Problematika Sosial Kota Besar
Walaupun tak dapat digolongkan sebagai ancaman dan bahaya, keterlibatan kita dalam kehidupan di kota besar membawa beberapa konsekuensi yang layak diwaspadai. Apa yang yang kita lakukan terus menerus selalu membawa dampak yang meskipun pada awalnya kurang berarti, tetapi secara akumulatif pada akhirnya kadang-kadang bisa termasuk merugikan, jika tak dapat dikatakan berbahaya.
Angkatan kerja yang besar dan menumpuk di kota jelas menjadi masalah sosial tersendiri yang mesti ditangani dengan baik dan bijaksana. Urbanisasi lebih sering disebut-sebut sebagai dampak negatif daripada dipahami sebagai akibat wajar dari besarnya permintaan tenaga kerja kasar di kota besar. Emangnya kalau tak ada Udin dari Cilacap atau Ngatini dari Gunung Kidul, siapa yang bisa diminta ikut membangun gedung beringkat? Siapa yang mau mengangkut sampah-sampah yang beserakan?
Pekerja di segala sektor dan pada berbagai posisi itu semua manusia. Perlu makan, minum, tempat berteduh meskipun hanya berupa rumah kontrakan atau bahkan hanya sebatas numpang. Termasuk harus disebutkan bahwa tiap-tiap orang perlu berinteraksi sebab manusia makluk sosial dan supaya pekerjaan dapat diselesaikan secara integral. Positif atau negatif interaksi manusia dilahirkan akibat sosial.
Pertentangan atau kerja sama dengan pendatang baru yang meningkat akan timbulnya persaingan yang semakin tajam sebagai akibatnya, pelaksanaan kebiasaan dan adat istiadat dari berbagai golongan ada kalanya saling bertolak belakang, memang tak dapat dihindari terjadi di kota-kota besar.
Kota besar banyak menawarkan pekerjaan, memang benar. beberapa dari pekerjaan kota besar mengandung resiko yang tak kalah besarnya. Menjadi tukang pada bangunan bertingkat atau memanjat dan membersihkan kaca gedung bertingkat juga pekerjaan berbahaya, somebody has to do the job. Mungin tak pernah terpikirkan pekerjaan ini oleh kita, namun inilah salah satu jenis pekrjaan di kota besar yang tak pernah tersedia di kota kecil. dan menjadi problema tersendiri. Kalau sarjana berdasi tak sudi melakukan pekerjaan ini, maka mang Miun harus didatangkan dari Cidaun dan akhirnya berbaur menjadi komunistas kota besar.
Kota besar pun menawarkan perkerjaan lain dengan bayaran cukup besar pula. Tapi berhati-hatilah, tak ada pekerjaan gampang yang dibayar mahal. Jika ada, pasti pekerjaan tersebut membawa konsekwensi “buruk”.
Pekerjaan dan pekerja di kota besar tumbuh menjadi problematika sosial. Penduduk atau penghuni kota besar yang bersangkutan harus dapat harus mengendalikannya, sehingga tidak timbul dampak sosial yang mengarah pada kekacauan. Dan akhirnya membuat mengecilnya makna moral.
Kesetiakawanan sosial di kota besar mungkin tak seerat di kota kecil (banyak gambaran nyata ). Menginjak ke bawah untuk naik ke atas sudah merupakan perilaku biasa yang semakin dapat diberi toleransi atas dasar pemujaan semangat “the winner takes all“. Sikut kanan cubit kiri terjadi sehari-hari, Menurut teori Charles Darwin, ini disebut seleksi alamiah, meskipun manusia bukan burung atau kura-kura yang hidup di kepulauan Galapagos.
Kelompok penduduk mayoritas cenderung menindas kelompok lain yang minoritas, pantas diwaspadai. Jika berbicara tentang penduduk Indonesia yang terdiri atas banyak suku, ada kengerian bahwa rasialisme dapat terjadi sewaktu-waktu.
Leave a Reply