Mukjizat Itu Nyata?

Apa sebetulnya “mukjizat”? Mungkin bagi kebanyakan orang kata itu akan membawa pada pengertian sesuatu yang dalam takaran akal sehat adalah “mustahil”. Mujizatlah namanya apabila seorang yang sudah divonis dokter bakal “lewat”, umpamanya, ternyata malah bugar kembali. Persepsi kebanyakan orang tentang “mukjizat” mungkin seperti itu.

Mukjizat adalah sebuah atau serangkaian peristiwa yang “melawan akal sehat”, atau lebih spesifik lagi, mukjizat adalah sebuah peristiwa yang spektakuler yang tak bisa terduga sebelumnya. Seperti kisah para nabi dahulu, laut yang terbelah dua misalnya, sewaktu iring-iringan orang Israel diuber-uber bala tentara Fir’aun.

Pemahaman “mujizat” sebagai sebuah atau serangkain kejadian yang “spektakuler” dan melawan akal sehat, mungkin tak ada salahnya. Kejadian atau peristiwa apa sajakah yang layak disebut “spektakuler” dan “melawan akal” itu? Dengan persepsi yang tidak terkurung pada model cerita lama semoga saja keyakinan terhadap mukjizat itu tetap masih ada meski dalam bentuk dan takaran yang berbeda.

Keyakinan terhadap adanya “mujizat” yang sebenarnya memang selalu ada. Dengan setumpuk permasalahan dalam kehidupan di dunia ini, adakalanya seseorang mendapatkan mukjizat yang nyata seperti yang telah disebutkan diatas. Beratnya beban kehidupan sehari-hari yang tak luput dari adanya membanding-bandingkan dengan sesama terkadang sangatlah sulit dihindari, kecuali dengan rasa percaya, itikad baik untuk berusaha serta doa bahwa akan selalu meyakinkan hati terhadap perubahan, termasuk didalamnya mungkin perubahan yang tak tertuga.

Dari permasalahan kebanyakan, mungkin sudah menjadi begitu tumpul untuk bisa merasakan itu. Terkadang dalam hati nurani sendiri merasa bahwa setiap hari rasa keluh masih selalu ada, mungkin karena merasa segalanya masih sama dengan yang telah dilalui, atau bertambah buruk tanpa pernah menyadari bahwa “mujizatlah” namanya kalau saya sendiri masih bisa bernafas dan terbangun lagi dari tidur, serta masih bisa bebas menghirup oksigen tanpa harus membayar. Dosakah jika berharap akan adanya mukjizat? Wallahu A’lam Bishawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *