Cerita Emod

Kali ini Emod ingin bercerita perihal yang sering dialami usia remaja, biar terasa ABG. (blush) Yap, All About Mood! “Dia” itu selalu dirasakan, dan dia juga terkadang tak begitu dikenal! Padahal sering kali bikin hati melambung, merasa girang bukan kepalang, sampai-sampai bawaannya jadi tidak bisa diam, ngoceh dan ketawa-ketiwi melulu. Lalu, dia pula yang bisa bikin mati kutu, tidak sampai 30 menit karena dalam sedetik saja mampu merubah kondisi jadi bete habis, males ngapa-ngapain, sensi nggak jelas juntrungnya, kesentil sedikit langsung manyun, maka tersebutlah “bad mood!“.

Cerita Emod ini berawal dari keberadaan dahulu yang cukup jauh dari hiruk-pikuk dan keramaian. Lalu sebuah keinginan memaksa diri terselip dalam kerumunan penduduk yang cukup berjubel. Mencoba mengembangkan daya pikir dan kreasi yang belum sepenuhnya memihak hingga menuntut diri menjajal satu-persatu sudut tersisa. Asa yang ditancapkan disetiap sudutnya kerap bertumpukkan berbagai perubahan dan juga diselaraskan dengan mood yang ada. Yap, saat seperti itulah Emod sering kali menjadikan mood sebagai dalih atau alasan untuk mendekatkan diri pada si good mood. 😀

Tidaklah salah rasanya kalau mood selalu dijadikan alasan. Pasalnya dalam mayoritas usia remaja, pola pikir dan sikap serta tingkah laku seseorang memang nyaris 60 persen disetir oleh mood. Cuma masalahnya banyak yang tidak paham mengapa si mood itu bisa begitu mendominasinya. Maka dari itu perlu mengenali deskripsi dari mood itu sendiri yang sebenarnya.

Lantas, mood itu apa? Menurut buku kamus lengkap psikologi karya C.P. Chaplin, mood diartikan sebagai suasana hati yang dipengaruhi oleh emosi. Tapi emosi yang dimaksud bukanlah emosi yang keras atau meledak-­ledak, melainkan emosi yang halus namun bersifat transitoris (gampang berubah-rubah).

Kenapa kita moody? Konon, kata banyak orang moody itu tidak baik. Orang yang moody berarti orang yang kekanak-kanakan, tidak bisa mengendalikan diri, susah beradaptasi, egois, dsb. Hal tersebut betul, tetapi tentu saja berlaku buat orang yang sudah masuk kategori dewasa. Kalau buat yang masih remaja moody justru sesuatu yang normal. Moody adalah a part of being an adolescent! Saat moody pertanda bakal banyak belajar dari efek yang ditimbulkan oleh mood tadi terhadap pola pikir, sikap, dan tingkah laku. Disitulah proses mendekatkan pada kematangan diri secara emosional dan juga secara sosial. So, kembali kepermasalahannya. Ada beberapa hal yang bisa dibilang sebagai “biang kerok” jadi moody, yakni;

  1. Pengaruh perubahan hormon-hormon tubuh! Body, mind, and soul itu satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Sementara yang namanya perubahan, sedikit-banyak pasti bakal menimbulkan chaos. Nah, kalo ada chaos di dalam tubuh kita, mind dan soul kita juga pasti bakal mengalami guncangan.
  2. Perang batin! Disatu sisi sering merasa muak dianggap sebagai anak kecil! Ingin banget dianggap dewasa dan jadi sosok yang independen. Tetapi disisi lain masih takut melakukan transformasi, belum siap menghadapi resikonya, belum tahu bagaimana cara menghadapi hambatannya!
  3. Cemas tiada akhir! Terlalu banyak hal yang bikin kita cemas setiap hari. Mulai dari perubahan-perubahan fisik (misal, soal mimpi basah, libido yang gampang tersulut), sampai masalah dengan keluarga (berantem sama bokap, diomelin nyokap, rebutan sesuatu sama kakak or adek) dan masalah-masalah pergaulan (naksir cewek, jelaous sama pacar, selek sama temen).
  4. Kangen the funniest things of being a child! Meskipun sering merasa muak dianggap anak kecil terus, tapi tidak bisa dipungkiri kalau masa kecil itu benar-benar indah. Disayang, dimanja, bebas ngomong dan bertingkah seenak udel, selalu dimaklumi walau bikin kesalahan besar. Yang seperti itu ingin diulang lagi, cuma sudah tidak bisa lantaran sudah banyak tuntutan dari lingkungan.

Itulah tabiat seorang remaja beserta mood-nya hingga dirasakan perlu mengenali mood management. Karena seperti permainan jelangkung (dateng nggak dijemput, pulang nggak diantar), mood juga datangnya tidak bisa diprediksi dan tidak bisa pula disuruh pergi. Tapi, mood bisa dikendalikan supaya tidak bikin kerepotan.

By the way, buat mengendalikan atau menguasai si mood itu musti melakukan latihan yang intensif, sebagai bentuk upaya meminimalisir timbulnya bad mood berserta efek­-efeknya. Bagi kerabat yang memahami lebih jauh tentang si mood ini, silahkan jangan sungkan-sungkan untuk melengkapinya. 😀

10 Responses to Cerita Emod

  1. Sholihin says:

    Yang terpenting bisa mengendalikan mood di waktu dan tempat yang tepat 🙂

  2. bunga says:

    bener kini kata muda mudi kita..wkwk salam kenal

  3. adiekeputran says:

    hoho, anak muda banget nih 😀

  4. Biasanya sih emod ini jadi jelek karena keinginan tidak tercapai. Ok ?
    Salam

  5. Hehehe..tertawalah sebelum tertawa itu dilarang..

  6. Hehehe,,tertawalah sebelum tertawa itu dilarang..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *