Category Archives: Entertainment
Terpurukku Disini
Tak kuat menahan lelah
Terpejamkan mata tanpa terasa
Namun lipatan ingatan senantiasa mengerayangi
Yang sesekali bak cahaya
Melesat dari busur waktu
Dengan menyisakan sesak didada
Hingga tak mampu
Merapatkan kelopak mata dengan semestinya
Terperanjat dan terjaga
Lalu bergegas sebelum tumbang
Seakan tak ingin didahului sang waktu
Bersandar diteras depan
Memandang samarnya suasana
Ditemani ingatan kala memungut kenangan
Yang telah lama tertimbun suasana
Lagi dan lagi terbongkar
Sang Batas
Rasa yang tak biasa
Ketika datang dan pergi, hati terlalu peduli
Kadang begitu saja berlari
Dan entah kapan ia kembali
Bagai menghadap ujung cabutan benang
Yang tanpa sengaja dari apa yang dikenakan
Terlintaskan rona penuh tanda tanya
Aku ingat pada sebuah malam
Entah kapan persisnya terjadi
Pertamakalinya hanyut dalam pelukan
Dibawah remang cahaya sang bulan
Aku kikuk
Tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan
Sang alam yang membimbingnya
Dan diri mulai terhanyut
Menjelajahi lekuk lisanmu
Yang bening dan nyaris menjadi penyejuk luka langkahku
Rindu Nara Ditepi Telaga
Pagi menjelang terbangun sudah dari peraduan. Meski belum waktunya membuka jendela yang terselip dalam ruang kamar, begitu pula belum saatnya menyingkap gorden yang menghalangi pemandangan, Nara terbangun lalu menuju pintu dan pergi ke arah dapur. Secangkir kopi hangat sengaja diseduhnya sekedar teman menghadang kesenyapan.
Sungguh nikmatnya pagi yang cerah manakala didengarnya burung-burung bernyanyi. Berjalan satu-dua langkah kakinya menuju halaman dan disentuh sejuknya embun pagi seraya berkata “Ya Allah, terima kasih atas nikmat ini yang tiada terkira.” Ceria akan cerahnya pagi, gembira dengan rencananya yang dihadapi, membuat Nara memiliki semangat untuk melintasi sebuah telaga bersama teman-teman dihari itu. Begitu sang raja siang menampakan sorot matanya, bergegaslah menuju tempat berkumpulnya teman-teman yang sudah berjanji untuk pergi bersama. Lantas, beberapa roda berputar mengantarkan mereka ke sebuah telaga dengan melewati perbukitan kecil yang masih hijau nan sejuk menuju sebuah situ yang terletak diantara bukit-bukit yang berdampingan.
Dhuha
Disela-sela kesenggangan waktu yang ada, ternyata mengasyikan juga mendengarkan lantunan-lantunan syair religi. Setiap menjelang ramadhan tiba, biasanya beberapa penembang tanah air mengeluarkan single atau album yang bertemakan religi, sebut saja Novia Kolopaking, Rita Effendi, GIGI, dan banyak lagi yang lainya. Selain itu, rasanya tidak bisa dipungkiri keberadaan melegendanya syair-syair yang pernah dilantunkan Bimbo dan juga begitu kuatnya pesan yang terkandung dalam syair Tombo Ati dari Opick. Nah, kali ini hadir “Dhuha” dalam syair yang tertata apik dan merdu dari lantunan Alul.
Kata do’a, tunduk, sujud dan bersila serta rizki dan rahmat, menjadi sumber inspiratif terhadap hadirnya beberapa bait postingan ini. Dalam suasana berlomba-lomba memperbanyak amalan yang sebenarnya tidak hanya berlaku saat ini belaka “bulan ramadhan” melainkan berlaku di setiap waktu dimana kita masih diizinkan bernafas, salah satu amalan tersebut adalah shalat (termasuk didalamnya ibadah shalat sunnah dhuha). Dengan melakukan shalat tersebut senantiasa dari kita semua berharap ridho-Nya dan juga berharap tidak terlepas dari makna yang tersirat dalam postingan sebelumnya. Selain itu dapat menjadi salah satu upaya dalam membuka pintu rizki.
Sandal Jepit dan Buah Huni
Segerombolan anak desa, dengan pakaian merah putih itu akhirnya pulang bersama-sama. Kesenangan yang digambarkannya sungguh tiada tandingannya, padahal kebanyakan dari mereka bersekolah hanya dengan memakai sandal jepit dengan memperlihatkan kondisi kaki yang penuh dengan bekas luka, buluk dengan debu jalanan. Tapi itu tak mengakibatkan kehilangan suka-citanya bersekolah.
Dalam perjalanan pulang ada saja yang membuat mereka bisa berbuat iseng. Melihat sebatang pohon huni, dimana buahnya berberntuk bulat kecil terangkai dalam gagangnya seperti buah anggur yang sedang berbuah lebat ditengah ladang. Warnanya yang sudah mulai matang yaitu merah hingga ada yang kehitaman membuat mereka tergiur untuk memetiknya. Buah huni yang berwarna merah itu, terlebih dengan terkenanya sorotan sinar matahari dapat menaklukan hati Nara dan kawan-kawan untuk meraihnya, berebutlah mereka memanjati pohon huni. Buah yang diambil tidaklah banyak, hanya sebatas untuk mengisi kedua saku celana mereka.