Cinta Vs Benci
Cinta! Cinta ibarat nyawa kedua yang terpenting mengikuti raga. Kenapa bisa begitu? Bisa dibayangkan hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga (eh.. lirik lagu itu mah), Hidup dengan cinta akan terasa indah dan menyenangkan, dalam hal ini tentunya cinta dalam cakupan global. bukan saja mengenai cinta sepasang kekasih melainkan termasuk ruang lingkup global yakni sesama, alam semsta dan tentunya Sang Pecipta.
Ketika cinta hadir tanpa keseimbangan, ia akan menekan akal kuat-kuat alhasil, manusia kemudian menjadi limbung dan hilang nalar. Sebaliknya, jika perasaan cinta selalu dirasionaliasi, kehidupan di dunia akan terasa kaku dan dingin. Karena bagaimanapun juga, perasaan cinta selalu memberi keindahan dan kehangatan pada manusia yang mengalaminya.
Memperhatikan dan mengingat sejenak tentang orang yang kehilangan akal/ingatan. Mungkin diantara kita hampir semua telah melihatnya. Bukan untuk apa2, tetapi barangkali bisa membedakan dengan jelas rasa cinta yang tentunya masih kita miliki dalam kehidupan ini.
seorang yang mengalami hilang ingatan biasanya tak diperdulikan sesama, bahkan dirinya sendiri pun tidak menyadarinya tentang sesuatu yang dialaminya atau perbuatannya, misalnya tak perduli dengan pakainya, kebersihan badannya dan lain sebaginya. Andai saja masih ada yang memperhatikan misalnya anggota keluaganya, apakah dia merasakannya perahtian itu? Wallahualam.
Hal diatas hanya sebagai contoh yang kehilangan akan cinta sesama tentunya. Dsini sangat jelas menunjukan kepada kita yang masih dianugrahi rasa cinta, sehingga hidup ini senantiasa indah, penuh kehangatan, semangat dan menyenangkan.
Benci! Tidak jauh berbeda dengan kebencian. Perasaan benci yang berdasarkan dendam kesumat tanpa memikirkan baik dan buruk, hanya akan berbuah malapetaka, baik untuk orang yang dibenci maupun yang membenci. Saat inilah keseimbangan antara pikiran dan perasaan menjadi kunci keselarasan tingkah laku. Seperti waktu yang terus berputar, benci yang begitu mendalam bukan tak mungkin berubah haluan menjadi cinta yang menggebu-gebu. Atau sebaliknya, cinta yang terlampau besar akhirnya musnah, berganti dengan benci yang tak terkira.
Maka tak heran jika sebagian orang menyatakan batasan cinta dan benci amat tipis. Bahkan akhirnya muncul ungkapan cintailah seseorang sekedarnya. Dengan kata lain, jika mencintai seseorang, jangan menjadi buta lalu mengenyampingkan akal sehat. Begitupun sebaliknya, jangan membenci sesuatu dengan berlebihan karena boleh jadi apa yang dibenci hari ini ternyata nanti dapat menjadi kebaikan untuk dirinya.
Manusia memiliki keterbatasan untuk mengetahui segala rahasia Illahi. Sehingga dalam al-Qur’an ditegaskan, manusia dilarang untuk berlebih-lebihan terhadap sesuatu yang akan menimbulkan kemubadziran bahkan kerusakan pada manusia itu sendiri. Termasuk dalam urusan mencintai dan membenci. Allah sangat tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan karena Allah adalah Dzat yang mampu membolakbalikan hati hanya dalam hitungan sepersekian detik.
love is blind, but hate more blindless