Category Archives: Psychology

Cermin Khusus

Kecenderungan manusia adalah bersifat egosentris, menganggap diri sempurna dan cenderung mencari kesalahan orang lain. Namun untuk mengetahui bagaimana orang lain memandang diri kita, sulit dilakukan, padahal ini diperlukan untuk mengimbangi kecenderungan egosentris manusia. Bercermin diri adalah prasyarat untuk kita dapat mengoreksi diri, mengontrol setiap tindakan kita agar tidak merugikan pihak lain, sewaktu hidup atau setelah kita mati nanti.

Maurice Nicole pernah membuat ilustrasi sebagai berikut. Alkisah ada seorang pria meninggal. Di akhirat ia bertemu beberapa orang yang dikenalnya, ada yang dia suka, dan ada yang tidak. Namun ada seorang pria yang ia tidak kenali tetapi tidak disukai sama sekali. Semua yang dikatakan orang asing itu membuat ia muak, ekspresi mukanya menyebalkan, kebiasaan dan kemalasannya, semuanya membuat ia tidak tahan berada di dekatnya. Kemudian ia bertanya kepada orang-orang di sekitarnya siapa orang yang menjijikan tersebut. Mereka menjawab bahwa di akhirat ada sebuah cermin khusus. “Orang itu adalah kamu sendiri. Bayangkan kalau kamu harus hidup dengannya yang sebenarnya adalah diri kamu. Mungkin pengalaman inilah yang dirasakan orang lain ketika harus berhadapan dengan kamu. Kalau kamu tidak pernah bercermin diri, mengamati siapa diri kamu dari titik pandang orang lain, kamu akan merasa diri hebat”.

Kita dan Kesombongan

Kekayaan, ketampanan dan kepandaian
Memiliki potensi meningkatkan keimanan
Pada waktu bersamaan dapat pula memunculkan kekufuran
Kesabaran, kejujuran dan ketakwaan
Sudah seharusnya berlandaskan keikhlasan
Namun terkadang dapat pula menimbulkan kesombongan
Bukankah satu-satunya yang berhak menyombongkan diri dijagad raya ini hanyalah Allah semata?

Renungan Malam

Berkutat dengan berbagai cobaan
Membuat kita harus tegar dan bersabar
Ketika ada yang mengusik kesabaran itu
Dengan lantang kita berkata
“Masih kurangkah kesabaran ini?”
“Bukankah itu membuktikan kita belum sesabar ayub?”

Jejak sebuah renungan malam!

Mukjizat Itu Nyata?

Apa sebetulnya “mukjizat”? Mungkin bagi kebanyakan orang kata itu akan membawa pada pengertian sesuatu yang dalam takaran akal sehat adalah “mustahil”. Mujizatlah namanya apabila seorang yang sudah divonis dokter bakal “lewat”, umpamanya, ternyata malah bugar kembali. Persepsi kebanyakan orang tentang “mukjizat” mungkin seperti itu.

Mukjizat adalah sebuah atau serangkaian peristiwa yang “melawan akal sehat”, atau lebih spesifik lagi, mukjizat adalah sebuah peristiwa yang spektakuler yang tak bisa terduga sebelumnya. Seperti kisah para nabi dahulu, laut yang terbelah dua misalnya, sewaktu iring-iringan orang Israel diuber-uber bala tentara Fir’aun.

Marah, Haruskah Dibalas dengan Marah?

Marah

Ada banyak cara atau trik untuk menilai kualitas pribadi seseorang, apalagi orang tersebut benar-benar berkaitan dengan aktivitas atau kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan secara langsung menerka kualitas seseorang dari bobot prilaku yang terlihat, atau juga dengan secara tidak langsung. Orang-orang dengan kualitas tertentu niscaya hanya akan berbuat seenaknya sendiri tanpa memperhatikan sekitarnya atau akibatnya, yang biasanya membuat orang lain seolah-olah tidak ada disekitarnya.

Meneruskan permasalahan marah tentunya akan terjadi. Permasalahannya, mengapa perihal tersebut harus diteruskan? Hal ini tentunya karena orang yang menjadi sumber kemarahan berkaitan dengan diri kita, oleh karena itu harus ditindak-lanjuti permasalahannya untuk mencari solusi yang tepat sehingga tidak berkelanjutan.