Ludah dan Kuasa Lidah
Sejenak diri terbangun ditengah malam dan menatap sesuatu yang hampir tak terlihat dilangit-langit sepetak ruangan kamar. Benar-benar terasa kikuk manakala keheningan terasa menyelimuti beberapa saat. Terbersitlah cerita dini hari berlalu dan terhelakan pula nafas panjang mengiring kegelisahan hati yang tak segera terlepaskan. Lalu digerakannya satu dua langkah kaki dan duduk diatas sebuah bangku yang sudah lusuh, yang tinggal beberapa saat lagi menunggu runtuh didekat jendela. Sesekali menatap tarian asap yang melenggak-lenggok mengikuti himpitan kedua jari diiringi tabuhan sang angin yang senantiasa mendekat lalu menjauh dari sang mulut, begitu pun sebaliknya dan terus berulang. Dari arah yang berbeda, sekumpulan asap terusir solah-olah mengantarkan perjalanan diri dalam sebuah pengembaraan jauh.
Masih dan tetap teringat, dimana raga berontak membebaskan diri dari memikirkan mereka yang telah menjadi tertarik pada lipatan bercap yang dijadikan penghias tubuh. Sementara jiwanya menolak untuk bertindak seakan tidak tahu apa-apa tentang cinta dan timbal-baliknya yaitu sebuah keindahan. Yap, mereka adalah para pengumbar janji dan para penyanjung sikap mengabaikan kilah lidahnya yang tak bertulang. Sepertinya tiada lain yang dibutuhkan hanyalah sebuah belas kasihan Tuhan semata untuk mengingatkannya.
Hanya bisa menelan ludah! Dan aku tidak dapat menghakimi karena aku salah satu dari yang mengindahkan mereka meski hanya selangkah saja dan terlahir dari kebutaan semata. Aku merasa simpati dengan sepenuh hati dan aku tidak membencinya, namun diri ini membenci penyerahan diri pada kesalahan dan kelemahan. Dengan sepenuh hati, mengatakan semua hal ini untuk menunjukkan pada mereka dan kenyataan dari siapa aku melarikan diri lalu melaju kearah yang berbeda.
Aku telah mencoba untuk rujuk dengan apa yang disebut orang sebagai kesialan, namun jiwaku tetap menolak untuk menghabiskan seluruh waktu berlutut dihadapan sang idola berbulu domba. Dimana kurawat rantaiku sampai aku mendengar cinta memanggilku dan melihat jiwaku bersiap untuk berlayar. Namun, kuputuskannya rantai itu dan berjalan keluar dengan arah semaunya. Aku datang untuk hidup, dan aku percaya bahwa yang dilakukan adalah kejujuran tentang semua penderitaan, tangisan dan kebahagiaan yang kesemuanya terurai dengan lidah.
Ini adalah protesku, dan ini adalah apa yang kunyanyikan hati dari mereka yang menutup telinga karena takut mendengarnya. Rasanya ingin membawa jiwa untuk memberontak yang akan menghancurkan fondasi kenyamanan mereka yang sudah bergetar. Lagi-lagi hanya dengan menelan ludah, karena aku masih duduk disini, tak beranjak pergi dan memaparkan satu dua patah kata dari mulutku terlebih sampai bisa mengulurkan lidah.
Ini adalah jalan yang terjal dalam menjajal langkah mencapai puncak kebahagiaan. Dan kini, menjadi lebih ingin menawarkan diri dihadapan Yang Maha Kuasa tanpa takut ataupun malu, terbebas dari prilaku busuk untuk bergabung dengan keindahan hukum cinta sejati. Suatu hari kelak, cinta itu yakin akan menyusul dalam hati mereka seperti sinar matahari yang memekarkan bunga dalam dunia yang tercemar sekalipun, hingga para pengelana dan pengumbar janji lidah dengan kuasanya akan menyadari terlebih dikala mereka mendekati menyapa bumi dan memeluk kuburnya, hingga memalingkan wajahnya dari matahari dan tidak akan melihat bayangan tubuhnya diantara duri dan kerangka.
Berpaling dari angan dalam pelukan! Do’a tersampaikan agar sang fajar segera datang hingga ketika telah menghampiri nanti aku pun akan selalu mendo’akannya untuk segera berakhir.
kata-katanya sangat dalam dengan sejuta arti….
Cuma jelmaan perasaan tak karuan semata hehe..
Terima kasih sudah bekunjung ya.
keren postingnya,,, 🙂
Lidah itu senjatanya manusia bila dia berkata yang akan menyakitin orang lain karena lidah itu tidak di jaga dengan baik,,, 🙂
Yap, dari itu pula sudah seyogyanya dapat mengfungsikan dalam batas yang layak 😀
Insya Allah nanti berkunjung 😀
wah dalem juga mas … jadi terenyuh… 😀
Hanya sebatas buah dari kebengongan semata kok 😀
Buah bengong saja sebagus ini apalagi jika serius menulis, ya
Jadi terharu *nutup muka* :blush:
Cuma sebatas belajar kok, Insya Allah kl dah bisa menulis dgn baik pengen lebih serius
Nice 🙂
Salam Outbound.
Thanks atas kunjungannya 🙂
Waduh… bahasanya keren euy 😀
Bisa aja nih, asal dan gak jelas begitu dibilang keren.
Jadi terharu nih (LOL)
seiring doa, mudah2an segera berakhir kegelisahan yang bergelayut selama ini
Amin! Meski sampai detik ini belum ada titik temunya, Insya Allah berbuah manis.
Terima kasih banyak ya (worship)
aminnn,
Oleh karna tw lidah dan mulut kita harus di jaga agar tidak menyakiti orang lain,,, 🙂
Sip, setuju! 😀
Cerita yang menginspirasi sekali sob. Salam kenal ya…
Lidah tak bertulang, hati hati dalam berkata bos
sedang merenung ya, mas? wah, merenungnya ojo suwe2 lho ya 🙂
salam kenal
Heu heu.. Iya, kl lagi sepi teh suka begitu 😀
apik mas tulisane,, dalem banget renungannya…
Moso mase? Lah wong aku nulis sebisane dewe :malu:
Ops, bener gak ya kata-katanya
keren bro artikelnya dan blognya rame n keren
Masih belajar ini mah, masih seadanya dengan visitor seadanya pula :malu:
Thanks for visiting…salam
Sama-sama 🙂
kerennnnnnn
Terima kasih telah berkenan mampir ya 🙂
semoga semuanya baik-baik saja 😀
Amin, terima kasih ya (worship)
kata nya sedih banget mas ;(
Jangan bersedih atuh, yg diatas cuma sebatas coretan tak berarti kok
Glek…
Bahasanya, tak mudah kupahami… 🙂
Salam kenal ya…
Nah itu dia, cuma coretan ala-kadarnya hehe…
Filusuf sekali nich…sangat detail kontennya.
Gak lah mas, masa postingan begitu dibilang filusuf :malu:
woww keren … namun lidah tak bertulang ..
Yap, karena lidah yang tak bertulang.
Terima kasih ya dah berkenan mampir 😀
kata2nya dalem uy .. meni sae, sampe bingung mau komen apa ..
Halah tiasaan wae, panginten langkung jero Leuwi Gajah.
Ops, upami di Leuwi Gajah teh aya keneh leuwina kitunya, abdi teu terang (lmao)
nice share..
mampir juga dong, kita punya website bisnis
suskes selalu!!
Amin! Insya Allah nanti mampir.
Sukses juga ya bisnisnya.
saya 2 kali ngebacanya bang
tapi blom ngerti maksudnya
ga cocok kali ini bahasa penulisannya dengan otak saya
hehehehe
Untung saja dikategorikan dalam uncategorized hehe…
Soal lidah yang saya tahu saya musti hati-hati menggunakannya.
Persis dan setuju pastinya 😀
Ludah dan Lidah bisa lebih tajam dari belati dan racun mematikan, katanya.
semoga kita termasuk yang bisa mempergunakannya dengan baik.
Amin, berharap dapat mengunakannya dengan baik (worship)
INFONYA keren nih,,, mampir juga ya sob
Oke
jaga hati jaga lidah jaga perbuatan
Wah keren banget…. ingin berkunjung nih…
kereeeeeennn gan semangat terus gannn