Category Archives: Refleksi

Berpikir Mewujudkan Mimpi

Kekuatan pikiran seringkali kita lupakan. Bila kita berpikir bahwa kita telah dikalahkan, maka sebenamya kita telah kalah sebelum berperang, bila kita berpikir kita tidak mampu, maka sungguh kita menjadi lemah. Bila kita ingin menang tapi kita berpikir kita tidak bisa menang, maka kita tidak akan pernah menjadi seorang pemenang.

Pada dasarnya, Tuhan menciptakan manusia lengkap dengan kemampuan untuk berpikir. Dari pikiranlah dunia berkembang, dari peradaban primitif menjadi peradaban super modern. Jadi, segala sesuatu yang manusia ciptakan tiada lain adalah berasal dari kemampuan memberdayakan berbagai pikiran.

Komitmen pribadi untuk melakukan hal yang baik dengan sikap mental yang positif, nicaya akan mempunyai kepercayaan bahwa hal-hal baik akan terjadi seperti halnya punya keyakinan bahwa jika suatu saat muncul masalah, maka akan mempunyai kekuatan dan ketrampilan untuk menangani, mengambil alih dan kemudian menaklukkannya.

Character di Balik Imajinasi Pemandangan

Cerahnya langit biru, dimana tanpa ada awan sedikitpun, terkadang membuat segelintir orang hanyut untuk menikmatinya dengan menatap langit sambil pikiran jauh menerawang. Memandang birunya langit yang cerah, menurut beberapa orang bisa dikatakan dapat menambah semangat. Apa iya? Mungkin memang benar, barangkali bisa diingat kita pernah mendengar beberapa orang dengan begitu semangatnya untuk menjalankan aktivitasnya dikala melihat langit cerah.

Hmm… jika diingat-ingat, rasanya pernah juga kayaknya he.. Wajar-wajar saja sih, soalnya warna biru yang terdapat pada langit yang cerah itu, konon memang memiliki kekuatan untuk menenangkan jiwa. Bahkan warna biru dalam pikiran dapat memperlambat detak jantung dan membuat kita mengambil nafas dalam-dalam (silakan coba sendiri).

Bertanyalah, siapa diri kita?

Perbedaan yang selalu ada, bukan berarti melemahkan kita untuk bisa maju bersaing dengan orang lain. Dalam hal ini hanyalah untuk menunjang terhadap diri sendiri pula, dimana diri sendiri tidak akan lupa diri serta dapat mengukur posisi keberadaan diri sendiri, apakah diri kita itu sebagai teman, sebagai saudara atau kerabat, tamukah dan lain sebagainya, tentunya memiliki porsi keberadaan yang berbeda-beda yang pada akhirnya dapat saling memberikan makna dan hikmah dari apa yang ada dari setiap masing-masing yang berinteraksi.

Mengabaikan siapa diri kita yang hakiki, dan mencoba melebur dalam kepribadian orang lain, maka akan menghancurkan karakter asli kita sendiri. Kita menjadi tidak kenal siapa diri kita, apa yang seharusnya menjadi pegangan sehingga mudah diombang-ambingkan arus dari luar.

Melacak Jejak Sebuah Kedamaian

Damai itu indah dan menyenangkan. Bisa dibayangkan kita ada di bawah teduhnya sebuah pohon ditepi pantai. Dengan pandangan menerawang jauh ke laut lepas dan tak ada seorang pun yang mengganggu. Hmm… ingin rasanya kembali kepantai untuk menikmati suasana seperti pada gambar yang ada.

Menikmati kebahagiaan yang bertahan lama dengan fokus pada hal-hal yang baik dalam hidup itulah sebuah kedamaian batin. Kedamaian batin ini terkadang sangat terjauh dari jangkauan kita. Bagaimana pun tidak semua orang berada pada kondisi dan situasi yang sama. Namun, pada dasarnya, sudah seharusnya kita mulai memahami dan mencari apa arti kebagagiaan itu? Porsi yang bagaimanakah kita membutuhkannya?

Andai saja telah memahami batasan-batasan sejauh mana kita harus meraih dan mengendalikannya, senantiasa sebuah kedamaian batin tersebut akan menyertai setiap langkah kita. Atau mungkin diperlukan cara-cara atau langkah-langkah yang seharusnya kita tempuh?

Makna dan Firasat

Reaksi beberapa anggota tubuh seperti kedutan mata, telinga berdenging dan lain sebagainya membuat beberapa orang menafsirkan ke berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Lalu percayakah dengan semua itu mengandung firasat tertentu?

Ketertarikan menulis tema ini karena sebenarnya akhir-akhir ini kerap kali mengalaminya, dan terkadang tak sungkan-sungkan bertanya ke beberapa orang yang ada disekitar saya, meskipun pada akhirnya belum pernah mendapat jawaban yang meyakinkan. Memang sih, kalau boleh jujur saya sendiri sama sekali belum bisa mempercayainya, saya menganggap itu semua hanyalah mitos dan yang terjadi hanyalah karena faktor kondisi fisik yang ada pada beberapa organ tubuh kita. Pada kenyataannya, hal ini memang sudah melekat pada kehidupan masyarakat kita sehari-hari. Jika mata berkedut, atau kuping terasa panas berdenging, atau telapak tangan terasa gatal, kita sering bertanya-tanya, apa pertanda atau firasat dari sensasi tersebut.