Tag Archives: etika

Hargai Ilmu Meskipun Tak Datang Dari Sebuah Buku

“Dalam lingkungan hidup sehari-hari”

Buku3Banyak sekali terjadi dikehidupan sehari-hari kita, sering lupa akan hakikat diri sendiri. Kearifan dalam berpikir terkadang tidak mencerminkan tindakan membanggakan ilmu yang telah menempel di otak kita, padahal secara langsung ataupun tidak langsung otak kita dijejali dengan berbagai pengetahuan setiap harinya, termasuk yang datangnya bukan dari sebuah buku. Biasanya ilmu tersebut implementasinya punah kaitannya dengan lingkungan yang telah memunculkannya, manakala tak ada lagi rasa pengakuan bangga akan ilmu yang telah didapat (atau mungkin merasa gue ini pintar, bisa sendiri lho…).

Jadi teringat beberapa hari yang lalu, saya kedatangan teman lama. Dia mengingatkan saya akan beberapa tahun yang lalu, saya mengajak beberapa teman (tetangga) ke sebuah mall. Kejadian lucu pun terjadi ketika itu, mereka tidak berani masuk dan rasanya badan mereka semua jadi bergetar gak karuan (bilangnya sih karena belum pernah sama sekali masuk Swalayan). Padahal semua dari mereka itu bukan berasal dari kampung, gmn tuh… Yang jelas sekarang beberapa dari mereka sudah tidak takut lagi bahkan yang bekerja pun ada.

Bertanyalah, siapa diri kita?

Perbedaan yang selalu ada, bukan berarti melemahkan kita untuk bisa maju bersaing dengan orang lain. Dalam hal ini hanyalah untuk menunjang terhadap diri sendiri pula, dimana diri sendiri tidak akan lupa diri serta dapat mengukur posisi keberadaan diri sendiri, apakah diri kita itu sebagai teman, sebagai saudara atau kerabat, tamukah dan lain sebagainya, tentunya memiliki porsi keberadaan yang berbeda-beda yang pada akhirnya dapat saling memberikan makna dan hikmah dari apa yang ada dari setiap masing-masing yang berinteraksi.

Mengabaikan siapa diri kita yang hakiki, dan mencoba melebur dalam kepribadian orang lain, maka akan menghancurkan karakter asli kita sendiri. Kita menjadi tidak kenal siapa diri kita, apa yang seharusnya menjadi pegangan sehingga mudah diombang-ambingkan arus dari luar.

Gambaran Nyata

Gambaran NyataPagi ini saya menuangkan sedikit kekhawatiran mengenai peradaban (etika) yang berkembang di kota besar selama ini. Teringat sorang teman yang mengalami perlakuan yang tidak sepatutnya terjadi.

Ceritanya dia berkunjung ketempat temannya dengan tujuan memberikan sesuatu (barang). Berhubung yang dituju tidak ada dan dia pun terburu-buru dengan keperluan yang lain, maka berinisiatif menitipkan barang tersebut kepada tetangga temannya yang dituju itu. Namun apa sambutan yang didapat? Hanyalah sebuah makian semata. Hal tersebut benar-benar menjadi gambaran nyata.

Problematika Sosial Kota Besar

Walaupun tak dapat digolongkan sebagai ancaman dan bahaya, keterlibatan kita dalam kehidupan di kota besar membawa beberapa konsekuensi yang layak diwaspadai. Apa yang yang kita lakukan terus menerus selalu membawa dampak yang meskipun pada awalnya kurang berarti, tetapi secara akumulatif pada akhirnya kadang-kadang bisa termasuk merugikan, jika tak dapat dikatakan berbahaya.

Angkatan kerja yang besar dan menumpuk di kota jelas menjadi masalah sosial tersendiri yang mesti ditangani dengan baik dan bijaksana. Urbanisasi lebih sering disebut-sebut sebagai dampak negatif daripada dipahami sebagai akibat wajar dari besarnya permintaan tenaga kerja kasar di kota besar. Emangnya kalau tak ada Udin dari Cilacap atau Ngatini dari Gunung Kidul, siapa yang bisa diminta ikut membangun gedung beringkat? Siapa yang mau mengangkut sampah-sampah yang beserakan?