Tag Archives: Motivasi

Motivasi Diri dengan Afirmasi

Motivasi DiriSetiap hari pikiran kita dipenuhi dengan beragam hal, mungkin itu merupakan pikiran positif dan mendorong kita pada sesuatu yang sifatnya konstruktif  tapi bisa juga sebaliknya. Karena itu jika yang muncul kemudian hal-hal yang negatif, segeralah hapus dengan pikiran-pikiran positif lalu fokuskan pada apa yang kita inginkan saja. Tegaskan hanya apa yang diinginkan! Bagaimana pun, seseorang termotivasi untuk melakukan kerja terbaiknya dapat terdorong oleh berbagai hal. Diantaranya, karena memiliki ambisi untuk mencapai target tertentu demi masa depan yang lebih baik sehingga memunculkan motivasi dengan sendirinya secara langsung, selain itu ada juga yang terdorong oleh rasa takut karena terancam sehingga secara tidak langsung memacu diri melakukan kinerja terbaiknya demi mengatasi rasa takut atas ancaman yang ada. Jadi, betapa perlunya motivasi diri.

Motivasi-motivasi tersebut, selain dalam ruang lingkup personal juga banyak dijumpai dalam dunia kerja maupun dunia bisnis. Motivasi yang datang dari diri sendiri itu sangat penting, dimana dapat muncul karena ambisi atas keinginanya yang lebih baik. Sebagai contoh, seorang staf mengetahui bahwa jika ia melebihi target yang dibebankan padanya, gajinya atau posisinya akan segera naik. Atau jika seorang supplier merasa bahwa seandainya ia bisa memenuhi targetnya dengan tepat waktu dan kualitasnya terjaga maka mitranya akan menambah pesanan. Bahkan bukan mustahil akan mendapatkan proyek baru. Lalu ia terpacu bekerja sebaik-baiknya. Motivasi ini menurut motivator Steve Brunkhorst, merupakan motivasi yang lebih baik dan lebih kuat. Motivasi karena terdorong oleh ambisi diri sendiri cenderung memiliki energi lebih besar dan jauh lebih mendorong kreativitas dibanding motivasi karena terdorong rasa takut. Kehadiran motivasi karena ambisi biasanya terjadi  karena ingin mengejar penghargaan, imbalan besar, atau sukses tertentu. Motivasi tersebut dapat ditandakan dengan perasaan “Saya bisa …” atau “Saya mau …”.

Menumbuhkan Semangat Hidup

Menumbuhkan Semangat HidupMungkin pada awalnya memang tidaklah mudah untuk membangun kepercayaan diri yang mengalami kerapuhan. Namun dari pengalaman-pengalaman beberapa orang yang telah berusaha membuktikannya bahwa semangat hidup itu bisa ditumbuhkan.

Beberapa hal yang dianggap dapat menumbuhhan semangat hidup, diantaranya dengan cara-cara:

Menyadari kelemahan dan kepercayaan, menyadari dan percaya bahwa kelemahan itu tidak hanya milik sendiri, Jika saja mengetahunya mungkin orang lain pun banyak yang mengalaminya.

Berharap Motivasi Mengalahkan Fisik

Sebuah motivasi bisa saja mampu mematahkan kondisi diluar dugaan, seperti halnya vonis dokter ahli terhadap suatu penyakit dimana menggambarkan suatu ketiadaan harapan bagi pasiennya untuk berbuat lebih. Dalam keadaan terpuruk dan seolah-olah tiada pertolongan lagi, motivasi dari dalam diri sendirilah yang mungkin bisa merubahnya. Contoh halnya seseorang yang mampu menciptakan rekor balap sepeda dunia tujuh kali, Lance Armstrong yang disebut-sebut salah seorang manusia super .

Winning is about heart, not just legs. It’s got to be in the right place .” (Lance Armstrong).

Dalam kondisi yang terpuruk, berharap bantuan orang lain bukan sesuatu yang mudah dan belum tentu pula bisa melakukannya. Orang lain hanyalah penggerak atau pemberi masukan, sedangkan keputusannya ada pada diri sendiri. Sungguh berat memang rasanya hidup ini kalau sedang mengalami keterpurukan hmm…

Manusia Super

Andai saja ada dua pilihan dan mencoba mebayangkannya, pilihan tersebut misalnya:

Pertama. Kita sudah menggeluti olahraga sepeda ini sejak usia anak-anak. Olahraga ini sudah khatam dijalani. Dan saat ini karir olahraga kita melejit. Beberapa perusahaan rebutan kontrak sponsorship dengan kita. Dana mengucur deras kekantong tetapi mendadak kita harus terpaksa dirawat.

Kedua. Usai menjalani diagnosis, kita divonis kena kanker ganas dan sudah menjalar ke paru-paru dan otak kita. Kata dokter, harapan hidup tinggal 40%. Padahal, baru berusia 25 tahun, usia produktif. Lalu apa yang bakal kita lakukan? Menyerah, mundur dari olahraga, dan mengutuki Tuhan? Atau justru memacu kita semakin bersemangat untuk menciptakan momen spektakuler dalam sisa waktu ini?