Beberapa Hal Seputar Optimisme

Masih seputar optimisme, lagi senang-senangnya mengupas dan mempelajari hal-hal seputar optimisme karena saya yakin sangat berkaitan erat dengan banyak hal didunia nyata ini yang senantiasa menjadi salah satu motivasi dalam pencapaian beragam impian hidup.

Menjadi optimisme itu perlu belajar (learning). Karena learning adalah memperbaiki diri atau mengubah diri melalui serangkaian praktek yang kita lakukan. Artinya, jika kita ingin menjadi orang yang optimis, maka yang perlu kita lakukan adalah mengubah diri. untuk mengubah diri ini, syarat-syarat yang harus perlu dipenuhi adalah mengubah isi pikiran, mengubah tindakan, mengubah kebiasaan, dan mengubah karakter, mengubah pandangan.

Diantaranya salah satu cara untuk mengubah itu semua adalah masuk dalam lingkungan orang-orang yang punya berpandangan positif atau bisa menerima masukan-masukan positif, membaca buku yang bisa mencerahkan diri kita, melakukan berbagai hal yang bisa mengubah pemahaman kita.

Untuk menjadi orang yang optimisme itu perlu manajemen batin yang bagus. Biasanya, orang yang optimis mempunyai kemampuan dalam menghadapi kenyataan hidup yang ekstrim. Mereka umumnya adalah orang yang tangguh dalam menghadapi hidup. Orang yang optimisme biasanya selalu ingin memperbaiki kemampuannya dalam menyisiati kejadian buruk yang tidak diinginkan. Menjadi orang yang optimisme bukan karena pembawaan dari lahir, tetapi karena mau memperbaiki batinnya dalam menghadapi kenyataan hidup.

Selain itu untuk menjadi orang yang optimis diperlukan filter pandangan. Kenyataan hidup ini selalu menawarkan dua sisi yang bisa kita pilih. Ada sisi peluang dan ada sisi ancaman. Ada sisi positif dan ada sisi negatif. Ada sisi gelap dan ada sisi terang, dan seterusnya. Orang yang optimis memilih untuk melihat sisi yang positif, sisi yang cerah, dan sisi-sisi yang dapat ia jadikan sebagai dorongan untuk melakukan hal-hal positif. Mereka memilih Half Full, memilih There is opportunity here now, dan seterusnya. Untuk bisa memilih sisi-sisi yang positif ini tentu dibutuhkan upaya untuk mencerahkan diri atau membuka pintu pencerahan.

Orang yang optimis itu terkadang berfikir bahwa menjadi orang yang pesimis itu ada alasan yang benar juga. Tetapi mereka sadar bahwa dengan menjadi orang yang optimis jauh lebih bermanfaat ketimbang menjadi orang yang pesimis. Sebagai contoh misalnya kita ingin mendirikan usaha di tengah situasi yang menurut kita tidak mendukung. Sepintas memang kita punya alasan yang benar untuk menjadi orang pesimis. Tapi untuk jangka panjang, dengan menjadi orang optimis jauh lebih bermanfaat. Kenapa? Salah satu alasannya adalah energi. Meski kita punya alasan yang benar untuk menjadi orang pesimis, tetapi biasanya energi yang keluar adalah energi negatif. Maksudnya kita tidak terdorong untuk melakukan hal-hal posistif.

Biasanya orang yang optimis melihat kenyataan sebagai sesuatu yang sementara. Sebaliknya, orang yang pesimis cenderung melihat kenyataan sebagai sebuah keabadian. Karena itu kita diajarkan untuk menjalani hidup ini seperti orang yang sedang berjalan (musafir), bukan seperti orang mendiami terminal. Musafir artinya kita tidak pernah berfikir dan menyakini bahwa nasib yang menimpa kita hari ini adalah sesuatu yang sudah final. Musafir artinya kita terus merencanakan sasaran baru. Atau, menjalani hidup secara dinamis.

Menjadi orang yang optimis saja memang tidak cukup untuk meraih prestasi yang kita inginkan. Prestasi terkait dengan apa yang kita lakukan. Tetapi untuk melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan prestasi dibutuhkan energi yang mendorong kita untuk itu. menurut Dr. Reuven Galfon, optimisme merupakan fasilitas untuk mengasah kecerdasan emosional.

Orang yang optimis biasanya memiliki kehidupan yang lebih bagus, karena mempunyai kecenderungan untuk mengoptimalkan potensinya dan mempunyai kecenderungan untuk menjadi orang yang lebih gigih dalam menghadapi penderitaan. Sehingga senantiasa berusaha menjauhkan diri dari berbagai kekacauan dan kerusakan emosi (emotional demage ) seperti depresi atau stres.

Esensi dari optimisme bukanlah kebahagiaan. Esensi menjadi orang yang optimis adalah agar kita tidak mudah dibikin menjadi orang yang semakin lebih buruk oleh kenyataan yang sedang memburuk. Karena itu ada yang mengatakan bahwa membersihkan diri dari pandangan yang pesimis jauh lebih perlu diutamakan ketimbang berusaha menjadi orang yang optimis. Bagi para pengusaha, kemampuan dalam mengatasi kegagalan itu jauh lebih perlu diutamakan ketimbang keinginan untuk mendapatkan sukses.

Optimisme dan pesimisme adalah hasil dari sebuah proses tentang bagaimana kita mempersiapkan sesuatu dan feedback dari persepsi itu. Ketika kita menciptakan pandangan yang optimis, maka pantulan yang kembali pada kita adalah fakta-fakta atau peristiwa dan alasan yang kita butuhkan untuk menjadi orang yang optimis. Sebaliknya, ketika kita menciptakan pikiran negatif dan pesimis, maka seringkali pantulan yang muncul adalah pantulan negatif. Wallahu A’lam Bishawab.

3 Responses to Beberapa Hal Seputar Optimisme

  1. chau says:

    mas indra lebih penting mana optimisme opo kerja keras dalam meraih suatu harapan postingin dunks tentang cara menghadapi oerang yang super egois ?

  2. kips says:

    Tentang penting mana saya rasa keduanya penting, tetapi optimisme biasanya akan membuat kita lebih bekerja keras dalam menjalani sesuatu demi suatu tujuan. Sedangkan sebuah kerja keras tanpa optimisme memungkinkan menjadi tidak terarah sehingga tidak tepat sasaran.

  3. henki han says:

    bagus, bagus dan bagus. …memcerahkan diri atau membuka pintu pencerahan.spt teks di atas. kalo sy membahasakan menaikkan dimensi berfikir dalam dimensi fikiran quantum, hasilnya akan muncul dalam paragraf terakhir kalimat tulisan tsb diatas. dengan terjemahan wallahualam sebagai sesuatu yg sifatnya universal abadi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *