Antara Depresi dan Sifat Lupa
Sifat lupa atau tidak dapat mengingat dengan semestinya merupakan penomena yang sangat lumrah terjadi pada seseorang, gejala itu biasanya terjadi pada orang yang menginjak lanjut usia. Meskipun sifat lupa merupakan fenomena yang kerap dijumpai dalam kehidupan seseorang yang telah menginjak usia lanjut tersebut, tetapi tidak sedikit sifat lupa itu kita jumpai dalam diri seseorang dimana usianya belum terasuk kedalam golongan manula. Mungkin termasuk saya sendiri termasuk kedalamnya meskipun kadarnya sangat kecil, karena sejauh ini masih baik-baik saja (hanya sesekali doank kok he…). Nah, sampai seberapa jauh gejala lupa dapat ditoleransi?
Menurut Cynthia Green, ahli ilmu jiwa yang mengajar di Sekolah Kedokteran Mount Sinai, New York, memori akan menjadi bom krisis baru. Hal itu diperkuat oleh tim Pusat Riset Rank Xerox, sebuah laboratorium di Manchester, Inggris, produsen berbagai alat untuk mengatasi kegagalan memori. Hasil riset tersebut, kemunduran memori sudah dialami oleh orang-orang muda, usia akhir 20-an. Misal, terjadinya sifat sering lupa wajah dan nama seseorang selama beberapa saat, atau mau mengerjakan sesuatu tiba-tiba lupa sama sekali.
Nah, menurut para ahli juga, lupa itu terbagi menjadi dua macam, yaitu lupa normal dan lupa abnormal.
Lupa normal adalah lupa terhadap hal-hal yang kurang berkesan atau diperhatikan, namun jika diberi isyarat atau tanda (clue) maka hal tersebut masih dapat diingat kembali meskipun detilnya terlupakan. Sementara lupa abnormal biasanya merupakan gejala demensia (pikun dini), dan mempunyai ciri-ciri berikut: derajat lupa sudah keterlaluan, terutama hal yang baru terjadi (recent event), dan bila diberi clue juga tetap tak bisa mengingat kembali seolah tak pernah mengalami kejadian tersebut.
Mengalami gejala lupa yang muncul lebih dini, karena lupa terhadap sesuatu yang telah dilakukan, misalnya lupa tempat menaruh barang atau bingung berada di suatu tempat yang baru, gejala seperti itu umumnya baru muncul pada usia sekitar 50 tahun. Namun, bila dalam tahun terakhir ada depresi, bisa saja mengalami demensia semu (pseudodemensia) yaitu gangguan mental depresi yang disertai memburuknya konsentrasi dan daya ingat, sehingga mirip dengan orang demensia.
Cara mengatasi hal tersebut sudah pasti harus berkonsultasi dengan seorang psikiater untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya. Bila ada gangguan depresi maka kemunduran daya ingat adalah bagian dari pseudodemensia dan dalam hal ini gejala lupa dapat sembuh bila diobati. Jika gejala lupa yang dialami sudah mengganggu aktivitas harian, maka sebaiknya memeriksakan fungsi kognitif agar dapat diketahui jenis gejala lupa yang dialami secara pasti. Melakukan check up akan kondisi mental dan fungsi kognitif, agar bisa diketahui tindakan apa yang perlu dilakukan selanjutnya.
Ternyata, sifat lupa ada hubungannya juga dengan depresi, perlu diwaspadai juga ya, biar gak sampai lupa ingatan heu…
kalo urusan duit sih biasanya saya gak lupa mas… heheh 🙂
anda bisa promosikan artikel anda di infogue yang akan berguna untuk semua pembaca. Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. Salam!