Category Archives: Psychology

Berpikir Bijak Upaya Bertindak Tepat

Beberapa waktu lalu sempat berbincang-bincang dengan seorang teman, dia mempertanyakan (maksudnya sharing) keberadaan orang yang berpikir pendek tanpa memperhitungkan untung-ruginya dikemudian hari. Orang yang berpikiran pendek tidak jauh berbeda dengan yang berpikiran sempit, senantiasa mengambil jalan pintas dengan mendekatkan penglihatan pada keuntungan dipelupuk mata sendiri tanpa memperhitungkan hakikatnya sebagai manusia itu lahir, tumbuh lalu tua dan mati. Setelah tumbuh semuanya hanya berujung pada kematian. Sadar akan hal tersebut, tentu saja respek terhadap apa yang diperbincangkan. Meskipun tidak sepenuhnya menampik perihal tersebut kadang-kadang terjadi meskipun kasus dan skalanya berbeda.

Berpikir bijak upaya bertindak tepat, berpikir besar dan bertindak kecil cerminan prilaku diri orang-orang sukses. Harus diakui, bahwasannya sangat wajar jika orang-orang sukses itu sebenarnya orang-orang yang dikenal selalu berpikir besar dan berjiwa besar. Dari sebuah pemikiran tentunya akan berujung pada persoalan tindakan. Maka, berpikir besar itu bak kewajiban meniupkan seluruh energi yang dimiliki untuk membesarkan sebuah bejana, sambil menyadari batas-batasnya. Meskipun batas itu sendiri tidak pernah jelas adanya dimana, begitu pula batas energi kita, tetap meniupkannya tanpa pernah merisaukan soal batasnya, toh batas itu akan membatas dengan sendirinya. Yang harus disadari, hanyalah keyakinan bahwa batas ini tetap ada. Soal lokasinya dimana, terserah sang batas itu saja.

Sedekah Termudah

Sedekah TermudahLagi-lagi baru sempat menyapa kerabat dimari, ini pun hanya sebatas ingin 😀 saja. Mudah-mudahan terwakili upaya menggali makna sedekah termudah “senyuman” dalam rangka investasi pada diri sendiri senada dengan yang tersebut dalam Hadits Shahih “senyummu didepan saudaramu adalah sedekah.” Lagi dan lagi senyumnya! (LOL)

Celoteh terbersit dari kejadian tadi siang akibat malamnya kurang tidur. Hampir saja kendaraan yang ditumpangi terperosok ke dalam got, begitu sadar dan selamat saya malah tertawa padahal yang sebenarnya kaget banget dan jangan tanya soal kendaraan karena bukan rahasia lagi bahwasannya entahlah “tak terucapkan” (blush) Yang bawa kendaraan begitu juga saya kebetulan habis ngalong, tetapi keperluan menuntut untuk pergi dengan berbekal rasa kantuk ditambah sehabis makan siang secara otomatis itu si kantuk dengan senang hati menyerang. (haha)

Tersenyum Meski Dunia Begini Adanya

TersenyumCukup lama tak menjumpai kawan-kawan menjadi kangen seketika, semoga tulisan ini menjadi pertanda bahwa diri ini masih merasakan betapa berharganya kehadiran kalian semua. Jauh dari lubuk hati yang dalam, aku masih ingin menyampaikan sapaan hangat meski hanya ditemani secangkir kopi hangat (drinking)

Andai kalian tahu, aku masih ingin tersenyum seperti waktu-waktu sebelumnya meski dunia begini adanya. Bukan hendak mentertawakan kepedihan dan kesedihan sebagian penghuni negeri ini yang banyak diantara kita mengalami duka, tapi tersenyum pertanda semangat itu kembali terbuka, tumbuh dan mengembang selayaknya.  Dan kini, kutemukan sudah! Sebuah titik yang dihadapi bak pertanda untuk berhenti namun dilain sisi berwujud isyarat yang memerlukan uraian. Dari tekanan itulah terlahir sudah nama dan batasannya,  jika dipandang dari satu sisi yang berlawanan tersebut pulalah kebalikanya.  Begitulah kira-kira dengan diri ini, ibarat salju karena membeku dan berbaur lalu terkubur karena melebur. Setelah tertidur sesaat, masih meiliki impian hebat tiada lain mencairkan suasana penat, membekukan hasrat sesat, mendidihkan semangat dan apa saja yang ada dalam niat seharusnya terbuat.

Motivasi Diri dengan Afirmasi

Motivasi DiriSetiap hari pikiran kita dipenuhi dengan beragam hal, mungkin itu merupakan pikiran positif dan mendorong kita pada sesuatu yang sifatnya konstruktif  tapi bisa juga sebaliknya. Karena itu jika yang muncul kemudian hal-hal yang negatif, segeralah hapus dengan pikiran-pikiran positif lalu fokuskan pada apa yang kita inginkan saja. Tegaskan hanya apa yang diinginkan! Bagaimana pun, seseorang termotivasi untuk melakukan kerja terbaiknya dapat terdorong oleh berbagai hal. Diantaranya, karena memiliki ambisi untuk mencapai target tertentu demi masa depan yang lebih baik sehingga memunculkan motivasi dengan sendirinya secara langsung, selain itu ada juga yang terdorong oleh rasa takut karena terancam sehingga secara tidak langsung memacu diri melakukan kinerja terbaiknya demi mengatasi rasa takut atas ancaman yang ada. Jadi, betapa perlunya motivasi diri.

Motivasi-motivasi tersebut, selain dalam ruang lingkup personal juga banyak dijumpai dalam dunia kerja maupun dunia bisnis. Motivasi yang datang dari diri sendiri itu sangat penting, dimana dapat muncul karena ambisi atas keinginanya yang lebih baik. Sebagai contoh, seorang staf mengetahui bahwa jika ia melebihi target yang dibebankan padanya, gajinya atau posisinya akan segera naik. Atau jika seorang supplier merasa bahwa seandainya ia bisa memenuhi targetnya dengan tepat waktu dan kualitasnya terjaga maka mitranya akan menambah pesanan. Bahkan bukan mustahil akan mendapatkan proyek baru. Lalu ia terpacu bekerja sebaik-baiknya. Motivasi ini menurut motivator Steve Brunkhorst, merupakan motivasi yang lebih baik dan lebih kuat. Motivasi karena terdorong oleh ambisi diri sendiri cenderung memiliki energi lebih besar dan jauh lebih mendorong kreativitas dibanding motivasi karena terdorong rasa takut. Kehadiran motivasi karena ambisi biasanya terjadi  karena ingin mengejar penghargaan, imbalan besar, atau sukses tertentu. Motivasi tersebut dapat ditandakan dengan perasaan “Saya bisa …” atau “Saya mau …”.

Mengaktifkan Potensi dan Kekuatan dalam Diri

Potensi dan Kekuatan dalam DiriDengan perjuangan dan pengorbanan kita ditempa hingga lambat laun akar kemandirian hidup tertanam. Dan dengan cinta serta cita-cita yang menjulang tinggi berharap membuahkan karya yang senantiasa menebar manfaat bagi sebanyak-banyaknya makhluk dalam pengabdian pada-Nya. Untuk semua itulah pentingnya mengaktifkan potensi dan kekuatan dalam diri, dimana elemen-elemen yang memiliki relevansi cukup tinggi dengan kadar sebuah perjuangan diantaranya keputusan beraksi dan kadar tanggung-jawab atas sikap ingin “menjadi” (to be), “mengetahui” (to know), dan “melakukan” (to do). Dalam hal tersebut nampak jelas korelasi antara tinggi-rendahnya keinginan kita untuk menjadi (to be) dan tinggi-rendahnya daya juang kita mengalahkan tantangan, antara tingggi-rendahnya keinginan untuk mengetahui (to know) dan keputusan untuk bertindak (decision to do), juga antara keinginan untuk melakukan (to do) dan kemampuan kita menjawab (tanggung jawab). Aksi seseorang tidak lahir dari pemikiran semata, tetapi lahir dari kesediaan untuk menjawab tanggung jawab atas dirinya.

Terdapat point yang bisa dicermati dan digali berkaitan dengan potensi dan kekuatan dalam diri yang dapat dimaksimalkan hingga mendekatkan diri untuk dapat menjadi generasi yang memiliki prestasi dan senantiasa turut berperan dalam proses menuju sebuah perubahan/kemajuan, diantaranya: