Tag Archives: Buku
Hargai Ilmu Meskipun Tak Datang Dari Sebuah Buku 3
“Dalam lingkungan kerja”
Ujung dari suatu kebiasaan bertanggung jawab di lingkungan hidup sehari-hari ataupun sekolah yaitu berdampak pada saat memasuki dunia kerja. Terdapat beberapa hal yang harus kita pelajari sendiri tanpa ada manual book-nya ataupun menyontek dari teman sebangku seperti halnya waktu ujian sekolah. Learning by doing -lah kira-kira. Memang sih, lebih enak langsung menjalaninya, tetapi sebenarnya persiapan dan pengetahuan atau ilmu dasar bisa kita dapatkan semenjak bersekolah. Bisa jadi, sekarang, saat kita sudah bekerja, kita sudah mempraktikkan banyak hal yang tidak dapat diperoleh dari mata pelajaran, melainkan dari kehidupan sosial atau pengalaman berorganisasi.
Ada ilmu atau keterampilan yang tidak diajarkan secara khusus di sekolah atau kuliah tapi diperlukan saat kita memasuki dunia kerja, seperti: keterampilan beradaptasi dan berinteraksi sosial, tata cara bersikap dan berperilaku, cara berkomunikasi dengan rekan kerja atau atasan, keterampilan bekerja sama, kedewasaan emosi diri dalam bersikap dan bertindak serta dalam menghadapi permasalahan di lingkungan kerja, perencanaan dan pengorganisasian pekerjaan, keterampilan memimpin, dan lain sebagainya.
Hargai Ilmu Meskipun Tak Datang Dari Sebuah Buku 2
Dalam lingkungan tempat belajar atau sekolah”
Melanjutkan tulisan yang lalu, kalau tulisan yang lalu adanya dalam kehidupan sehari-hari, kali ini menghargai ilmu yang tak datang dari sebuah buku berkaitan dengan lingkungan dunia pendidikan alias tempat kita belajar atau lebih tepatnya lagi sekolah.
Mengingat-ingat cerita lalu, misalnya saja, waktu di sekolah ada seseorang yang rajin banget melakukan aktivitas menyontek dikala ujian. Hmm.. siapa ya? dah pada lupa nama2nya maklum dah lama bgt. Alasan kenapa ia begitu dan begitu terus? kurang begitu tahu, namun menurut asumsi saya pribadi selain termotivasi untuk meraih nilai yang bagus adalah semata-mata karena malas untuk belajar he… Mungkin hanya sebatas menyontek dikala kepepet sah-sah saja sih, itu kan hanya sesekali saja dan itu pun mungkin terjadi karena ada alasan lainnya. Tetapi kalau sudah mendarah daging itu mah bukan karena suatu alasan tertentu, sifat malas dan kecurangan sajalah yang kuat menempel.
Hargai Ilmu Meskipun Tak Datang Dari Sebuah Buku
“Dalam lingkungan hidup sehari-hari”
Banyak sekali terjadi dikehidupan sehari-hari kita, sering lupa akan hakikat diri sendiri. Kearifan dalam berpikir terkadang tidak mencerminkan tindakan membanggakan ilmu yang telah menempel di otak kita, padahal secara langsung ataupun tidak langsung otak kita dijejali dengan berbagai pengetahuan setiap harinya, termasuk yang datangnya bukan dari sebuah buku. Biasanya ilmu tersebut implementasinya punah kaitannya dengan lingkungan yang telah memunculkannya, manakala tak ada lagi rasa pengakuan bangga akan ilmu yang telah didapat (atau mungkin merasa gue ini pintar, bisa sendiri lho…).
Jadi teringat beberapa hari yang lalu, saya kedatangan teman lama. Dia mengingatkan saya akan beberapa tahun yang lalu, saya mengajak beberapa teman (tetangga) ke sebuah mall. Kejadian lucu pun terjadi ketika itu, mereka tidak berani masuk dan rasanya badan mereka semua jadi bergetar gak karuan (bilangnya sih karena belum pernah sama sekali masuk Swalayan). Padahal semua dari mereka itu bukan berasal dari kampung, gmn tuh… Yang jelas sekarang beberapa dari mereka sudah tidak takut lagi bahkan yang bekerja pun ada.
Berkawan Buku
“Buku adalah teman bicara yang tidak mendahuluimu. Teman bicara yang tidak memanggilmu ketika kamu bekerja. Teman bicara yang tidak memaksamu berdandan ketika menghadapinya. Teman kencan yang tidak menyanjungmu. Penasihat yang tidak mencari-cari kesalahan.”
Seorang trainer terkenal ditanya, “Apa kunci kesuksesan Anda?” Ia menjawab, “Saya selalu belajar pada yang terbaik.” Dilihat secara materi dan popularitasnya, trainer ini memang sangat luar biasa, bisnisnya berkembang pesat, penghasilannya wah, popularitasnya sedang naik, ilmunya luas, semangatnya pun selalu menggelora, tak heran jika ia selalu tampil enerjik.
Ternyata, salah satu kunci suksesnya adalah memiliki semangat belajar yang tinggi. Tidak tanggung-tanggung, ia selalu belajar pada yang terbaik di bidangnya. Tentu tidak mudah. Untuk mempraktikkannya, ia harus mengorbankan banyak hal : waktu, tenaga, biaya, pikiran, dan sebagainya. Ingin terampil bisnis, ia terbang ke luar negeri untuk belajar pada praktisi bisnis kaliber dunia. Konsekuensinya, ia harus merogoh ratusan hingga ribuan dolar Amerika. Demikian pula ketika ingin menjadi pembicara top dan menjadi pakar dalam bidang pengembangan diri, ia akan berusaha belajar pada yang terbaik dengan segala konsekuensinya. Katanya, “Kalau kita belajar pada yang terbaik di dunia, minimal kita bisa jadi yang terbaik di lingkungan sendiri.
Album Bandoeng Tempo Doeloe
Album ini mencoba untuk menampilkan sebagian wajah dan nuansa Bandoeng Tempo Doeloe yang indah, asri dan nyaman untuk dihuni berdasarkan data dan dokumentasi foto Bandung tempo doeloe yang berhasil dikumpulkan Penulis dari berbagai sumber, berupa buku atau majalah, kartupos, iklan, album foto keluarga dan internet.Album ini diharapkan dapat menjadi dokumentasi warisan budaya berupa wajah dan nuansa Bandoeng Tempo Doeloe bagi masyarakat Bandung sekarang dan generasi mendatang, sebelum semuanya punah dilanda sistem penataan kota yang hanya mengacu kepada aspek ekonomi.
Warisan budaya Bandoeng Tempo Doeloe yang sangat berharga ini hanya dapat dilestarikan dengan sistem penataan kota yang mengacu kepada sejarah, sosial budaya, ekonomi dan lingkungan hidup.