Berkelit dalam Badai

Berkelit dalam BadaiBerlandaskan tanah pijakan, dengan sekelebat pandangan dua bola mata yang tak dapat menutup begitu saja, terlebih hembusan angin membawa kabar tentang sebagian berita duka yang menghiasi perjalanan riangnya. Ya, itulah hidup namanya. dimana tidak melulu berada pada suasana yang nyaman, manakala tiba saatnya berkawan kesedihan akibat sesuatu yang tidak diharapkan tak dapat dielak lagi.Tidak hanya saya, kamu, dia atau mereka, melainkan semuanya. Hal tersebut mutlak adanya yang berbeda hanyalah kadar dan jenisnya saja.

Berkelit dalam Badai, ini hanya perumpamaan saja dimana tulisan ini sedikit menyinggung masalah tantangan-tantangan hidup dari kaitannya dengan kopleksitas kehidupan di kota besar, dimana banyak hal yang harus diperhitungkan untuk tinggal di kota besar, harus sudah paham betul akan probrlematika sosial kehidupan di kota besar. Kalau tidak, niscaya kata “gagal” akan mudah menghampiri. Tak banyak orang yang sanggup bertahan lama hidup di metropolitan tanpa pekerjaan. Paling tidak kita memerlukan biaya untuk membayar sewa tempat tinggal (yang di kota besar relatif sangat mahal), walaupun masih dapat memaksakan diri makan seadanya.

Kebanyakan orang pergi ke kota besar demi memperoleh realisasi akan impian-impiannya; pendidikan, karier atau pekerjaan, tak ketinggalan usaha. Dari realitas tersebut tak sedikit memunculkan studi yang berantakan, pekerjaan atau karir yang mandeg, ataupun bisnis menjadi gulung tikar, dimana semua hal tersebut pasti ada sebabnya.

Dalam studi misalnya, kegagalan yang tecermin dari hasil ujian yang jeblok, tidak naik kelas, berujung pada sikap uring-uringan. Sebenarnya, mungkin buat anak sekolah menengah kegagalan begini jarang terjadi. Senadainya saja yang kurang pandai dapat berbudi pekerti yang baik mungkin dapat dikatrol sampai lulus. Makanya kudu jadi anak yang baik jika tidak pintar ๐Ÿ˜€ Jika saja hal tersebut menjadi kenyataan (diluluskan karena belas kasihan dari gurudan kepala sekolah), bersyukur sajalah, tak perlu sampai bertepuk dada, apalagi bangga. Barangkali bisa sedikit menghibur diri dengan kata-kata, “Sukses dalam hidup tidak bergantung pada hasil rapor!’ Dimana makna kalimat tersebut ada benarnya juga, tetapi bukan berarti tidak perlu belajar bersungguh-sungguh, terlebih saat kuliah, seorang mahasiswa yang tidak lulus-lulus setelah teman seangkatannya sudah lulus semua terpaksa mengakui bahwa dirinya gagal. Kemungkinan intelijensi yang jongkok, malas belajar, atau salah memilih jurusan bisa jadi sebagai penyebabnya. Jadi, tidak ada alasan untuk malas belajar jika memang tidak mau gagal :mrgreen:

Berkaitan dengan masalah pekerjaan, keinginan bekerja dikota besar biasanya termotivasi oleh keinginan memperoleh gaji yang lebih tinggi, tetapi bila tanpa mempertimbangkan dengan teliti sisi pengeluaran yang juga akan lebih besar untuk hidup di kota besar serta faktor waktu, sama saja bohong. Seyogianya memperhitungkan terlebih dahulu, ketimbang memperoleh masalah kegagalan. Berinstrospeksi itu perlu, jangan-jangan kualitas keahlian kita memang tak memadai karena mencari kerja di kota besar sama sekali bukan perkara segampang membalikkan telapak tangan. Ketahuilah, orang bijak bilang, “Lebih baik menjadi ikan besar di kolam kecil daripada menjadi ikan kecil di kolam besar!” :mrgreen:

Sedikit mennyinggung usaha atau wiraswasta, jangan mengira berwiraswasta di kota besar itu mudah. Pernak-pernik peluang berusaha di metropolitan memang banyak, tetapi disyaratkan kejelian megenalinya dan keuletan menggalinya. Besar atau kecil, hambatan niscaya akan ditemui. Mulai dari pengamen yang datang tak henti-hentinya sepanjang hari, premanisme, dan lain-lainnya. Sebagai pengusaha, harus bersiap-siap karena boleh jadi mengalami yang dalam mimpi sekalipun tak pernah ada. Membiasakan diri pasrah, win some, lose some. Selain kita berusaha pasti ada saja piutang yang tak tertagih, barang yang hilang, atau karyawan yang tidak jujur. Kalau menyesali tiap-tiap kejadian buruk sampai terbatuk-batuk, rasanya akan kehilangan semangat dan energi melanjutkan usaha. Pada dasarnya harus siap menghadapi badai dan legowo bila merugi, terlebih jika mengahadapi adanya Force Majeure alias kuasa alam yang dalam dalam sekejap bisa memusnahkan seluruh asset usaha.

Pada kenyataanya, kota besar memang banyak menawarkan peluang, tetapi tidak semua orang kebagian mengenyamnya. Andaikata dapat dengan segera mengenali penyebab kegagalan studi, keterbatasan karir atau guncanganya bisnis tersebut, mungkin segera mencari jalan keluarnya. Umumnya kegagalan itu karena salah memilih langkah yang tepat. Jika masih ada waktu mungkin dapat segera mengambil keputusan untuk membelokannya demi mengimbangi waktu yang seakan berjalan lebih cepat daripada apa yang sdang dipikirkan. Nasib atau takdir hanyalah kata terakhir yang bisa kita jadikan pelarian atau penghiburan. Mungkin saja memang keberuntungan belum berpihak pada kita tetapi tidak ada orang yg boleh seratus persen mengalihkan semua kegagalan sebagai kehendak ilahi. Wallahu A’lam Bishawab.

20 Responses to Berkelit dalam Badai

  1. 1rw@n says:

    tapi kolam besar bisa menambah experience bagi ikan kecil itu kang jika sewaktu2 kembali ke kolam kecil maka dia akan menjadi penguasanya ๐Ÿ˜€

  2. 1rw@n says:

    pertamax ๐Ÿ˜›

  3. tetep semangat, doa, dan usaha…jujur jugaa

  4. dhodie says:

    Kalo saya lebih senang judul artikelnya diubah menjadi “Menantang Badai”, terdengar lebih positif dan optimis dibanding berkelit hehe ๐Ÿ™‚

  5. dhodie says:

    IMO, untuk mencari kebahagiaan yang diimpikan, diperlukan niat dan kesungguhan. Tapi agar ‘niat’ tidak menjadi ‘nekat’, dibutuhkan persiapan. Di sini kunci sukses untuk menaklukkan kota besar. Be prepare or be damned!

  6. kips says:

    #1. Wan, Kalau dipikir-pikir bener juga ya, cuma kl jadi ikan kecil terus mabok di kolam besar lantas balik ke kolam kecil lg kira2 masih semangat gak ya menjadi penguasa di kolam kecil ๐Ÿ˜€
    #3. Ok, terima kasih Eskopidantipi.
    #4. Dhodie; sebenarnya sudah kepikiran sebelumnya (menantang, menentang, bergelut dengan) tetapi dirasakan dah familiar, jadinya kepikiran yg masih asing. Memang sih selintas berkonotasi negatif (orang dasarnya kejadian pahit) kekekek.. Siipp input-nya.

  7. รฃรฑรrรฎ says:

    Assalamu’alaikum…

    Hmmm kalo menurut รฃรฑรrรฎ, yang penting badai badai itu tidak membuat kita menjadi patah arang dalam Mengais Rizqi Alloh SWT, dan kita harus percaya bahwa Rizqi-Nya nggak bakalan salah jalan dan nggak bakal ketuker.
    Mengambil sisi Positif dari setiap kegagalan untuk proses Pendewasaan & Bangkit Kembali, lebih baik dibanding Penyesalan yang akan membuat kita lemah tak berdaya & Hancur diterjang Badai yang tiada henti.

    Kata Aa (Gym) juga, hidup ini adalah perpindahan dari satu masalah ke masalah yang lainnya. *mari kita hayati kata-kata itu* :mrgreen:

    Nice post kang kips ๐Ÿ˜‰ dan Terus Semangaaaaaat

    Wassalam…
    ps : Itu kalo ikan besar di kolam kecil bukannya malah susah gerak & susah berkembang ๐Ÿ˜€

  8. If there’s a will, there’s a way! *lho koq kyk kampanye* :mrgreen:

    Tapi kadang2… life is unpredictable ๐Ÿ˜‰

  9. kips says:

    #7. Waalaikumsalam Wr. Wb. Thank bro, masukannya sungguh sangat berharga untuk sebuah proses pendewasaan. Untuk hal ikan dan kolam kan hanya umpama saja, pasti tolak ukurnya jg berbeda ๐Ÿ˜€
    #8. Yap bener kata Reverie, kadang2 memang “life is unpredictable”

  10. cyzko says:

    ikan besar dikolam kecil daripada menjadi ikan kecil dikolam besar, sama dengan orang besar didunia kecil/sempit dan orang kecil di dunia yang besar/luas kalau saya memilih pilihan yang kedua karena kita kecil dan dunia ini sangat besar…bener gak sih…salam kenal kang… ๐Ÿ™‚

  11. dendin says:

    panjang…saya komen dulu ya baru baca hehehehe salam kenal…

  12. kips says:

    Salam kenal juga:

    #10. Persepsi Cyzko itu jg benar, khusus untuk yg tertulis diatas maksudnya lebih baik menjadi orang yg bisa menguasai kehidupannya dengan ruang lingkup yang tidak terlalu besar ketimbang berada pada ruang lingkup yang luas namun tersudut pada keadaan yang kurang sesuai ๐Ÿ˜€
    #11. Dendin, silahkan ๐Ÿ˜€

    Terima kasih input-inputnya.

  13. Andhika says:

    hidup adalah perbuatan kang
    hahaha…kampanye deui
    postingan yang amat sangat berat kang

  14. Ghan says:

    hehehehe,, di dalam kehidupan ini ada yang blang bahwa yang menyempurnakan itu adalah pernikahan..

    jadi doakan saya jadi menikah sama bunda yah semuanya… terima kasih… ๐Ÿ˜€

  15. ichanx says:

    saya mah dimana aja lah… asal dapet kerja layak, dan dapet koneksi internet kenceng… hihi

  16. kips says:

    #13. Bener jg kata Andhika ya, hidup adalah perbuatan ๐Ÿ˜‰
    #14. Siipp lah Ghan, sy do’akan segera terwujud. Amin.
    #15. Nah itu tujuannya Chanx, hidup layak, internet yg kenceng jg ya :mrgreen:

  17. arikaka.com says:

    mudah2an kirta semua diberi yang terbaik sesuai dengan apa yang kita perbuat….

    Mudah2an bisa lulus UN dulu amin….

  18. ncuy says:

    beuh bahasa meuni puitis romantis dramasits tis tis tis……

  19. kips says:

    #17. Amin. Saya doโ€™akan Arikaka lulus UN ๐Ÿ˜€
    #18. Halah nCuy mah, maenya seratan nu kieu puitis, pami dramatis mah sigana sumuhun :mrgreen:

  20. singkat ,padat,dan jelas informasi pola hidup sehatnya,,
    semoga dengan informasi singkat di atas kita bisa memulai hidup ini dengan sesuatu yang sehat,,
    thanks

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *