Tag Archives: Bandung
Segar Cuaca Situ Cileunca, Wisata Murah Membuang Gerah
Pemandangan yang cukup indah bukan saja ada dibagian atas (utara) Kota Bandung, dibagian selatan pun udara segar seperti di Lembang dapat ditemukan. Selain Situ Cipanunjang, di Bandung Selatan juga terdapat sebuah danau yang cukup mempesona yakni Situ Cileunca Pangalengan. Situ Cileunca itu sendiri lokasinya berada di bawah Situ Cipanunjang.
Situ Cileunca, sebuah danau yang terletak diatas dataran tinggi yang dikelilingi oleh perkebunan teh Malabar. Dimana, genangan danau seluas 180 hektare ini diapit oleh dua Desa yaitu Desa Wanasari dan Desa Pulosari. Berada pada ketinggian ±1550 Meter dari permukaan laut, berjarak ±45 KM dari sebelah selatan Kota Bandung.
Wisata Alam & Kuliner, Floating Market Lembang
Sudah beberapa bulan yang lalu dibukanya area wisata yang satu ini, namun baru sempat beberapa hari lalu mengunjunginya. Meski masih seringnya turun hujan tidak membuat surut untuk mengisi liburan atau bepergian. Mungkin beberapa diantara kita ada yang pergi ke sanak-saudara dikampung atau menuju tempat rekreasi yang menuntut siapnya isi dompet yang cukup tebal. Jika kedua hal diatas tidak memungkinkan, bagi yang tinggal disekitar Bandung lumayan ada tempat wisata baru, dengan suasana alam dan udaranya yang masih segar sekaligus tempat wisata kuliner dengan terdapatnya beragam jajanan yang tersedia. Tiada lain tempat tersebut Floating Market Lembang.
Floating Market Lembang itu sendiri berupa pasar terapung yang tepatnya ada diwilayah Bandung Barat. Sebuah konsep menarik disajikan oleh pengelola pasar apung di Bandung yang dengan jelinya melihat potensi yang masih ada. Dengan menyulap sebuah danau alami yang bernama Danau Oemar atau Situ Umar menjadi sebuah tempat wisata yang cukup menarik. Sekeliling danau nampak beragam jenis tanaman hias hingga nuansa asri sangat terasa.
Car Free Day, Car Free Night
Jalan yang berlokasi dipusat kota senantiasa dijejali pengunjung yang hilir mudik dengan tujuannya masing-masing. Terlebih jalan tersebut mempunyai keistimewaan tersendiri sehingga bukan saja berfungsi sebagai sarana lalu-lintas melainkan dijadikan sebagai tongkrongan anak muda. Sebut saja salah-satunya sepanjang Jalan Dago yang telah memberlakukan car free day disetiap hari minggu pagi. Dibalik keseharian yang dipenuhi dengan macetnya kendaraan yang melintas dan kerap dibumbui polusi asap kendaraan, meski hanya beberapa jam saja ajang car free day memiliki nilai positif karena selain dijadikan arena jalan-jalan santai dengan menghirup udara segar juga dapat menikmati berbagai pertunjukan seni yang digelarnya. Lalu, bagaimana dengan “Car Free Night”?
Lain Dago, lain juga Braga. Jalan Braga yang terletak dipusat kota merupakan jalan yang paling istimewa di Kota Bandung. Jalan tersebut merupakan ikon Kota Bandung yang memiliki hari ulang tahun yang diperingati setiap tanggal 18 Juni. Jalan yang memiliki sejarah sebagai pusat perdagangan dan berderet beragam hiburan malam telah diakui sejak lama bahwasannya jalan tersebut merupakan sebuah jalan yang istimewa. Keistimewaan tersebut juga senada dengan senandungnya salah-satu penyanyi kawakan Indonesia, Hetty Koes Endang dengan judul kawihnya itu sendiri “Jalan Braga“. Keistimewaan itu pula yang menjadikan setiap pengunjung dari luar Kota Bandung memiliki rasa penasaran untuk dapat melintasi dan menjejakkan kaki disana.
Rumingkang di Tatar Parahyangan
Berawal Tari Ketuk Tilu Pergaulan yang ditolak oleh masyarakat tari dengan dasar-dasar tari rakyat dan pencak silat merupakan inti geraknya, tarian tersebut dikembangkan lagi dan diberi nama Tari Jaipongan. Seni tari yang dikreasi oleh maestro Tari Jaipong Gugum Gumbira Tirasondjaya adalah karya seni baru dalam dunia tari Sunda, yang dasar-dasarnya tidak hanya diambil dari pencak-silat, tetapi dari berbagai Seni Tari Rakyat Parahyangan yang tumbuh di berbagai wilayah di Jawa Barat.
Puluhan tahun sudah seni tari jaipongan tumbuh dan mengakar di Tatar Sunda. Seni tersebut bahkan sudah merambah keluar negeri. Pada awal pertumbuhannya di akhir 1970-1980-an dianggap sebagai seni tari yang berkonotasi “teu puguh” alias gak jelas dan negatif karena mengeksplorasi bagian-bagian sensitif tubuh perempuan. Pada kenyataanya, tari jaipongan itu tidaklah demikian, sehingga tarian semacam itu tumbuh subur terutama pada rakyat pesisiran.
Tari Jaipong Daun Pulus Keser Bojong dengan tabuhan musik karawitan atau lagu Serat Salira dan Bulan Sapasi bagi masyarakat Jawa Barat mungkin tidak asing lagi atau paling tidak sempat mendengarnya seperti halnya saya. (LOL)
Car Free Day, Menghirup Udara Segar dipagi Hari
Memang bukan tema yang hangat karena cerita ini sudah berjalan dari beberapa waktu kebelakang. Kebetulan dalam dua pekan berturut-turut (setiap minggu pagi) menjambangi daerah yang mengais cap “Car free day“.
Dalam hiruk-pikuk sebuah kota sudah barang tentu menjadi impian setiap penghuninya dapat menghirup udara segar dipagi hari, terlebih di Kota Bandung dimana sudah dikenal lama memiliki udara yang sejuk, segar dan lingkungan yang nyaman. Dari itulah mendengar kabar adanya event tersebut merasa senang dan menjadi jawaban atas harapan yang ada, dapat berolah-raga dengan jalan kaki meskipun hanya 30 menit saja dan sekaligus menghirup udara segar yang selama ini rasanya kurang ternikmati. (doh) Ini mah akibat ulah sendirinya saja yang hampir gak pernah olah-raga pagi dalam waktu yang cukup lama, tapi beberapa bulan terakhir rajin kok. (LOL)