Tidak Tahu, Untaian Kata Sang Pemimpi
Akhir-akhir ini, terasa penuh dengan kepenatan. Kalau saja bisa berteriak, rasanya ingin sekali, tapi takut dikira hilang ingatan. Begitulah kira-kira yang tersirat tentang isi hati sang pemimpi. Bertumpuk asa cemas dan tuntutan berhenti dari segala macam urusan, keluar dari semua persoalan. Sampai tak terasa sebentar lagi adzan shubuh pun akan tiba. Sambil menunggu saatnya bersujud, sejenak menuangkan serangkaian goresan isi kalbu.
Berkeluh-kesah tentunya hinggap ke indra pendengaran beberapa kawan, bermacam ragam tanggapan yang datang, ada yang senyum manis penuh sinis, ada yang tak peduli sama sekali, ada yang tidak mau mengerti dan lain sebagainya.
Nasib memang tak dapat dihindari, dan nasib buruk pun masih berlanjut. Persoalan yang datang rasanya seakan terus-menerus tanpa kenal kompromi, hadirnya masalah baru sementara persoalan lama pun belum terselesaikan. Musibah lama belum teratasi bencana baru pun menghampiri.
Kata heran juga gak mau ketinggalan berperan. Persoalan tidak lagi hadir di dunia nyata. Ketika saya sadar, persoalan itu mengendap-endap memasuki mimpi. Siang yang penat digenapi dengan malam yang gelisah. Sudah kerja tidak nyaman, tidur pun tak nyenyak. Menjalani hidup saat ini susah, membayangkan masa depan, ibarat anak remaja berkata “tau ah gelap”.
Nasib, nasib dan nasib. Apa karena dosa yang tak terasa? Lantas dosa apa gerangan?
Suasana semacam ini acapkali membuat saya “termenung” sebatas mencari inspirasi tuk solusi-solusi yang mungkin dapat mengatasi permasalahan. Hidup yang terasa kiat berat “Apa saya ini memang tidak tahu diri dan terlalu bodoh menyikapinya?” Entahlah, apapun yang terjadi “The show must go on .”
Dulu ketika kecil, saya berangan-angan menjadi orang pintar. Orang tua bilang, “Biar tidak ditipu orang lain.” Rajin belajar, rajin membaca buku, rajin mendengarkan petuah guru, bahkan sampai rela mengorbankan waktu untuk bermain.
Beranjak dewasa, kesenangan pun mulai merajai (lebih memanjakan kesenangan hati). Meski berusaha menyenangkan diri sendiri dan hati orang lain, tetapi tidaklah memperhitungkan dampak pasti dari hal-hal yang dilakukan.
Mendekati lanjut usia, ternyata semakin tahu dan rasa tidak tahu bercampur aduk. Semakin menemui banyak masalah, semakin memperjelas mana yang benar dan mana yang salah. Semakin sadar banyak yang tidak beres terjadi.
Mestinya semakin tahu banyak hal yang bisa dan harus bisa dilakukan sebagai akibat dari seringnya menemui kegagalan dan kejanggalan. Terjebak dalam begitu banyak persoalan rasanya sudah cukup. Entahlah, tetap saja masih “tidak tahu” apa yang terjadi diesok hari? mudah-mudahan segala bentuk perubahan dapat menghampiri. Wallahu A’lam Bishawab.
akang…yang sabar yaah… 4JJ1 SWT ngga akan memberi ujian dan cobaan diluar kemampuan umat-Nya…
Insya Allah masih yakin dengan hal itu.
@_@ Terus Berjuang
^_^ Tetep Senyum
*_* Tegar Sampai Akhir Kehidupan
>_< Ih Bau Mas Indra Belum Mandi Ya….