Category Archives: Psychology
Tidak Semua yang Mengkilat Itu Emas
Alhamdulillah semalam diberikan istirahat yang cukup lelap hingga dihiasi bunga tidur yang dirasakan cukup mengesankan, menikmati hidangan sebuah restoran ternama yang mewah dengan sajian menu beragam ikan yang gurih dan enak. Benar-benar menjadi sesuatu yang cukup mengesankan karena tidak pernah tersirat dalam benak sebelumnya, dan notabene dalam kehidupan nyata hampir tidak pernah mengkonsumsi ikan. Ternyata ikan itu enak juga ya, meskipun sebatas mimpi 😀 Tidak Semua yang Mengkilat Itu Emas!
Yang kurang mengenakkan, pada akhir dari mimpi tersebut, perut terasa sakit lalu terbangun dan berujung nongkrong dikamar kecil. Lantas terlintas tentang penyebabnya tersebut tiada lain pada sore harinya telah menyantap hidangan yang cukup menarik hati untuk dibeli dan dinikmati, sajian dengan harga diatas rata-rata dari menu serupa lainnya. Meski cukup enak, tidak sepenuhnya diterima perut dan akhirnya sebagian terbuang sia-sia.
Aspek Psikologis dari Pakaian
Setiap orang ingin berpenampilan menarik. Dalam berpakaian tentu saja berharap yang dapat dipakai itu yang terbaik hingga mampu memenuhi fungsi dari pakaian itu sendiri, sebagai penutup tubuh, pelindung tubuh serta kebutuhan estetika. Hanya saja yang menjadi persoalan tidak semua orang mampu membeli pakaian baru yang bagus karena terkait faktor finansial. Aspek Psikologis dari Pakaian!
Dari sebagian besar masyarakat Indonesia yang memiliki keterbatasan finansial, dengan kondisi tersebut memunculkan prinsip daripada tidak membeli baju baru dengan harga yang teramat mahal maka beralih memilih pakaian bekas yang dalam pandangannya masih layak untuk digunakan. Dan, tidak sedikit dari mereka berpandangan berbeda alias yang penting trendi. Bagi mereka terpenuhi kebutuhan akan pakaian itu, walaupun memakai pakaian bekas tetap menganggap hal itu sebuah pencapaian terbaik. Kondisi inilah yang mungkin menjadi salah-satu pendukung maraknya jual beli pakaian bekas import.
Self
Kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita pada seseorang secara tepat dan realistis memungkinkan untuk memiliki kepribadian yang sehat. Namun, sebaliknya jika tidak tepat dan tidak realistis boleh jadi akan menimbulkan pribadi yang bermasalah. Misalnya, dengan kepercayaan diri yang berlebihan (over confidence) kadang menyebabkan seseorang bertindak kurang memperhatikan lingkungannya, memandang sepele orang lain, atau bahkan cenderung melabrak norma dan etika yang berlaku. Sebaliknya, dengan kepercayaan diri yang kurang dapat menyebabkan seseorang cenderung bertindak ragu-ragu, rasa rendah diri dan tidak memiliki keberanian.
Jika dicermati dengan seksama, rasanya dapat dimengerti mengenai makna sebait tulisan diatas bahwasannya dengan kepercayaan diri yang berlebihan maupun kurang dapat menimbulkan kerugian tidak hanya bagi dirinya namun juga bagi lingkungan sosialnya. Contoh kecil, saking giatnya bekerja sudah letih pun tidak dirasakan, waktunya istirahat diacuhkan hingga akhirnya jatuh sakit. Kepercayaan yang tinggi dengan menganggap diri kuat berakhir sakit juga, dan tentu saja yang namanya sakit itu tidak enak dengan kata lain merugikan diri. Dengan kepercayaan yang kurang terkait kondisi sakit, misal menganggap sulit untuk sembuh atau jika berobat takut biaya mahal memungkinkan sakitnya berkepanjangan. Kaitannya dengan lingkungan sosial, menuntut sikap perduli atau membantu merawatnya hingga secara tidak langsung dapat bersifat merepotkan atau merugikan.
Dibatas Senja, Burning Spirit Alive!
Hidup akan selalu seperti ini! Adakalanya dalam kebersamaan, dan sesekali yang terkait bersandingan meski tanpa berpegangan tangan. Dimana yang satu senantiasa menengok dan menatap yang lainnya ketika tak ada yang lain pula disekitarnya, dan begitu juga sebaliknya. Diiringi sang waktu bergulir begitu cepatnya yang tanpa terasa, diantara satu dan lainnya itu kerapkali terbius tumpukkan nikmat dan indahnya dunia masing-masing yang silih berganti terdampar dipelupuk mata, merambat melalui sang batas dan masuk kedalam tempat terdalam dari hidup itu sendiri. Burning Spirit Alive!
Hidup memang ibarat Roller Coaster, jalan yang ditempuh senantiasa naik dan turun silih berganti. Ketika posisi diatas tidak sedikit raga yang terbius kegembiaraan atau kesenangan semata. Dan, ketika dibawah kadangkala lengah atau bahkan semangat terlumpuhkan. Senada dengan kondisi yang punya gubuk akhir-akhir ini, rasanya malas banget untuk mengisi gubuk bututnya. Meski sejujurnya bukan karena terhanyut atas sebuah posisi, namun entahlah! Penyebab hilangnya semangat untuk menghiasi gubuk ini masih samar keberadaanya (LOL)