Sky Is My Limit Now
Setiap detik kita berpikir terhadap suatu keinginan yang harus dicapai. Satu tergapai, muncul asa yang lainnya. Begitu pun asa kedua terpuaskan, hadirlah hasrat berikutnya. Begitu dan terus begitu selanjutnya dalam kenyataan hidup yang ada. Lalu, dimanakah akhir batasannya? Setelah nafas berhenti berhembus, jantung berhenti berdetak mungkin sebuah jawabannya.
Misalkan saja dalam sebuah pekerjaan atau karir, mencapai posisi puncak di usia tertentu (dalam usia muda), tentunya menjadi suatu prestasi yang gemilang. Namun ada kalanya merasa kehilangan excitement, pada situasi tertentu, merasa kehilangan gairah karena suatu keadaan, misalnya tingkat kejenuhan. Beruntunglah bagi semua yang dapat mengatasi untuk tidak merasakan kehilangan excitement-nya yang diakibatkan berbagai hal.
Dari kita semua, tentunya mempunyai segudang impian dengan berbagai perencanaan untuk mencapainya. Jika saja kesuksesan telah didapat, mungkin terbersit pertanyaan, apa lagi yang akan dicari? Kapan berhenti berharap untuk sesuatu yang baru? Sesekali mungkin terpendam dalam benak kita “Sky Is My Limit Now“, karena saking semangatnya tuk menjalani hidup ini.
Semangat ternyata merupakan aspek dari perencanaan. Tentunya kesadaran harus me-redefine lagi kemana langkah akan diayunkan. Dengan menggunakan pendekatan yang lainnya dalam menentukan arah hidup, membuat perencanaan berdasarkan keterbatasan yang ada. Dan juga membuat analisa situasi untuk melihat apa yang dapat atau tidak dapat dilakukan. Dan lihatlah dengan cara yang berbeda.
Andai hidup telah menunjukkan pada apa yang di luar persiapan yang telah dilakukan seorang manusia dalam mencapai tujuannya, misalnya banyak hal yang tak terduga yang bisa mempengaruhi perjalanan hidup, “Contoh kecil saja, jika kita pulang dari tempat kerja ke rumah. apakah keberhasilan sampai dirumah itu ditentukan oleh kita sebagai manusia? Kita sebagai manusia tentu harus berusaha memastikan kita akan aman sampai dirumah dengan misalnya pulang tidak terlalu malam, menggunakan kendaraan yang baik dan melalui jalan yang baik pula. Tapi di tengah jalan, apa yang terjadi sebenarnya tentunya di luar kuasa kita.
Kita mesti ingat, faktor manusia dalam menentukan keberhasilan sangatlah kecil. selebihnya adalah kasih sayang Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan begitu “Sky is my limit now“. Kenapa harus malu memimpikan sesuatu yang besar sedangkan kesadaran akan kontribusi kita sebagai manusia sebenarnya tidak besar di situ. Tapi satu yang pasti, sangatlah penting untuk berusaha sebaik mungkin. selebihnya adalah sabar, berdoa, dan berprasangka baik lerhadap Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sudah barang tentu kita semua punya hasrat dan keinginan untuk mnecapai sesuatu, pastinya punya niat dan lekad yang telah ditetapkan. kemudian upaya dilakukan dengan ikhlas dengan berdasar pada keyakinan yang bersumber pada Kekuatan Yang Maha Besar. Dan jika saja dalam perjalanan tersebut banyak berjumpa dengan hal-hal (seperti kebetulan) yang diluar dugaan, yang kemudian menjadi bantuan bagi pencapaian pada tujuan, tentunya bersyukurlah kita. Wallahu A’lam Bishawab.
Leave a Reply