Category Archives: Psychology

Dimensi Hidup, Saling Ketergantungan

Allahumma a’udzubika minal hammi wal hazani wa ‘audzubika minal ‘ajzi wal kasali wa ‘audzubika minal jubni walbukhli wa a’udzubika min ghilbatid daini waqahrirrijali.

Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari kemurungan dan kesusahan, aku berlindung pada-Mu dari kemalasan dan aku berlindung pada-Mu dari ketakutan dan kekikiran, aku berlindung pada-Mu dari tekanan utang dan paksaan orang lain.

Kondisi kehidupan saat ini sangatlah pelik, tidak mudah jika tidak dapat menyikapinya, dengan berbagai ikhtiar, kesabaran, rasa syukur nikmat dan tentunya doa. Inti dari sepenggal kalimat diatas, kita semua mungkin pernah atau sedang merasakannya mengenai apa yang tersirat dalam paragraf tersebut.

Dimensi hidup yang tak bisa dielakkan oleh seorang anak cucu Adam adalah kodrat berhubungan dengan sesama manusia (hablum minannas), Hubungan itu pada akhirnya menjadikan manusia menjadi saling bergantung antara satu dan lainnya karena pelbagai keperluan yang mendasari.

Sepenggal Saja

Dalam kurun waktu yang cukup lama, satu dekade sudah, mengamati pola tumbuh sebuah perjalanan ikhtiar mencari jati diri. Dimana tumbuh melalui tahapan-tahapan. Tiap tahapannya terdiri dari fase tumbuh kemudian selalu diakhiri dengan fase krisis. Kayaknya mirip anak baru gede (ABG), saat lebaran misalnya, celana, kemeja, dan sepatunya semua pas, nyaman karena masih baru. Lalu setelah sekian bulan, badannya tumbuh membesar, sepatu jadi sempit, celananya dan kemejanya tidak lagi nyaman karena sudah terlalu kecil.

Arah tumbuh yang ditemukan juga tidak saja selalu arah tumbuh yang tepat melainkan ditemukan pula pola zigzag alias melalui coba-coba. Terkadang terlalu ke kanan sehingga perlu dikoreksi, ditarik ke kiri. Setelah ditarik ke kiri ternyata terlalu ke kiri sehingga perlu dibelokkan lagi ke kanan.

Berharap Motivasi Mengalahkan Fisik

Sebuah motivasi bisa saja mampu mematahkan kondisi diluar dugaan, seperti halnya vonis dokter ahli terhadap suatu penyakit dimana menggambarkan suatu ketiadaan harapan bagi pasiennya untuk berbuat lebih. Dalam keadaan terpuruk dan seolah-olah tiada pertolongan lagi, motivasi dari dalam diri sendirilah yang mungkin bisa merubahnya. Contoh halnya seseorang yang mampu menciptakan rekor balap sepeda dunia tujuh kali, Lance Armstrong yang disebut-sebut salah seorang manusia super .

Winning is about heart, not just legs. It’s got to be in the right place .” (Lance Armstrong).

Dalam kondisi yang terpuruk, berharap bantuan orang lain bukan sesuatu yang mudah dan belum tentu pula bisa melakukannya. Orang lain hanyalah penggerak atau pemberi masukan, sedangkan keputusannya ada pada diri sendiri. Sungguh berat memang rasanya hidup ini kalau sedang mengalami keterpurukan hmm…

Manusia Super

Andai saja ada dua pilihan dan mencoba mebayangkannya, pilihan tersebut misalnya:

Pertama. Kita sudah menggeluti olahraga sepeda ini sejak usia anak-anak. Olahraga ini sudah khatam dijalani. Dan saat ini karir olahraga kita melejit. Beberapa perusahaan rebutan kontrak sponsorship dengan kita. Dana mengucur deras kekantong tetapi mendadak kita harus terpaksa dirawat.

Kedua. Usai menjalani diagnosis, kita divonis kena kanker ganas dan sudah menjalar ke paru-paru dan otak kita. Kata dokter, harapan hidup tinggal 40%. Padahal, baru berusia 25 tahun, usia produktif. Lalu apa yang bakal kita lakukan? Menyerah, mundur dari olahraga, dan mengutuki Tuhan? Atau justru memacu kita semakin bersemangat untuk menciptakan momen spektakuler dalam sisa waktu ini?

Apa Adanya

Menginginkan sesuatu yang terbaik untuk diri kita sendiri sangatlah wajar. Mengenai adanya identitas rahasia telah menjadi standar kehidupan normal, karena kita semua suka akan rahasia. Kita ingin dapat menguasai kehidupan pribadi kita agar dapat menentukan siapa yang boleh benar-benar mengenal kita.

Identitas yang tak pernah disembunyikan didepan dunia, merupakan sesuatu kekuatan atau kelemahan? Mengingat berbagai permasalahan yang tak akan lepas dari seseorang tanpa dicari sebuah jalan keluarnya.

Kecenderungan berbuat apa adanya tentunya akan mengetahui dan memahami semua peran yang dijalankan. Dimana kita bisa menerima dan menunjukan kelemahan dan sekaligus kekuatan diri, sehingga orang lain pun mengetahui apa yang kita jalani. Apa bisa? tentunya tidak untuk semua hal bisa dilakukan.