Becoming Ethical Preneur
“Make a decision to commit and becoming ethical preneur are essential factors to be success!” Menjadi seseorang yang sukses pastilah diangankan semua orang. Dimana kekusksesan itu sendiri terkadang mudah diraih, namun kerap dirasakan lebih berat dalam mempertahankannya. Oleh karena itu, bercermin dari sebuah kesuksesan atau pun kegagalan seseorang bisa dijadikan penambah motivasi sekaligus kendali dalam menuju sukses.
Bercermin dari kesuksesan! Salah-satunya mungkin bisa bercermin pada Google Inc, perusahaan yang mengawali bisnisnya dengan mesin pencari dunia maya dengan prinsip pendirinya mengatakan “Don’t be evil” alias jangan menjadi jahat. Google mandapat penghargaan sebagai perusahaan yang memiliki etika tinggi berdasar survey dari Ethisphere, perusahaan independent yang mensurvey tentang etika dibanyak perusahaan dunia. Konon, Google menjadi incaran banyak pekerja untuk bergabung karena berbagai fasilitas dan penghargaan terhadap karyawan didalamnya. Kini mampu menjadi perusahaan terdepan dibidang teknologi informasi dengan nilai yang sangat tinggi. Nah, hal tersebut menjadi bukti bahwa menjaga etika perusahaan menjadi salah-satu hal yang bisa mengangkat nilai perusahaan itu sendiri.
Bercermin dari kegagalan! Sedikit berkelakar saja karena tulisan ini pun tidak mewakili atas sebuah kekusksesan yang telah tercapai dengan berumur panjang melainkan pernahnya merasakan pahit getirnya menjalankan usaha yang berujung pada sebuah cap “gulung tikar.” Dan juga tidak mewakili atas kegagalan disaat ini karena tidak sedang menjalankan usaha yang cukup berarti. Diakui secara jujur, kegagalan yang pernah terjadi bukan semata atas faktor tidak mengindahkan keberadaan fungsi ethical preneur karena berbaur dengan dominasi atas sebuah nama “bencana”. Walaupun demikian, dalam prosentase yang minim sekali pun tetap saja terselip adanya keteledoran akan sikap mengabaikan fungsi keberadaan etika tersebut. Khususnya pada sikap kurangnya respek terhadap situasi tertentu terlebih ditambah kehendak hati disaat itu yang belum bisa menegaskan mana modal usaha dan mana uang pribadi. Akhirnya sadar betul, sebaik-baiknya niat hati yang terkait dengan penggunaan modal usaha sudah barang tentu usaha tersebut akan terganggu hingga akhirnya benar-benar tinggal nama dan menyisakan kenangan semata hikz… 🙁
Kedua contoh diatas dapat gambaran bahwasannya menjadi pebisnis yang mengandalkan etika akan mengankat derajat pebisnis itu sendiri dimata para pemangku kepentingan. Khususnya yang sangat utama yaitu pelanggan hingga membuat tingkat kepercayaan pada sebuah perusahaan akan meningkat, dan ujungnya profit pun terangkat. Jadi betapa pentingnya menjaga dan mengembangkan berbagai sikap sebagai seorang ethical-preneur. The Josephson Institute of Ethic, menyebutkan The six pillars of characters yang diterjemahkan secara bebas dalam beberapa pengertian yang harus dipahami dan diterapkan, yakni:
-
Kepercayaan; berupa kejujuran, integritas, kemampuan menjaga amanah hingga loyalitas. Bisa dikatakan inilah dasar dari semua etika yang ada. Sebab, dengan menjaga kepercayaan akan terbangun sikap-sikap positif yang akan menguntungkan semua pihak.
-
Respek; baik menjaga privasi, martabat, sopan-santun, toleransi. Ini merupakan sikap untuk memperlakukan orang lain seperti layaknya memperlakukan diri sendiri. Disini sakap keseimbangan akan melanggengkan jalanya usaha.
-
Tanggung-jawab; berupa sikap untuk menjaga akuntabilitas perusahaan demi mengejar keunggulan yang memuaskan semua pihak.
-
Kepedulian; kemampuan memberi atau berbagi, cinta pada sesama akan menciptakan nuansa damai dan sejuk bagi perusahaan dan lingkungan sekitar.
-
Keadilan; merupakan sikap menjadikan semua pada tempatnya. Yakni, di mana kita bisa membuat perlakuan yang independen dan konsisten dalam menjalani hubungan dengan berbagai pihak.
-
Kepatuhan; dalam hal ini prinsip dimana langit dijunjung, di sana bumi dipijak alias mengikuti berbagai peraturan setempat yang berlaku akan mengantarkan kita menjadi pengusaha yang baik. Prinsip ketaatan terhadap hukum disuatu tempat bisa mendorong terjadinya transaksi bisnis yang saling menguntungkan semua pihak yang terlibat.
Tidak sedikit perusahaan di dunia ini yang maju atau pun hancur karena satu hal sederhana, etika! Masih ada pengusaha yang menghalalkan segala cara yang terkadang memang bisa menjadi senjata ampuh untuk mencapai sukses. Merekayasa laporan keuangan sampai melahirkan skandal tanpa memperhitungkan harga diri akan melayang. Pengusaha yang tidak mengindahkan etika tersebut pada dasarnya tidak sadar bahwa perusahaan yang terkenal sangat bonafide sekali pun bisa amburadul jika terbukti melanggar etik, yakni kejujuran.
Wahhh, saya juga berkali-kali buka usaha dan gulung tikar kang, dari mulai fotokopi, counter hp, ticketing, usaha kursus kecil2an, dll. Ada juga yang masih bertahan sampe sekarang tapi yang nglanjutin bukan saya.
Hmmm… Ilmu yang berguna kang, suatu saat kalau buka usaha lagi insyaAllah beberapa resep menjadi “Ethical Preneur” diatas akan selalu saya ingat.
btw, dah lama banget ngga mampir kesini nih 😀
Ternyata Pertamax! (rock)
Ketigax! (dance)
Keempax! (banana_rock)
Kelimax! (headspin)
Kelimax-nya diluar euy, tadinya cuma dikasih ruang cuma 3 (LOL)
Saya lom jadi pengusaha sih, masi jadi anak buahnya pengusaha 😀
Mungkin suatu saat, jika saya jadi pengusaha (amin), saya akan praktekkan tips2 diatas.
Makasih udah berbagi…
Saya sendiri pun gak kok, cuma dulu pernah memiliki tenaga bantuan sedikit (masih dalam hitungan puluhan) yang hanya bertahan kurang-lebih 9 th (malu)
ternyata etika memiliki tempat dan jalur yang tinggi. Patut dipraktekan. Salam kenal mas …
Begitulah kira-kiranya.
Salam kenal juga ya.
ada yg mau bisnis bagus dengan kopi ku ?
hehe …
500rb sehari untungnya ?
Mau ?
kunjungin webku 🙂
Rasanya ingin mencoba, cuma kondisi belum mendukung nih 😀
Tidak hanya pengusaha saja gan, saya merasakan narablog juga demikiman, sedih aku merasakannya.Mari kita luruskan kembali tentang EEK, Etika, Estetika, dan Kinestteika narablog. 🙄
Mantap! Rasanya setuju hal itu berlaku dalam berbagai sisi kehidupan.
Terima kasih telah melengkapinya! 😀
Bener tuh. Skarang banyak narablog yg cuma kpikiran hanya krna penghasilan, trafik, atau tenar sekalian. Tapi soal etika? Perlu bnyak pengenalan soal blogging 😀
Yap, terlebih berharap materi, trafik dan famor itu sudah selayaknya diraih secara etis. Sip!
saya ada usaha kecil2an cetak foto digital, meskipun dengan peralatan ala kadarnya alhamdulillah sudah berjalan hampir lima tahun
dengan memberikan pelayanan kepada konsumen dengan baik, meskipun jauh dari jalan raya dengan persaingan tinggi pelanggan masih memberikan kepercayaan dengan jauh2 datang ketempat saya meskipun di tempat yang lebih mudah terjangkau ada usaha yang sama
Nah, itu dia maknanya usaha dgn secara etis, Insya Allah bertahan lama.
Tambah sukses ya, amin!
Tipsnya keren,,,