Secangkir Kopi

Secangkir KopiDalam kelam malam yang membelenggu,
Kau bukan korban bulan yang membisu,
Karena saat mata masih enggan terpejam,
Setia dan senantiasa terus menggoda,
Meski berteman sepotong lagu samar menyaru,
Tak luluh dirayu waktu yang lambat laun kian menyejuk.

Dalam sejenak raga tak berdaya,
Kerap kali mengajak bercengkrama diteras,
Lantas menyeret waktu yang beku,
Menguak rahasia sederhana dari bibir kita,
Melayangkan kabar sendu tersiar,
Ditemani kerumunan kursi dan daun meja.

Dalam hati yang menyimpan kalut,
Kau senantiasa menyulutkan kusut,
Dalam hening membungkus pening,
Kau berunjuk meski sesekali teracuhkan,
Seakan pasrah upaya merendam amarah,
Pemecah sesal yang dipintal dari kata-kata.

Kau merayu dalam bau yang kuhirup,
Kau menjelma dari asap tipis dibibir ruasmu,
Lalu diam-diam mata kita mulai menyimpan rahasia,
Dari hitam tubuhmu yang menyimpan kehangatan,
Lukisan buihmu bak lingkaran rasa tak tertahankan,
Kian membangkitkan nafsu untuk melumatnya.

Dalam dingin merapat diketat getir,
Kita hanya bisa saling memandang,
Lalu merapihkan bibir masing-masing,
Membiarkan suasana memandang tenang,
Tersipu sebaran harum kesederhanaan,
Harum yang sungguh merindukan.

Aku hadir bukan musafir,
Bukan pula berwujud kikir,
Hanya perut petualang yang tak lapar benar,
Helai roti berselai pun tak pantas berbaur,
Sebab takkan mampu membuat muram jadi lebur,
Hingga enggan tuk menolehnya.

Tentang rahasia, asa dan juga rasa,
Hanyalah percakapan biasa ditubuh waktu,
Meski disembunyikan dipekat malam,
Diseberang sana pasti ada yang mencurinya,
Turut merasakan dan mengendusnya,
Serta merangkul kehangatannya.

Berteman secangkir kopi!

16 Responses to Secangkir Kopi

  1. anna says:

    Makasih puisinya, sangat berkesan dan menyentuh lubuk hati yang paling dalam

  2. Tina Latief says:

    secangkir kopi atau teh biasanya menjadi teman untuk melamun, atau membaca buku dan ngobrol santai. Melalui secangkir minuman hangat bisa saja tercipta sesuatu yang baru, contohnya berbait-bait puisi ini 😀

  3. aming says:

    hmmm…mau komen apa ya,,…
    nyimak postingan nya aja, btw ini puisi yak??

  4. menarik …sayangnya aku gak suka kopi…heheheh…:P

  5. unikgaul.com says:

    artikelnya bagus bagus sob,, senang baca baca di sini. 🙂

  6. GO Outbound says:

    Hebat! Kopi aja bisa jadi puisi.
    Saya cuma bisa nyeruputnya aja tiap pagi dan malam saat begadang.
    Mantabs..

    Salam,

  7. abi says:

    ritual wajib tiap pagi ..,
    ngiring copas nya kang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *