Pedih dalam Perih
Masih mengukir mimpi meski tak seindah angan-angan yang hadir dipelupuk mata. Seringkali bertemu resah dan penyesalan atau bahkan keputus-asaan jika menghadapi sebuah realitas yang bersebrangan dengan harapan. Dan sebaliknya, suka-cita tercipta manakala keinginan hati terjumpai, riang dan senang ketika menang dari pengharapan. Itulah hidup, cerminan semua segi tercakup.
“Life is suffering!” Seorang filsuf pernah berkata demikian, hal tersebut maksudnya tentu saja bukanlah penderitaan itu selalu hadir dalam setiap detiknya melainkan pada kenyataan dikehidupan ini memang tidak pernah semulus seperti yang diangankan. Selalu ada saja tantangan dan ujian yang membuahkan penderitaan, kemudian membuat diri terbebani. Terlebih jika ujian datang bertubi-tubi yang memungkinkan hadirnya keterpurukan seperti tak punya kesempatan untuk bernafas lebih panjang dengan menghadapi berbagai terpaan. Lalu, terwujudlah seberapa besar tingkat kesabaran yang dimiliki diri dari berbagai kondisi tersebut.
Memang diakui, tak selamanya diri terkungkung kesabaran hati, terlebih sesekali hadirnya perih dalam pedih atau pun pedih dalam perih. Sadar dan sabar! Lagi-lagi kesabaran diwajibkan, diri dituntut hidup sadar dalam kesabaran. Sadar tentang hadirnya ujian menuntut diri menyadari betul bahwasannya ujian itu sesungguhnya adalah tempaan agar menjadi lebih tangguh. Sadar dari hal tersebutlah lahirnya sebuah pembelajaran melatih kesadaran dan juga kesabaran yang kerap kali dirasakan terlalu mudah dilisankan.
Andai saja ujian-ujian itu dapat dipandang sebagai suatu bentuk in process control, yang Insya Allah akan memberikan quality assurance atau jaminan kualitas diri yang lebih baik maka beruntunglah diri. Karena dibalik muatan itu semua, sadar akan kadar penderitaan setiap orang itu berbeda-beda dan juga cara menyikapinya. Terlintas bukan dalam sepintas, dibalik sebuah masalah adalah “berkah”. Seperti kisah Nara pada coretan sebelumnya, terangan bak “danau” nan luas yang mampu mewujud dalam hati lapang, pikiran bersih, dan jiwa yang tenang hingga dapat menunjukan sebenar-benarnya bahwa berat ringannya masalah, mudah sulitnya dipecahkan sangat tergantung pada cara pandang dan keikhlasan dalam menyikapinya.
Maha teliti Allah dalam meletakkan beban ujian pada setiap hamba-Nya, senantiasa berdasarkan tolak ukur atau kadar kemampuan setiap insan dalam memikulnya. Dan, beruntunglah diri jika menghadapi ujian yang cukup berat, karena menjadi indikasi diri memiliki kualitas tinggi, sebuah pertanda bahwasannya Allah telah meluluskan pada uji kelayakan untuk memikulnya. Dan, hanya dengan terus belajar dan memperluas wawasan kebijaksanaanlah upaya menjauhkan masalah yang menguasai diri, hingga menunjukan dirilah yang mengendalikan masalah. Selebihnya, masalah yang datang bukan lagi dipandang sebagai penderitaan, tetapi bagian dari kehidupan dan batu pijakan menuju kesuksesan. Wallahu A’lam Bishawab.
aku juga sedang merasakan perih 🙂
Semoga rasa perih itu dapat disikapi dengan bijak dan senantiasa membawa berkah dibalik itu semua, amin. Salam hangat selalu!
Memang dalam hidup ini penuh dengan “ketidakmulusan”….. !
Sependapat mas, memang itu telah menjadi hukum alam. Yang patut kita sadari hanyalah pembelajaran menyikapinya dengan tepat dan bijak.
Terima kasih telah berkenan mampir, salam hangat!
Semoga kedepannya tambah sukses lagi…Amiin
Amin! Terima kasih telah berkenan mampir.
Salam hangat!
sama2 mas….tujeran link yukkk????
Boleh, kasih tahu aja kl link kips dah ditaro disana 😀
life is suffering ?
hemm.. sejauh mana kita bisa mensyukuri kehidupan…..
Yap, ujung-ujungnya memang kita dasarkan pada rasa syukur nikmat 😀
Hi..aku gak komen kok cm pgn mohon ijin ngucapin salam kenal ya..salam dari blogger jogja..buat temen2 yg mbaca ini,salam kenal jg ya..salingberkunjung yuk,klo berkunjung pasti aku buatkan kopi wes,gmn..?ditunggu ya..
Salam kenal kembali, makasih sudah berkenan mampir 😀
life is not suffering but sacrificing
Nah, itu dia mungkin lebih tepatnya “pengorbanan” hehe…
Sip! 😀
Pedih dan perih dapat sirna apabila diterapkan keihlasan dalam hati kita…
Setuju mas, tindakan paling tepat adalah ikhlas yang Insya Allah akan membuat tetap semangat. (worship)
luagkan waktumu untuk liburan, insya Allah. perih itu sedikit demi sedikit akan hilang.. q do’akan semoga kedepan tambah sukses..
Refreshing juga rasanya tepat untuk dijadikan penutup kepedihan, terima kasih atas do’anya! (worship)
setiap orang sangat layak untuk bahagia,
bangkit dan berjuanglah
semangkaaaaa !!!! 😀
Pastinya, mari kita hadapi semangkanya 😀
Kalau melihat judulnya saja “PEDIH DALAM PERIH” sama dengan nasibku saat ini.
Dimana orang yang aku cintai telah menolak aku dan mencintai temanku.Temanku tidak mengerti perasaanku.Setiap kali mereka bertemu dan tertawa ceria di depanku.Karena temanku itu orang yang selama ini sering bersama. kerja dekat aku dan sering aku bantu.Tidak hanya finansial,tempat tidurnya pun di toko aku.
Yang paling menyakitkan lagi adalah Setiap rencana yang dibuat temanku untuk nge date sama pacarnya minta anjuran dulu dari aku.Betapa sakitnya hati ini.
Semoga tabah dan dikuatkan hati terhadap keyakinan bahwasannya ujian tsb merupakan terpaan bagi sesuatu yg lebih lagi (lebih baik). Amin!
Sabar dan tawakal ya.