Do The Right Things
Setiap insan sudah dipastikan ingin sempurna, baik itu dalam prilaku, pekerjaan dan lain-lainnya. Dengan kata lain kita semua ingin mendapatkan kesempurnaan segala bidang kehidupan. Namun, satu hal yang perlu diingat, kita semua tentunya punya keterbatasan. Keterbatasan inilah yang patut kita sadari.
Sebagai makhluk Tuhan dan sekaligus wakil Tuhan, pada dasarnya manusia diberi wewenang untuk mengelola bumi dan segala isinya, termasuk diri sendiri. Untuk itu kita perlu bekerjasama satu sama lain untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.
Pada sisi lain setiap manusia punya cara pandang dan komunikasi yang berbeda. Oleh karena itu perlu ada yang menyatukan agar semua bisa bersinergi. Inilah hakikatnya seorang pemimpin kenapa dibutuhkan. Walau begitu, sebenarnya setiap orang dalam tingkatan apa pun adalah pemimpin dan setiap kita akan ditanya apa yang kita pimpin.
Lantas, bisakah kita belajar supaya menjadikan diri kita sebagai pemimpin yang baik?
Sebenarnya untuk bisa menjadi pemimpin atau memimpin dengan baik, kita bisa meneladani sifat-sifat Nabi Saw. Antara lain yang pertama adalah shiddiq yang artinya benar, pemimpin itu harus ‘ do the right things‘ (melakukan hal-hal yang benar). Jadi seorang pemimpin harus tahu jalan yang benar, bukan sekadar ‘doing things right‘ (melakukan hal-hal dengan benar).
Kedua, sifat amanah , “trust worthyness ” yaitu layak dipercaya. Selain harus tahu mana yang benar, juga harus merupakan orang yang layak dipercaya. Sifat ini bisa ditumbuhkan melalui pembinaan karakter untuk bisa menjadi individu yang dapat dipercaya.
Ketiga, sifat fathanah, kompetensi (menguasai bidangnya). Seorang pemimpin yang jujur dan baik, tapi tidak menguasai bidangnya, pada akhirnya membuat orang lain tidak bisa mengandalkannya.
Yang terakhir adalah tabligh atau kemampuan berkomunikasi (communication skill). Seorang pemimpin bukan hanya pintar secara pribadi, tapi yang paling penting ia juga bisa membuat orang lain menjadi pintar. Untuk itulah ia perlu keahlian komunikasi untuk bisa mentransfer apa yang ada di kepalanya ke dalam kepala setiap anak buahnya. Selain itu, seorang pemimpin haruslah mampu sharing (berbagi) dan menyampaikan gagasannya sehingga anak buahnya bisa menangkap persis setiap apa yang ia maksud.
Keinginan untuk selalu mau belajar ini memang sudah kewajiban kita semua untuk menjadikan diri kita sebagai pemimpin yang baik. Sehingga saat memimpin, senantiasa selalu membuka mata dan telinga lebar-lebar untuk mendengar aspirasi dari bawah dan mau belajar dari bawah.
Kalau saja seorang pemimpin melakukan suatu kesalahan itu sangatlah wajar dan manusiawi, yang tidak boleh adalah berbohong. Bahkan Allah dapat memaafkan sebuah kesalahan karena pada dasarnya kesalahan merupakan mekanisme yang diciptakan Allah untuk memberikan pelajaran bagi kita agar lebih baik di kesempatan yang lain.
Keterbatasan kemapuan leadership saat ini tak perlu dikhawatirkan, karena selalu bisa ditingkatkan selama mau belajar. Cara paling tepat adalah modelling, atau menjadi contoh bagi orang-orang disekitar kita. Kita harus jadi teladan baginya. Hanya sedikit yang kita ajarkan dari apa yang kita katakan, justru kebanyakan pelajaran yang kita berikan adalah dari apa yang kita lakukan. Menjadi contoh (role model ) ini paling sulit dilakukan, tapi paling efektif hasilnya. Mengingat pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berani, jujur, dan pintar.
Namun, pada kenyataanya menjadi orang dengan tiga karakter ini cukup sulit. Kebanyakan orang yang pintar dan berani, bukanlah orang yang jujur. Sekalipun jujur, ia tidak berani mengambil keputusan. Tapi tentu saja hal-hal seperti ini bisa dipelajari karena sebenarnya seorang pemimpin tak perlu pintar dalam semua bidang. Kita bisa menggunakan orang lain yang memang mampu di bidang yang kita perlukan. Yang perlu kita lakukan hanya menciptakan sistem yang baik agar anak buah bisa bersinergi dan bersama melakukan hal yang benar, ‘do the right things.‘
yang memimpin harusnya memiliki kriteria kurang lebih seperti apa yang anda utarakan, menurut anda bagaimana dengan keadaan negara kita ini? adakah pemimpin yang seperti anda utarakan di atas? serta bagaimana membentuk mentalitas pemimpin jujur ?