Kuda Lumping dari Gunung Manglayang
Cukup banyak kesenian tradisonal Sunda yang tumbuh di Tatar Pasundan, baik yang sudah tersohor atau yang tidak beken. Kesenian tersebut diantaranya degung, angklung, calung, longser, kuda ronggeng atau kuda renggong, kuda singa atau sisingaan, wayang golek, tari jaipong, bajidoran, cianjuran, benjang, dan juga tayuban-tayuban lainnya. Selain itu, ada satu kesenian yang tidak kalah tersohor dikalangan masyarakat sunda yaitu “Kuda Lumping”.
Dari pamor yang ada ini menembus ke berbagai kalangan tentunya, seperti halnya di ceritakan dalam bait-bait lagu yang tidak melewatkan kesempatan dengan mengambil tema masalah kuda lumping sebagai syair atau lirik lagu.
Kegemaran terhadap seni ini biasanya berlangsung secara turun-temurun. Tak mengherankan, bila segala kegiatan yang berhubungan dengan kesenian tersebut berpusat di beberapa tempat yang sudah dikenal sebelumnya. Misalnya saja kuda renggong di daerah Sumedang, kuda singa atau sisingaan di daerah Subang. Begitu pula dengan kuda lumping, masih sering muncul keberadaannya di sekitar Bandung Timur, konon katanya kesenian tersebut berlangsung secara turun-temurun dari leluhur mereka. Sebagai contoh, di Desa Ciwaru yang terletak di kaki Gunung Manglayang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, masih terkenal dengan adanya kesenian kuda lumping yang memeriahkan berbagai hajatan/khitanan.
Kebetulan lewat, lihat kuda renggong lagi istirahat langsung jepret sekedar update instagram. Kok pada nunggunya dibelakang ya (lol)
Kesenian Kuda Lumping!
Gelaran Kesenian Kuda Lumping biasanya ada pada warga yang melakukan hajatan (sunatan). Biasanya diramaikan dengan bunyi-bunyian terompet dan gendang. Dengan adanya bunyi-bunyian tersebut yang terdengar penduduk sekitar, hal tersebut menandakan adanya suatu keramaian. Lantas, hampir seluruh penduduk desa di kaki gunung tersebut tumpah ruah di depan rumah milik seorang warga yang akan menggelar acara hajatan tersebut.
Sejak puluhan tahun silam atau mungkin lewat, khitanan di desa tersebut memang tak pernah lepas dari sebuah tradisi. Yakni, upacara memandikan dan mengarak pengantin sunat atau anak yang akan dikhitan. Tradisi ini diawali dengan pembacaan mantra penolak bala oleh salah seorang sesepuh desa. Agar prosesi khitanan berjalan lancar dan sang anak terhindar dari berbagai gangguan dari Batara Kala.
Sudah menjadi tradisi turun-menurun pula seorang bocah lelaki yang akan dikhitan diberi pendamping anak perempuan seusianya, layaknya sepasang calon mempelai. Kedua anak yang juga sering disebut pengantin sunat ini lantas dimandikan dengan air suci yang bersumber dari pegunungan di Parahyangan Timur. Upacara ini dilakukan agar fisik dan batin si anak menjadi bersih, seputih beras yang dijadikan simbol.
Usai dimandikan, pasangan pengantin sunat ini diarak dengan jampana, yaitu kursi tandu yang dipanggul empat orang dewasa. Mereka memutari desa dengan diiringi musik bamplang untuk mengambarkan ke seluruh desa bahwa esok hari si anak akan menjalani salah satu ritual yang dianjurkan agama Islam, yakni khitanan. Dan sepanjang jalan yang dilalui, musik tak henti-hentinya ditabuh.
Antusiasme penonton yang sebagian besar warga pun meningkat. Wajarlah, kesenian kuda lumping yang dipertontonkan sanggar kuda lumping ini pun kerapkali diwarnai berbagai atraksi magis. Unjuk kebolehan itu semuanya dalam pengawasan ahlinya atau disebut juga dengan pawang. Para penduduk biasanya mempercayai pawang tersebut memiliki kemampuan supranatural tinggi. Apalagi pemimpin sanggar kuda lumping itu biasanya cukup lama melatih anak-anak asuhnya untuk bermain kuda lumping dengan berbagai atraksi menakjubkan.
Keramaian kuda lumping mencapai puncak ketika para pemain tampak kesurupan. Dalam keadaan tanpa sadar, mereka melakukan hal-hal yang tak wajar. Semisal memakan ayam hidup-hidup atau beling (pecahan kaca). Cuma pawanglah yang nantinya dapat menghentikan segala atraksi tersebut, seperti hal memulainya. Para pemain kuda lumping dituntun untuk berbaring di atas tikar. Selanjutnya, pawang menyelimuti seluruh tubuh mereka dengan selembar kain. Setelah membacakan mantra, para pemain kuda lumping itu kembali sadar sediakala dan seolah tak pernah terjadi apa-apa.
ih gila banget …
mas,ada koleksi lagu-lagu yang biasa di nyanyikan dalam pertunjukan kuda lumping tak..??
minta donk
Hehe.. ra ono mas 😀
Jadi inget judul lagunya bang Iwan fals “Kuda Lumping” hehehhee
Iya, ada juga lagunya ya 😀
Sayah malah ke ingetan Lagu nya Umi Hj.Elvy Sukaesih Mas Hanibi+Om Kips Judul Lagunya Kuda Lumping Genere Dangdut melancolis 🙂
Hahaha … oya mas kips, harusnya kuda lumping punya lagu pengiringnya y biar ciri khasnya dapet. Kira2 klo ada lagu pengiringnya, mau dikasih judul apa yak?
Waduh, bingung juga nih @MasHanibi. Barangkali @KangSaud ada ide, kan seniman 😀
Oh gitu ya @KangSaud, saya mah kurang tahu lagu tsb euy (thinking)
hiya ya…yang bunyi syairnya begini nih:
Kuda Lumping jalannya nungging
penunggangnya terpanting-panting
hingga menjungking dan…
jari kelingkingnya mlenting…
*kaburrr
(lol)@MangLembu mah (fish_hit)
Kalau di gunung manglayang, kuda lumping masih terkenal ya. Sebagaian orang menganggap kuda lumping ini permainan yang berkaitan dengan kesyirikan, makanya kalau di kampung saya, “ngebek” udah banyak ditinggalkan.
Masih ada sepertinya mas, belum lama pas jalan ke sekitar sana sempet melihatnya. Terkait anggapan adanya unsur syirik saya sediri gak begitu paham jg mas, soalnya saya gak tinggal didaerah sana euy
Di Daerah saya di Subang Jabar juga masih ada kesenian Kuda Lumping Om Kips. Demikian Laporan dari saya mohon di Liput heheh 😀
Haha… Siap komandan! Urang milarian crew peliputnya heula nya kang (lol)
Kuda beneran toh yang atas, kirain cuma kuda anyaman 😀
Yang kuda beneran itu mah kuda renggong mas, kalau kuda lumping mah kuda bohongan atuh (lol)
Berarti saya koment di bawah gak salah ya Om Kips. karena terfocus ke Kuda Renggong, makanya komen nya kuda renggong terus labasanya komen Kuda lumping deh hehheh 😀
KaLau kuda lumping identik dengan atraksi yang berbau mistis… makan beling
Iya @KangAchmad, mungkin salah-satunya hal tsb yang membuat orang penasaran untuk melihatnya ya, meskipun bercampur rasa ngeri (lol)
Sumuhun @KangSaud, eta kuda renggong sakedik ngarias soalna kasebatkeun oge dina seratan kang 😀
Salut buat masyarakat Gunung Manglayang sudah ikut serta melestarikan kesenian ini…
Iya mas, saya sendiri pun sama merasa kagum terhadap mereka-mereka yang setia menjaga warisan budaya bangsa.
Di daerah Manglayang Bandung suasanya dingin gak Om kalau siang? kemarin saya mentas di Ciwidey ambeuu dingin banget tengah hari juga, kenapa coba Om Kips..?
Sepertinya lumayan dingin juga kang, soalnya saya kan tinggal di Bandung Tengah, Bandung Kota euy
Nah, kalau Ciwidey, Pangalengan dan Lembang itu dinginnya maknyes ya. Selain datarannya lebih tinggi, juga alamnya “lahan dan tumbuhan” masih banyak yang terjaga kang.
waduh eta yang nunggu jangan terlalu dekat kitu kang, bisi datang serangan roket nuklir bahaya 😀
kalau pasangan pengantin sunat biasanya si anak ceweknya itu saudara apa bukan kang ?
Haha.. Iya tuh, saya juga heran kok pada nunggu dibelakang ya. Makanya sambil lewat langsung saya jepret kang (haha)
Iya, anak dilingkungan kekuarga jg.
Kade Om kadupak Kuda Renggonbg heheheh
Moal kang, abdi mah tiasa nyingcet atuh (haha)
heu, skandal ieu mah. mas saud meuni perhatian kitu k si akang 😀
Halah, daripada kadupak kuda kang, mending nyingcet kan (lol)
Belum pernah nonton atraksi ini secara langsung. Kalau di tivi pernah. Budaya zaman dulu memang akrab dengan hal-hal mistis ya. Di daerah sini juga ada yang bernuansa mistis. Malah pendeta dalam kepercayaan kuno, di beberapa daerah di Sulawesi Selatan masih ada.
Iya, beberapa dari sekian banyak budaya masih kental dengan mistis.
Sebetulnya mistis di balik kesenian Kuda lumping itu hanya mitos saja ya Om Kips? ehhh bener gak sih Om?
Entahlah kang, saya sendiri sama-sekali nol besar masalah yang berbau mistis mah 😀
jadi inget pas dulu ada yang mendatangkan kudalumping pas sunatan tentangga sih. kalo saya dulu g sampe ngedatangkan kuda lumping. mahal. hehehehe
Oh gitu ya, saya malah gak tahu sama sekali tentang tarifnya euy (lol)
cuman serem mas kuda lumping itu kesurupan. kasian juga sih yang kesurupannya krn g jarang suka penonton yang kesurupannya
Iya, itu yang bikin serem. Karena itu jg, pas lihat gak berani dari dekat bgt malah (haha)
itu menurut saya daya tariknya mas
Iya mas, itulah yang menjadi daya tariknya ya 😀
Kuda lumping ini adalah satu kekayaan bangsa Indonesia yang perlu kita jaga dan lestarikan ya gan agar bisa tetap terjaga meski jaman sudah berubah menjadi modern seperti sekarang ini
Iya, menjadi salah-satu yang patut dilestarikan kalau menyangkut akar budaya bangsa 😀
harus mencari bibit2 muda yg mau belajar seni ini mas
Lebih tepatnya begitu ya mas 😀
ditempat saya sudah jarang kuda lumping kang, lagi boomingnya calung nih.hehehe
kuda lumping larinya nungging
mencari nafkah terpontang panting
(lagu sapa hayooo)
Lagunya @KangIwan mas 😀
Iya @KangHendri, disini juga jarang kok. Daerah timur dan atas sana yang kadang masih ada mah 😀
padahal kuda lumping juga termasuk kesenian yang perlu dilestarikan ya kang.hehe
mas yanto muah banget ah tebak-tebakan nya 😀
Secara pribadi, memandang perlu juga kang, soalnya masih menyangkut seni tradisi hehe…
ternyata didaerah bandung juga ada kesenian kuda lumping yamas.
ditempat saya juga mulai punah mas,karena kurangnya generasi muda yg belajar kesenian tersebut
Ada mas, kuda lumping sebenarnya sudah meluas. Cuma ya sudah jarang juga 😀
tradisi sunatnya lucu juga tuh mas ,pake iring iringan juga.pasti rame yg ngeliat
Iya, kalau ada iring-iringan gitu biasanya penduduk pada berjajar ditepi jalan (LOL)
keren nih dari namanya aja,
Lumayan jadi hiburan rakyat ya 😀
mang kips di saya sering ada kuda lumping mang.
ga enaknya pas nonton itu bau menyan mangs
Oh ada ya, itu pas ngeluarin jampe-jampenya kali ya mang (lol)
di saya ga hanya sunatan biasanya acara nikahan juga suka ada.
Oh kitu kang, dipalih mana tuh? 😀
mungkin ini yang dinamakan kebudayaan setempat harus di lestarikan mas, warisan kuda lumping sudah turun temurun, kita sebagai generasi muda harusnya juga ikut berpartisipasi agar kebudayaan ini tidak punah, wah asyik bisa nonton kuda lumping nih
Kapan-kapan nonton rame-rame mas, jadi gak takut sama kuda yang mengamuk (lol)
cuman jadi pertanyaan bagi saya yang di makan orang saat kesurupan seperti gabah, beling, ayam hidup itu kemana ya larinya. kalo pas sadar gimana ya.
Biar Om Kips aja deh Mang Adul, yang jawab nya.. takut nya salah saya yang bales na mah 😀
Saya juga gak paham euy, kirain @KangSaud tahu yang sesunguh-sungguhnya atuh (lol)
Entahlah @MangAduls, dulu ketika kecil mendengan hal tersebut katanya penglihatan penonton yang diperdaya. Tapi jujur kurang tahu yang sebenar-benarnya tentang hal tsb saya mah kang (lol)
Euleuhh meuni endah ya Om Kips iring-iringan Kuda Lumping. inget saya Nikah sama mertua saya khaol nya naik Kuda Renggong. eeh itu emang Kuda Lumping apa Kuda Renggong atuh Om..?
Haha.. mantep pisan atuh kang, pangantenan sareng mertua oge naek kuda. Muhun gambar nu ageung tur aya nu nuntun kuda eta mah kuda renggong kang 😀
Kalau disana masih ada tradisi kesenian kuda lumping sebelum acara khitanan ya kang, di tempat saya adanya cuma pas ada saweran kuda lumping, itu juga jarang-jarang. pengantin sunat kalau udah gede bisa jadi penganten beneran ngga yah…
Iya kadang-kadang masih terdengar adanya kang, saya sendiri gak tinggal didaerah yang sama soalnya euy
Kalau masalah pengantin sepertinya sih gak atuh, pastinya punya pasangan masing-masing kalau sudah gede mah (lol)
udah lama banget saya gak nonton kuda lumping 🙂
Sebenarnya sama, cuma gak sengaja beberap waktu melihatnya lagi diperjalanan. Begitu pun dengan kuda renggong, lihat dijalan juga (lol)
sudah lama banget, nggak liat acara kesenian Kuda Lumping 🙂 senang bisa baca ulasannya di tulisan ini 🙂
Iya mas, terma kasih telah berkenan mampir kemari ya (worship)
Ini juga menjadi objek wisata dan harus dilestarikan ya mas 😀
Secara pribadi memandang cukup perlu untuk dilestarikan mas, akan menjadi salah-satu wisata budaya nantinya ya 😀
kuda lumping juga ada di daerah ane gan, selalu rame penonton kalau ada pentas kuda lumping, sampai pada heboh masyarakat, terutama anak anak 🙂
Iya, kuda lumping pamornya sudah meluas soalnya 😀
sekarang sudah jarang bisa menonton pertunjukan kuda lumping ya kang, kalo di tempat saya di Yogya namanya Jathilan kang hehe, pokoknya seru kalo ada yg hajatan nanggap hiburan Jathilan ini… mungkin hampir mirip dengan Kuda Lumping ya kang …
Sepertinya iya kang, cuma beda sebutan aja ya 😀
wahs eru kayaknya acaranya ya mas…