Financial Freedom, Makna Kaya dan Makmur
Demi asa tersisa, mengacuhkan segala situasi yang ada, mencoba menunjukan bahwa betapa besar hasrat untuk dapat meraih kebebasan finansial. Dari gambar yang ada, kasihan banget ya, cuma serebu perak lebih dikit tuh, kalaupun ada yang sudi menambahkan, gak malu kok, dengan senang hati silahkan he….
Mencoba mengupas masalah finansial rasanya cukup perlu, ini hanya sekedar mengingatkan pada diri sendiri saja, dengan harapan menjadi motivasi untuk dapat memahami dan me-manage masalah finacial dengan baik.
Saya rasa dalam hidup ini bukanlah hal yang ganjil jika semua dari kita ingin kaya, apalagi jika di pandang dari sudut umum realitas kehidupan yang berjalan. Dengan cakupan global yang tidak memandang segi kelas pada masyarakat, baik yang memahami detail mengenai makna kaya yang sebenarnya ataupun bagi yang belum memahaminya dimana mengidentikan makna kaya itu hanya pada harta benda belaka. Bagi yang berwawasan luas pemahamannya mungkin sudah diluar kepala. Disini hanya mencoba menuangkan sedikit gambaran yang tersirat dalam benak (persepsi atau asumsi yang tidak pasti) mengenai apa bedanya kaya (rich) dan makmur (wealthy)?
Kaya biasanya didefinisikan memiliki aset atau harta yang relatif lebih banyak daripada orang kebanyakan. Misalnya orang yang mampu mempunyai rumah yang harganya ratusan juta rupiah, atau bahkan bernilai miliaran rupiah dapat disebut kaya. Seharusnya, yang lebih bijak mendefinisikan kaya itu sebagai gambaran dari aset bersih yang dimiliki seseorang. Maksudnya, harta yang dimiliki itu harus dikurangi dengan utangnya. Sementara saat ini, sebuah zaman yang marak dengan kartu kredit, banyak orang yang kelihatan kaya, sebenarnya mungkin tidak kaya, jika aset bersihnya relatif minim dan sebagian besar asetnya dibiayai dengan utang. Siapa ya?
Mengenai definisi makmur, menurut Robert Kiyosaki dalam bukunyaCashflow Quadrant (1998), adalah lamanya seseorang dapat mempertahankan standar hidupnya tanpa dia atau anggota keluarga lain harus bekerja. Kemakmuran merupakan kemampuan aliran kas dari aset produktif atau penghasilan pasif seseorang yang memenuhi standar kehidupan normalnya. Jika satuan kekayaan adalah rupiah, satuan kemakmuran adalah waktu (bulan).
Sebagai contoh, jika pengeluaran bulanan Anda 5 juta rupiah dan aset likuid lOO juta rupiah, kemampuan untuk bertahan hidup normal tanpa harus bekerja adalah 20 bulan. Jika aset itu produktif, akan mampu bertahan lebih lama yakni lebih dari 20 bulan.
Jika aset mampu menopang kehidupan selama beberapa dekade kedepan atau menghasilkan kas lebih dari 5 juta per bulan dalam contoh diatas, maka dikatakan telah mencapai kebebasan finansial (financial freedom). Kapan pun tidak akan tergantung pada siapapun dalam soal keuangan.
Menurut Kiyosaki pula, orang kaya belum tentu makmur, apalagi bebas finansial. Yang ingin kita raih adalah bukan kekayaan, tetapi kebebasan finansial. Jika kebanyakan orang berpikir permasalahan utama hidup adalah uang, sehingga dianggapnya uang akan lebih banyak memecahkan masalah, mungkin tidak selalu benar. Karena yang terjadi, saat penghasilan naik, pengeluaran hidup pun meningkat, apalagi bagi yang memiliki kartu kredit, jika penggunaan kartu kredit itu aktif, akan mengakibatkan utang yang membengkak. Jadi dalam hal ini menunjukan bahwa uang tidak selalu menjadi alat pemecahan masalah, karena bertambahnya utang sehingga menjadikan semakin jauh dari kebebasan finansial.
Mungkin yang terpenting adalah bukan berapa banyak uang yang dapat dihasilkan, melainkan berapa banyak uang yang dapat disimpan dan berapa lama uang itu dapat membiayai kehidupan kita. Andai saja tidak memahami cara pengendaliannya, meskipun jumlahnya jutaan dolar AS (ekuivalen dengan miliaran rupiah), uang akan masuk dan keluar dengan begitu cepatnya. Tanpa memikirkan untuk membeli aset produktif seperti saham, obligasi, atau properti untuk disewakan, melainkan akan membeli rumah yang lebih besar dan mobil yang lebih mewah, yang ujung-ujungnya, uang akan segera habis dan utang kembali muncul.
Salah satu contoh yang mungkin masih diingat yaitu kisah Mike Tyson, juara dunia tinju yang jatuh miskin, hanya beberapa tahun setelah dia tidak lagi bertanding. Saat jayanya, Mike mampu menghasilkan jutaan dolar AS hanya dari sekali bertanding. Salah satu penyebabnya mungkin kurang memahami kecerdasan finansial. Masalahnya pemahaman mengenai uang ini tidak diajarkan di sekolah. Sekolah hanya menekankan kemampuan skolastik dan profesional, dan bukan kemampuan keuangan yang merupakan ilmu menghadapi kehidupan yang diperlukan semua orang, atau pembelajaran personal finance yaitu bidang ilmu yang sangat diperlukan untuk perencanaan dan pengelolaan keuangan pribadi dan keluarga.
Jika banyak sekali orang yang hidupnya sangat dikuasai uang. Sepatutnya yang bijak itu adalah kita yang menguasai uang, bukan dikuasai uang. Jika rumah yang harganya ratusan juta rupiah sudah nyaman, buat apa beli rumah baru yang lebih besar dengan harga miliaran rupiah? Jika mobil yang masih berumur dua tahun sudah memberikan banyak kemudahan, buat apa memaksakan diri membeli mobil baru yang lebih mahal dengan berutang?
Kalau saja kita telah mampu dalam hal keuangan, sudah seharusnyalah membeli aset produktif, bukan aset konsumtif. Karena aset produktif mendatangkan kas masuk sedangkan aset konsumtif menyebabkan kas keluar.
Rumah dan mobil lebih tepat dikelompokkan sebagai kewajiban dan bukan aset. Terkecuali rumah atau properti yang dapat disewakan dengan memberikan return tahunan adalah investasi, tetapi rumah yang ditinggali atau yang tidak disewakan adalah kewajiban. Membeli rumah yang lebih besar atau mobil baru dapat dilakukan setelah mencapai kebebasan finansial tentunya dengan menggunakan penghasilan pasif dari saham, obligasi, usaha, dan properti yang dimiliki.
Pada intinya, kunci menuju kebebasan finansial adalah mampu mengendalikan diri dan dapat memisahkan keinginan dari kebutuhan. Uang tidak akan pernah menyelesaikan masalah jika selalu terobsesi untuk memenuhi semua keinginan, sedangkan kebebasan finansial adalah hasil proses mental dalam memandang dan memahami uang. Membuat uang ‘bekerja’ itulah yang harus dicapai sehingga mejadikan bebas finansial. Amiin.
duit duit duit duit duit duit duit
D dmana dkau brada
U untukmu aku relakan sgalanya
I indah rasanya bila aku memilikimu
T Tapi…………..
mas indra punya no kontak dukun manjur g yang bisa menyulap daun jadi duit kaya di film-film zaman baheula kalo ada kontak saya he3x………
bagi yang kaya ya mbok bantu yang kekurangan
bagi yang kekurangan yang terus berjuang karena roda terus berputar tul ga……….
orang mana sich robert t kiyosaki ?
saya mah kenal ama kang kabayan, abah, ambu ama nyi iteung……..
tidak perlu berbasa-basi to the point aza ya..
Bangsa Indonesia saat ini seperti kembali di jajah.bayangkan harga-harga khususnya sembako semuanya naik, naik dan naik. sementara itu para pejabat sibuk memperkaya diri pribadi, korupsilah dimana-mana,terus belom lagi sibuk mempermasalahkan kasus pak Harto, sayang waktukan…mending coba cari solusi dan bantuan yang betul-betul dapat dirasakan nyata oleh rakyat miskin Indonesia ini, agar kita tidak masuk dalam kubangan bangsa & negara yang kelaparan. Jayalah INDONESIA !!!
saya setuju kunci menuju kebebasan finansial adalah mampu mengendalikan diri dan dapat memisahkan keinginan dari kebutuhan. dan menurut saya kekayaan adalah alat jangan kita diperalat serta membuat uang bekerja untuk kita itulah tujuan kita,dengan cara mengisvestasikan uang kita lebih banyak dari yang kita pakai secara konsumtif. he he semoga bermanfaat
saya setuju kita harus mengenali mana pengeluaran dan mana pemasukan ,jika pemasukan lebih besar maka kita ada harapan kaya,dan akan lebih kaya lagi jika kita kelebihan itu diinvestasikan di properti ,emas atau apa saja yang akan terus bertumbuh nilainya. gitu kali ya
Very well written, thanks for taking time to share such an useful information.
wah artikelnya sangat bagus dan pesannya juga sangat elegan nich !
btw,, kita juga ingin selalu kebutuhan kita bisa lebih lho ?