketamakan
Mengingat dari goresan yang lalu, bahwa sebuah mimpi adalah visi, dimana mimpi-mimpi itu sendiri merupakan imajinasi-imajinasi yang ada. Patut diakui, jika kita tak memiliki mimpi-mimpi terkadang membuat kita kurang memiliki motivasi untuk meraih sesuatu. Maka jelaslah bahwa suatu mimpi atau angan-angan yang berupa imajinasi pun tetap tidak ada salahnya ada dibenak kita, bahkan mungkin saja dari adanya imajinasi-imajinasi ini bisa benar-benar menjadi motivasi untuk meraih dari apa yang kita kehendaki.
Mengaris-bawahi hal diatas, supaya tidak salah kaprah mengenai mimpi-mimpi itu, maka harus dalam batas kewajaran. Memang rasanya sangat sulit menggambarkan batasan-batasannya seperti apa? tetapi kita bisa melihat kembali kedalam diri kita pribadi. Potensi diri kita itu berada pada titik mana.
Sebuah cerita ringan tentang imajinasi-imajinasi yang berkaitan erat dengan ketamakan. Dalam hal ini saya rasa imajinasi-imajinasi tersebut memang berada diluar batas kewajaran atau pada porsi yang berlebihan.
Positioning Seorang Mahasiswa
Pernahakah kita membayangkan kembali cita-cita yang pernah kita ucapkan dikala masih kecil? Ya, suara-suara polos dan cadel diri kita sering berucap; “Aku ingin jadi Doktel, Aku ingin jadi Pilot, Aku ingin jadi Plesiden…” Pertanyaannya: Apakah cita-cita itu kini sedang dalam proses untuk dicapai?
Seiring berjalannya kehidupan, bertumbuhnya diri kita dan semakin bertambahnya ilmu yang kita miliki kini setidaknya kita tahu diri kita yang sebenarnya, walaupun belum seluruhnya kita mengetahuinya. Sudahkah kita mengetahui diri kita yang sesungguhnya?
Dalam buku Piece of Mind disebutkan hanya 4% dari seluruh penduduk dunia yang memiliki tujuan hidup. Wow, artinya dari 100 orang hanya ada sekitar 4 orang yang tahu apa tujuan hidupnya. Ketika mengetahui, dari iseng-iseng menanyakan tujuan hidup dari beberapa orang disekitar. Hasilnya pun luar biasa, hampir setiap orang yang ditanyakan belum mengetahui tujuan dan visi hidupnya, Kebanyakan dari mereka menjawab “setelah ini mungkin kerja, setelah itu nikah, dan sebagainya.”