Tag Archives: Cinta

Naratas, Bicara pada Pena

Sebuah jejak kecil menapaki alur sempit yang seringkali terasa menghimpit. Sebelum jiwa ini mengajariku, menuntun dan menunjuk kearah rasa penasaran dan keingin-tahuan yang seakan memaksa menelusuri petunjuk hidup yang berliku. Berkata tentang ketulusan cinta, harus bangga pada dirinya, begitu pula kepada orang yang mencintainya. Meski cinta ini laksana benang tipis yang terikat pada dua pasak, tetapi kini telah menjadi sebuah lingkaran keramat yang awalnya adalah akhir dan akhirnya adalah awal, senantiasa mengellilingi setiap makhluk hidup dan perlahan berkelana kemana saja ia berkehendak lantas memeluk siapa saja yang dapat direngkuhnya.

Satu dari sekian saja, ketika diri mengadu kepada tetangga hati, akibat sulit karena duri lalu merintih, saat itulah terberikan sebagian isi hati dan bicara pada pena. Sebelah jiwa besar darinya menuai pujian dan keibaan hati, tetapi sebelahnya teraih sebaliknya, sikap acuh dan semu yang seakan terpaksa terengkuh. Tapi itu bukanlah perihal yang harus dijegal karena cinta ini tak bisa ku jual.

Senyumku, Hanya dan Karena Cinta

Sejenak dalam diam, tanganku menjadi saksi bisu akan aksi gigi ini yang seakan meronta hendak memperlihatkan diri.  Manakala kuperhatikan mata jiwaku menemukan bayangan masa lalu. Seperti barisan kata yang keluar dari lengkingan mereka, Tiga Dara (Paramitha Rusady, Ita Purnamasari, Silvana Herman); “hanya cinta yang akan membawamu kembali dan setia padaku.” Tak kuasa ternyata bibir ini menahannya, teringat pada jamannya torehan asa terdampar di negeri antah-berantah tersisa dalam kenangan. Lihat nih senyumnya :mrgreen:  Manis kan?

Yuk kita buat dunia tersenyum,  gampang kok tersenyum itu, gratis lagi 😀 Menurut saya kehadiran senyum itu karena adanya satu kata saja “cinta“. Hal tersebut terjadi tiada lain hanya dan karena adanya cinta. Dan kebetulan sekali hari ini, tepatnya 14 Februari diperingati sebagai hari valentine , dimana dijadikan sebagian orang sebagai hari kasih sayang, jadi tidak ada salahnya jika kita memuja cinta, tentu saja dalam hal ini bukan untuk meniru atau mengikuti tradisi yang mereka rayakan, namun senantiasa berusaha mewujudkan cinta dan kasih sayang selayaknya yang tidak menyalahi berbagai aturan.

Demi Cinta

Demi CintaEntah apa yg menginspirasi tentang larutnya rasa cinta beberapa malam belakangan ini. Sampai-sampai memutar mp3 yang sama (bertemakan cinta) berulang-ulang kali dengan waktu berjam-jam tanpa diganti. Apa karena lagi kehausan akan cinta? Entahlah 😀

Khusus buat lagu “Demi Cinta” ini yang dibawakan Keris Patih rasanya saya suka akan aransemen serta kelugasan Keris Patih dalam membawakan lagunya tersebut sehingga dinamika lagu sangat terasa. Jadi, bukan sebuah alasan mellow atau apalah itu istilahnya jika menikmati musik-musik yang beriama slow, karena justru kemampuan dan kekuatan vocal penyanyi tersebut, bisa dilihat dan dirasakan perbedaanya oleh penikmat yang awam sekalipun.

Tentang cinta, memang benar-benar tema yang tak akan hilang selamanya (selama kehidupan masih ada). Selamanya cinta bukan hanya sebatas dalam syair lagu tetapi dalam hehidupan dunia nyata kita berusaha menggapainya. Kalaupun melekat dalam bait-bait lirik karya para musisi, mereka peka tentunya akan ketulusan cinta terhadap para penikmat karya-karyanya.

Ketulusan Cinta

Bulan Februari, bulan yang penuh dihiasi dengan kata dan istilah cinta. Tren sekarang di Indonesia sedikit demi sedikit telah terpengaruhi budaya barat. Terlepas dari suka atau tidak sukanya terhadap adanya satu hari yang diagung-agungkan sebagai hari kasih sayang, yakni Valentine yang jatuh pada setiap bulan Februari.

Melanjutkan tema cerita cinta yang telah digoreskan, “Bila Cinta Ternoda“, terdapat sebuah cerita yang berbeda dengan kisah Nano dan Nani, yaitu kisah Maman dan Mimin.

Cinta Vs Benci

Cinta! Cinta ibarat nyawa kedua yang terpenting mengikuti raga. Kenapa bisa begitu? Bisa dibayangkan hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga (eh.. lirik lagu itu mah), Hidup dengan cinta akan terasa indah dan menyenangkan, dalam hal ini tentunya cinta dalam cakupan global. bukan saja mengenai cinta sepasang kekasih melainkan termasuk ruang lingkup global yakni sesama, alam semsta dan tentunya Sang Pecipta.

Ketika cinta hadir tanpa keseimbangan, ia akan menekan akal kuat-kuat alhasil, manusia kemudian menjadi limbung dan hilang nalar. Sebaliknya, jika perasaan cinta selalu dirasionaliasi, kehidupan di dunia akan terasa kaku dan dingin. Karena bagaimanapun juga, perasaan cinta selalu memberi keindahan dan kehangatan pada manusia yang mengalaminya.