Seekor Kucing dan Seekor Cicak

Kata belajar memang tidak seharusnya menemui pernyataan berhenti. “diajar mah teu aya istilah eureun salila urang lumangkung di alam dunya” itu kalimat yang pernah saya dengar dari orang tua yang tiada lain artinya belajar itu tak ada kata berhenti selama kita masih hidup di dunia.

Yang dimaksudkan belajar disini tentunya secara universal, bukan belajar yang biasa kita asumsikan sehari-hari yaitu sekolah. Mengapa begitu? Jelas banget berbeda, dimana belajar yang di makasudkan (sekolah) ada batasnya, faktor kondisi ekonomi, usia dan keterbatasan lain-lainnya bisa menjadi salah-satu faktor penyebabnya. Sementara belajar secara universal dalam kehidupan tentunya tidak ada batasan yang mengikat, karena hal sekecil apapun dalam kehidupan sehari-hari bisa kita pelajari dengan tujuan mengambil hikmahnya.

Untuk kali ini, saya tertarik bercerita tentang prilaku seekor Kucing dan Cicak dalam mengatasi kehidupannya, syukur-syukur ada intisarinya yang dapat diambil. Tapi ingat, cerita seperti ini bukan berarti mengharuskan kita berprilaku seperti seekor burung dara, nyamuk , Kucing atau cicak he…

Kucing, binatang ini adalah salah satu makhluk Allah SWT yang rezekinya di luar akal dan logika kita. lihatlah si kucing yang ada di rumah atau di sekitar kita, setiap kucing sudah tentu takut dengan air bukan? Apalagi disuruh berenang, bisa langsung mati tuh kucing.

Meskipun kucing itu takut dengan air, tetapi justru makanan favorit-nya adalah ikan, yang ternyata hidupnya di dalam air. Bukankah ini mengherankan? Kucing yang takut air, tetapi makanannya justru hidup di air. Apakah Allah tidak adil? Ooo… tidak, justru itulah hikmah yang bisa dipetik manusia dari ketentuan Allah SWT ini.

Hal serupa dialami cicak. Tidak jauh berbeda dengan kucing, cecak yang hidupnya nempel di dinding, makanannya justru hidup beterbangan di udara. Yap benar, makanan favoritnya adalah nyamuk. Nyamuk bersayap, bebas terbang kemana dia suka, sementara cecak hanya menempel di dinding, merayap dan tidak bisa terbang. Akan tetapi, bagaimana bisa cecak memakan nyamuk. Hal ini pula yang menjadi bagian dan rahasia rezeki yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.

Kucing dan cicak pun tidak pernah protes kepada Allah tentang makanannya. Mereka tidak pernah berpikir, apakah Allah tidak salah bikin ketentuan dengan memberikan makanan yang di luar habitatnya.

Nah, jangankan manusia, cicak dan kucing saja yang makanannya seperti itu, bisa hidup. Allah SWT pasti bertanggung jawab dengan makhluk yang telah diciptakan-Nya selagi hamba-Nya mau berikhtiar. Jangan pernah takut mati karena tidak bisa makan, sesungguhnya Allah SWT Mahakaya, maka mintalah rezeki hanya kepada-Nya dan bukan kepada selain-Nya … Cecak dan kucing yang tidak pernah sekolah saja bisa hidup, apalagi kita yang bisa membaca, berpikir, berhitung, dan berdoa. Tentunya semua itu tergantung usaha setiap hamba-Nya.

Kita lihat saja gajah saja, yang tidaK pernah sekolah, tetapi gemuk-gemuk bukan? lihat juga ayam! Dia tidak bisa membaca atau berhitung, tetapi anaknya banyak bukan?

Begitupun dengan kita. Makhluk yang sempurna dengan dikaruniai akal pikiran. Jangan mau kalah dengan seekor kucing yang tidak bisa berenang atau cecak yang hanya bisa menempel di dinding. Jika rezeki kita harus melewati udara, sementara kita tidak memiliki sayap, maka jangan menyerah! Karena sudah tersedia bermacam-macam pesawat terbang yang bisa memuat sejumlah penumpang. Atau jika rezeki kita harus melewati laut, sementara kita tidak punya insang seperti ikan, sekarang sudah tersedia pula perahu layar sebagai sarana menjaring ikan.

Lantas apa yang bisa kita simpulkan? Intinya yang terpenting adalah keseriusan dan ketekunan kita dalam berikhtiar atau berusaha yang tentunya disertai doa.

One Response to Seekor Kucing dan Seekor Cicak

  1. A'ah says:

    nice article….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *