Menghitung Hari

Tidak terasa hampir empat bulan saya menempati tempat yang baru ini, dimana setiap harinya, setiap minggunya dan setiap bulannya, kerapkali mengingat berapa lama lagi sisa waktu yang masih dapat digunakan. Maklum kontraktor sejati he…

Pagi ini, saya mencoba menorehkan ide tulisan mengenai menghitung hari yang sebenarnya, bukan barisan kata-kata yang merupakan lirik lagu “menghitung hari” yang pernah dipopulerkan KD alias Krisdayanti, istrinya Anang Hermansyah, atau juga adiknya Yuni Shara, dan lain sebagainya (mentok, gak tahu lagi tuh tentang KD he…) melainkan hari-hari sesungguhnya yang pernah dilalui demi meneruskan dan membenahi perjalanan untuk hari-hari berikutnya yang masih tersisa.

Tidak terasa pula 25 hari sudah dilalui tahun 2008 ini. Sekarang adalah masa baru di mana asa tersirat hendak mengukir hari-hari penuh makna pada setiap hari, minggu dan bulannya selama 2008 ini. Dengan sesekali mencoba menengok ke belakang, ke 2007. apa saja yang sudah dilakukan. Mencoba merenung sejenak, menghitung aktifitas selama setahun dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan. Pernahkah kita menjumlah waktu yang kita pergunakan untuk semua aktifitas kita?

Sandainya mengakumulasikan dari 24 jam sehari semalam yang dikalikan 365 hari (setahun). Ternyata, selama setahun kita dianugrahi waktu oleh Allah sebanyak 8760 jam. Cukup banyak kah? Nah, selama itu apa yang telah kita perbuat? Waktu sebanyak itu sudah kita buat untuk apa saja? Berapa banyak waktu yang sudah kita pergunakan untuk beribadah, bekerja, belajar, tidur dan lain-lain.

Dalam hal ini hanyalah mencari tahu, sejauh mana kita melangkah dan pada sisi mana porsi waktu yang cukup banyak dihabiskan atau digunakan. Jika dibandingkan, apakah ibadah kita yang mendapatkan porsi waktu paling banyak? Bekerja yang lebih banyak menghabiskan waktu kita? Ataukah tidurnya yang lebih dominan? Jawabannya mungkin bisa kita hitung aktifitas-aktifitas tersebut.

Bekerja. Setiap orang pasti bekerja, apapun pekerjaannya. Anggap saja rata-rata kita bekerja sehari selama 8 jam. Jika di hari minggu libur dengan menganggap kita bekerja selama sebulan sebanyak 24 hari, maka selama sebulan kita sudah menghabiskan waktu 192 jam untuk bekerja. Berapa jam-kah jika setahun? Ya, 2304 jam.

Tidur. Sudah berapa lama kita habiskan waktu hanya untuk tidur? Taruhlah, rata-rata orang Indonesia tidur 8 jam sehari. Delapan jam kali 365 hari hasilnya 2920 jam. Jadi sebanyak itulah waktu yang sudah kita habiskan untuk tidur selama setahun.

Beribadah. Khusus umat muslim misalnya waktu untuk shalat, ibadah wajib yang kita kerjakan sehari semalam lima kali itu, berapa lama kita melakukannya selama setahun? Taruhlah, kita habiskan waktu untuk setiap shalat 10 menit. Maka selama 24 jam (sehari semalam) kita telah menjalankan shalat lima waktu sebanyak 50 menit. Untuk mudahnya genapkan saja menjadi 60 menit atau 1 jam. Kalau begitu, sudah berapa jam kita shalat selama setahun? Ya, 365 jam lamanya kita shalat. Seandainya dijadikan hari, maka 365 jam sama dengan sekitar 15 hari.

Seandainya lagi mengenalnya shalat itu usia 12 tahun, dengan menganggap umumnya usia manusia mencapai 75 tahun. Jadi, kita menjalankan shalat selama 63 (75-12) tahun. Jadi selama 63 tahun kita menjalankan shalat selama 945 hari (63 X 15) atau sama dengan 2,5 tahun. Dari selama 63 tahun kita menghadap Allah atau menjalankan kewajiban kita hanya 2,5 tahun. Oleh karena itu hal ini memang layak untuk direnungkan kembali, berkaitan dengan banyaknya waktu yang diberikan dengan banyaknya waktu kita menjalankan ibadah yang diwajibkan.

Mungkin bagi kita pertanyaannya ini patut direnungkan, antara waktu yang kita curahkan untuk “habluminallah ” dan waktu yang kita habiskan untuk mengejar harta benda, waktu untuk tidur, dan lain-lainnya. Apakah sudah sebanding? Jangan-jangan, waktu kita banyak terbuang hanya untuk tidur saja. Atau, jangan-jangan kita terlalu banyak menyisihkan waktu kita untuk berburu harta benda tanpa menyapa Dzat Yang Pemberi rezeki. Oleh karena itu tidak ada salahnya untuk mencoba menghitungnya, sudah berapa banyak aktifitas kita yang berarti ibadah, dan berapa banyak yang menjadi sia-sia.

Satu hal lagi yang perlu diresapi kita semua dari sabda Nabi Saw. Beliau berkata, “Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, ia celaka. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, ia merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, ia beruntung.” Tentunya tergantung pada kita sendiri, mau masuk golongan orang celaka, merugi atau beruntung?. Semoga saja kita semua berada pada golongan yang beruntung. Amiin.

2 Responses to Menghitung Hari

  1. chau says:

    beu bahasan meuni top be ge te alias top banget deh iya emang bener kalau kita semua merenung dan berpikir masih layakkah kita membuang waktu tanpa arti………….

  2. Photography says:

    Nice article

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *