Seseorang yang suka berpikiran positif akan memandang segala sesuatu dari sudut yang baik. Tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baiknya. Tidak berpikir buruk tentang orang lain, senantiasa mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain. Selebihnya, jika senantiasa mengambarkan dampak pola berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, hasilnya mungkin betul-betul menjadi positif. Contoh sederhana:

• Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, niscaya orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita.
• Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, besar kemungkinan akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas.
• Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan tercapai melihat upaya yang dikerahkan saja mendekatkan pada separuh keberhasilan.

Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif.

• Andai kita menganggap tetangga kita judes, lantas kita tidak mau bergaul dengannya, bisa jadi akhirnya dia betul-betul menjadi judes.
• Andai kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur, akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur.
• Andai kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.

Ibarat yang nampak pada gambar, jika memandang bunganya tentu saja cukup indah. Lantas menyiramnya hingga bunga dan daunnya bersih dan segar. Namun, jika terfokus merlihat kotornya saja tanpa melirik keindahan bunganya, niscaya bunga tersebut dikelilingi kotoran sampai layu dan punah.

Dampak berpikir positif!

Dampak pola berpikir positif disebut dampak Pygmalion. Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu. Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain. Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain.

Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, pasti ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk. Sebagai contoh kecil, jika ada seorang teman tiba-tiba memberi hadiah kepada kita. Hal tersebut tentu merupakan perbuatan baik. Tetapi, jika kita berpikir buruk, maka kita akan menjadi curiga. Bisa-bisa mengomel dalam hati “tumben ngasih hadiah, jangan-jangan ada maksud tertentu.” Atau berpikiran tak layak “Ah, jangan-jangan hadiahnya cuma barang murah dan tak enak.” Yang rugi dari pola pikir seperti itu tentu diri kita sendiri. Kita menjadi mudah curiga dan menjadi tidak bahagia. Sebaliknya, kalau kita berpikir positif, kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa syukur dan gembira.

Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang dipakai. Kalau memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Tetapi kalau memakai kaca mata yang terang, niscaya segala sesuatu yang tampak adalah cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup penuh curiga dan dendam. Tetapi dengan kaca mata yang damai akan menjadikan hidup itu indah.

Hidup akan menjadi baik kalau memandangnya dari segi yang baik. Berpikir positif atau berpikir baik tentang diri sendiri, tentang orang lain, tentang keadaan dan juga berpikir baik tentang Tuhan. Dampak berpikir positif seperti itu akan dirasakan dengan baik. Keluarga menjadi hangat. Kawan menjadi dekat dan bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah dan hidup menjadi indah. Wallahu a’lam bishawab.