Search Results for: atik
Self
Kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita pada seseorang secara tepat dan realistis memungkinkan untuk memiliki kepribadian yang sehat. Namun, sebaliknya jika tidak tepat dan tidak realistis boleh jadi akan menimbulkan pribadi yang bermasalah. Misalnya, dengan kepercayaan diri yang berlebihan (over confidence) kadang menyebabkan seseorang bertindak kurang memperhatikan lingkungannya, memandang sepele orang lain, atau bahkan cenderung melabrak norma dan etika yang berlaku. Sebaliknya, dengan kepercayaan diri yang kurang dapat menyebabkan seseorang cenderung bertindak ragu-ragu, rasa rendah diri dan tidak memiliki keberanian.
Jika dicermati dengan seksama, rasanya dapat dimengerti mengenai makna sebait tulisan diatas bahwasannya dengan kepercayaan diri yang berlebihan maupun kurang dapat menimbulkan kerugian tidak hanya bagi dirinya namun juga bagi lingkungan sosialnya. Contoh kecil, saking giatnya bekerja sudah letih pun tidak dirasakan, waktunya istirahat diacuhkan hingga akhirnya jatuh sakit. Kepercayaan yang tinggi dengan menganggap diri kuat berakhir sakit juga, dan tentu saja yang namanya sakit itu tidak enak dengan kata lain merugikan diri. Dengan kepercayaan yang kurang terkait kondisi sakit, misal menganggap sulit untuk sembuh atau jika berobat takut biaya mahal memungkinkan sakitnya berkepanjangan. Kaitannya dengan lingkungan sosial, menuntut sikap perduli atau membantu merawatnya hingga secara tidak langsung dapat bersifat merepotkan atau merugikan.
Berbalas Pantun
Ibarat makan sudah menjadi kebutuhan baku sehari-hari, beberapa jam disetiap harinya pasti nyempetin menengok inet. Padahal tak jarang cuma sekedar ngobrol atau sekedar berkelakar saja. Buktinya sudah beberapa kesempatan iseng nimbrung berbalas pantun disebuah social networking. Dari hal itulah terbersit hasrat hati menuliskan tentang pantun, lumayan buat pengingat-ngingat sastra lama yang terkadang sering dilakukan tapi tidak paham keberadaan sebenarnya pantun terdahulu. (blush)
Mengenal sebelum berbalas pantun. Pantun dikenal sebagai salah-satu jenis puisi lama yang merupakan sastra lisan dan telah terkenal dibumi nusantara sejak jaman dulu. Disebut satra lisan karena dahulu merupakan seni sastra yang diucapkan secara langsung atau lisan. Namun kenyataan sekarang selain secara langsung dilisankan, pantun juga sering dijumpai dalam bentuk tulisan. Untuk nama atau istilah pantun itu sendiri disetiap daerah berbeda-beda. Kalau di Sumatra masih dikenal dengan sebutan pantun, untuk di Jawa dikenal dengan Parikan, sementara di Sunda dikenal dengan Paparikan. Meskipun berbeda nama, maksud dan fungsinya sama yaitu biasa digunakan untuk saling menghibur, saling sindir-menyindir, mengungkapkan perasaan hati, menasehati, dll.
Rindu Nara Ditepi Telaga
Pagi menjelang terbangun sudah dari peraduan. Meski belum waktunya membuka jendela yang terselip dalam ruang kamar, begitu pula belum saatnya menyingkap gorden yang menghalangi pemandangan, Nara terbangun lalu menuju pintu dan pergi ke arah dapur. Secangkir kopi hangat sengaja diseduhnya sekedar teman menghadang kesenyapan.
Sungguh nikmatnya pagi yang cerah manakala didengarnya burung-burung bernyanyi. Berjalan satu-dua langkah kakinya menuju halaman dan disentuh sejuknya embun pagi seraya berkata “Ya Allah, terima kasih atas nikmat ini yang tiada terkira.” Ceria akan cerahnya pagi, gembira dengan rencananya yang dihadapi, membuat Nara memiliki semangat untuk melintasi sebuah telaga bersama teman-teman dihari itu. Begitu sang raja siang menampakan sorot matanya, bergegaslah menuju tempat berkumpulnya teman-teman yang sudah berjanji untuk pergi bersama. Lantas, beberapa roda berputar mengantarkan mereka ke sebuah telaga dengan melewati perbukitan kecil yang masih hijau nan sejuk menuju sebuah situ yang terletak diantara bukit-bukit yang berdampingan.