Apa Adanya
Menginginkan sesuatu yang terbaik untuk diri kita sendiri sangatlah wajar. Mengenai adanya identitas rahasia telah menjadi standar kehidupan normal, karena kita semua suka akan rahasia. Kita ingin dapat menguasai kehidupan pribadi kita agar dapat menentukan siapa yang boleh benar-benar mengenal kita.
Identitas yang tak pernah disembunyikan didepan dunia, merupakan sesuatu kekuatan atau kelemahan? Mengingat berbagai permasalahan yang tak akan lepas dari seseorang tanpa dicari sebuah jalan keluarnya.
Kecenderungan berbuat apa adanya tentunya akan mengetahui dan memahami semua peran yang dijalankan. Dimana kita bisa menerima dan menunjukan kelemahan dan sekaligus kekuatan diri, sehingga orang lain pun mengetahui apa yang kita jalani. Apa bisa? tentunya tidak untuk semua hal bisa dilakukan.
Sebagai contoh mungkin waktu mendaftar kuliah, misalnya, diharuskan untuk menulis sebuah esai tentang diri sendiri. Kita senang melakukannya karena berarti kita dapat menjelaskan siapa diri kita kepada semua orang di kampus yang sebelumnya tak tahu apapun mengenai diri kita.
Kita bisa saja membual supaya terdengar seperti seorang yang bagaimana yang lagi menjadi tren setter. Misalnya selebritis atau apalah. Oleh karena itu kita mungkin menggunakan kata-kata aneh yang harus kita cari dulu di kamus, dan melakukan apa saja yang terlintas di pikiran kita untuk menutupi kenyataan bahwa kita adalah seorang yang sebenarnya biasa saja. Dunia kampus menjadi awal dan kepribadian baru kita, suka nyeleneh, takut membicarakan yang sesungguhnya dengan orang-orang yang mungkin akan meremehkan. Hura-hura, berfoya-foya supaya terlihat keren dan mewah sering dilakukan tanpa pertimbangan, bahkan sampai berani dugem dan minum-minum demi membuat orang lain terkesan, akhirnya muntah tuh, heuheu… Akibat dari menutupi keadaan yang sebenarnya sebelumnya (tidak jujur bahwa sebelumnya gak pernah meneguk minuman keras).
Contoh tersebut hanyalah sebuah contoh kecil saja. Andai saja melihat wajah asli kita di cermin, mungkin salah satu diantara kita hanyalah wajah seorang pemuda dusun terpencil yang mulai aneh karena sangat ingin terlihat keren. Beranikanlah untuk menjalani hari-hari dengan menjadi diri sendiri, tanpa topeng lagi.
Tentu saja ada beberapa hal pribadi dalam “hidup yang kita yang harus simpan rapat-rapat, tapi kita terbiasa menyimpan lebih rapat daripada seharusnya, dan hal itu diperkuat ketika para tokoh pahlawan kita menyembunyikan kebenaran tentang dirinya sendiri bahkan dari mereka yang sangat dekat sekalipun.
Jean Vanier, seorang ahli teologi dan penasihat hukum bagi orang-orang yang cacat secara intelektual, menulis tentang kecenderungan manusia ini dan akibatnya : “Kita semua cenderung untuk memakai topeng, topeng kesombongan atau kerendahan diri, topeng harga diri atau topeng korban. Tidaklah mudah untuk melepaskan topeng kita … Penanggalan topeng-topeng tersebut (mengarah kepada) penerimaan atas siapa diri kita”.
Wallahu A’lam Bishawab.
mas indra bisa tau alamatnya Jean Vanier ga he3x..
Tulisan itu menginagatkan kita pada tetekon yang menyatakan bahwa politikus “boleh bohong” tapi “jangan salah”…..! dan ilmuwan atau peneliti boleh salah tapi sama sekali “tidak boleh bohong”
Artinya…. pake topeng atau tidak pake topeng..sah, untuk mempertahankan diri agar tetap eksis didunianya !! Sanes kitu kang ?
#1 Kalau gak salah di Cililin deh heu…
#2 Sah-sah saja kok, khususnya saya setuju pada sejauh mana topeng itu digunakan dalam mempertahankan diri yg tidak terlalu merugikan orang lain he..
yup manusia pasti lebih senang memakai topeng karena dengan topeng tersebut kita merasa lebih gagah dan bangga tetapi banggga dengan topeng adalah sebuah kepalsuan kita seharusnya bangga dengan apa yang berada di balik topeng bukan topeng itu sendiri