Positioning Seorang Mahasiswa

Pernahakah kita membayangkan kembali cita-cita yang pernah kita ucapkan dikala masih kecil? Ya, suara-suara polos dan cadel diri kita sering berucap; “Aku ingin jadi Doktel, Aku ingin jadi Pilot, Aku ingin jadi Plesiden…” Pertanyaannya: Apakah cita-cita itu kini sedang dalam proses untuk dicapai?

Seiring berjalannya kehidupan, bertumbuhnya diri kita dan semakin bertambahnya ilmu yang kita miliki kini setidaknya kita tahu diri kita yang sebenarnya, walaupun belum seluruhnya kita mengetahuinya. Sudahkah kita mengetahui diri kita yang sesungguhnya?

Dalam buku Piece of Mind disebutkan hanya 4% dari seluruh penduduk dunia yang memiliki tujuan hidup. Wow, artinya dari 100 orang hanya ada sekitar 4 orang yang tahu apa tujuan hidupnya. Ketika mengetahui, dari iseng-iseng menanyakan tujuan hidup dari beberapa orang disekitar. Hasilnya pun luar biasa, hampir setiap orang yang ditanyakan belum mengetahui tujuan dan visi hidupnya, Kebanyakan dari mereka menjawab “setelah ini mungkin kerja, setelah itu nikah, dan sebagainya.”

Pertanyaan-pertanyaan diatas sudah pasti dijawab seandainya kita sudah tahu tujuan dan visi hidup kita. Dan menjadi sangat mudah ketika kita menginginkan atau mem-positioning-kan diri kita seperti apa didalam masyarakat yang homogen. Dunia ini ibarat sebuah film dan kita adalah aktornya, lantas peran apa yang kita mainkan dalam film ini?

Ini semua mungkin dianggap hal yang biasa oleh masyarakat umum, tapi untuk orang-orang tertentu menjadi sangat luar biasa. Adakah diantara kita yang tidak mengetahui seorang pemimpin dahsyat, Muhammad saw yang hidup 15 abad yang lalu? Ataukah seorang Bill Gates yang menginginkan di setiap rumah ada personal computer? Ataukah seorang Buya Hamka sang ulama sastrawan? Mereka adalah orang-orang yang luar biasa. Luar biasa karena tujuan, visi dan satu lagi prinsip hidup.

Bagaimana kini dengan mahasiswa? Sebagai generasi-generasi penerus bangsa, insan cendekia sekaligus agen peubah nilai-nilai yang dianggap tidak baik di masyarakat, masihkah demikian. Ini adalah positioning mahasiswa pada umumnya, namun lagi-lagi setelah keluar dari kampus dapatkah positioning ini tetap terjaga? Koruptor-koruptor yang menggrogoti bangsa ini adalah cetakan-cetakan perguruan tinggi. Para lulusan yang bekerja di instansi swasta di luar negeri asik dengan dolarnya sendiri, sementara membangun Indonesia enggan bagi mereka. Ironis memang.

Lantas kenapa demikian? Apakah karena sistem perkuliahan sedemikian ketat sehingga memunculkan ego yang mendalam di benak para mahasiswa? Yang jelas kecerdasan emosi dan spiritual yang mungkin kurang terlatih. Kebanyakan hanya mengejar IQ dan melupakan kecerdasan lainnya. Inilah pentingnya peran sebuah positioning seorang mahasiswa sebagai sumber daya manusia yang kelak berguna di masa yang akan datang. Ketika kita menyadari dan berusaha tahu siapa mahasiswa dan apa yang harus dilakukannya maka itu sudah menjadikannya setengah dari kesuksesan yang akan diraih, bukan hanya untuknya, tapi juga untuk orang-orang disekitamya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *